Ayah dan Anak Dibunuh di Bogor
Penggali Sumur ini Terkaget-kaget Anaknya Jadi Pembunuh
Seperti biasa, ia tidur beralaskan tikar bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Tiga anaknya yang lain, entah mengadu nasib di mana.
TRIBUNNEWS.COM — Sumarno (49) bisa berlega hati. Rabu (18/7/2012) siang suami dari Arfah (51), warga RT 5 RW 7, Pasir Putih, Depok, Jawa Barat, itu, mendapat obyekan menggali sumur di rumah tetangganya. Hati pria yang sehari-hari bekerja serabutan ini bersyukur, asap dapurnya mengepul kembali.
Seperti biasa, ia tidur beralaskan tikar bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Tiga anaknya yang lain, entah mengadu nasib di mana.
Pada Kamis (19/7/2012), sekitar pukul 02.00 WIB, sendi-sendi tubuhnya tersontak mendengar keributan di dalam rumahnya.
"Tahu-tahu polisi sudah berjejer. Salah satu ada yang teriak, A? (polisi menyebut nama anak Sumarno), anak saya jawab, ya. Ya sudah, anak saya yang ternyata tidur di samping saya langsung diambil. Saya masih enggak ngerti, ada apa ini," ujarnya saat ditemui Kompas.com di rumah sederhananya itu, Minggu (22/7/2012).
Pikiran pria berdarah campuran Sunda-Jawa itu kalut. Sedetik kemudian, pikirannya pun melayang ke hari Rabu ke belakang.
Sekitar pukul 21.00 WIB, anak ketiganya, A, datang ke rumahnya bersama D, pria yang dikenalnya sebagai bos rongsokan, tempat A bekerja. Saat itu, tak banyak kalimat keluar dari mulut keduanya. Yang ia lihat, D datang membawa tas jinjing berwarna hitam. Keduanya pun berpamitan untuk pergi bekerja di lapak rongsok daerah Nanggela, Bogor, Jawa Barat.
"Tidak tahu kenapa, saya yakin pasti gara-gara si D nih. Waktu saya tanya polisi, dia menenangkan saya. Dia bilang, ini cuma tanya masalah motor, Bapak tenang saja," lanjutnya, menceritakan perbincanganya dengan polisi pada Kamis dini hari itu.
Ketika duduk di bangku ruang penyidik Unit Reserse Kriminal Polsek Bojong Gede, ia baru tak kuasa menahan kesedihannya. Sebagai orangtua, Sumarno baru mengetahui, anaknya adalah seorang pembunuh. Dirinya baru sadar, pada Rabu malam itu, saat anaknya pamit ke lapak kerjanya, ia berbelok ke sebuah rumah di Kompleks Satria Jingga, Blok F1, No 11 RT 03 RW 14, Desa Raga Jaya, Bojong Gede, Kabupaten Bogor.
"Saya biar cuma tukang gali sumur, enggak pernah ngajarin anak saya begitu," kata Sumarno.
Air mata yang sejak tadi tertahan pun tumpah membasahi mata kakinya yang duduk bersila.
"Saya sama sekali enggak nyangka anak saya pembunuh," lanjutnya.
Pasrah
A merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Dua kakaknya tidak tinggal bersama karena merantau, sementara A sendiri hanya sesekali pulang untuk sekadar mandi dan ganti baju. Hanya dua adiknya yang masih kecil tinggal bersamanya.
Untuk hidup sehari-hari, Sumarno hanya mengandalkan orang yang sedang membangun rumah atau menggali sumur agar ia bisa bekerja. Istrinya pun hanya mengurus kedua anaknya yang masih kecil. Kini, dirinya hanya bisa pasrah menghadapi cobaan hidupnya.
Ia pernah mendengar selenting kabar, anak di bawah umur mendapat hukuman lebih ringan. Meski tak mengerti hukum, ia berharap hal tersebut benar-benar terjadi pada putranya yang hanya lulusan kelas dua sekolah dasar tersebut.