Sabtu, 4 Oktober 2025

Liburan Lebaran

Sejarah Jadi Daya Tarik Warga Mengunjungi Monas

Sejarah Banga Indonesia menjadi daya tarik kuat bagi warga untuk mendatangi monumen sejarah (Monas).

Editor: Juang Naibaho
zoom-inlihat foto Sejarah Jadi Daya Tarik Warga Mengunjungi Monas
TRIBUNNEWS.COM/WIDODO
Warga di kawasan Monas Jakarta.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Andri Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Monumen Sejarah (Monas) tidak pernah kehilangan pencinta yang mengunjunginya tiap hari. Paling tidak, 1.500 sampai 2.000 pengunjung datang dan mengelilinginya setip hari.

Bukan karena harga tiket yang relatif murah yaitu Rp 2.500 (masuk sampai Pelataran Cawan) dan Rp 7.500 (naik ke Pelataran Puncak Monas), yang menjadi alasan para pengunjung mendatangi lokasi wisata yang berada di sentral Ibu kota ini.

"Kami ke sini kalau libur datang. Bawa anak-anak. Tujuannya untuk memberikan pemahaman sejarah nasional kepada anak-anak," ujar Dadang, warga Bekasi, saat ditemui Tribunnews.com, di ruang museum sejarah Monas, Sabtu (11/9/2010).

Begitu pula alasan yang dikemukakan Wati, mahasiswi di satu universitas kenamaan di Jakarta. "Saya kesini buat mendalami sejarah bangs ini. Di sini kan banyak sejarah perjuangan bangsa kita," katanya.

Monas, menurut Wati, masih menyimpan sejarah bangsa Indonesia. Dikatakannya pula, dengan adanya lintasan kisah sejarah dalam bentuk ilustrasi dan tulisan, ini menjadi seperti hidup lagi.

"Dengan itu saya bisa benar-benar merasakan sejarah itu hadir nyata lagi," lanjutnya. Dia juga mengaku pengagum Presiden RI pertama Soekarno.

Pantauan Tribunnews.com, pengunjung relatif banyak datang ke Monas beserta anak-anak. Tampak sebagian pengunjung menuliskan lintasan sejarah. Tampak juga yang mengabadikan sejarah dengan berfoto dekat satu gambar perjalanan sejarah.

Dadang juga mengatakan, dengan arena pembelajaran seperti disuguhkan Monas, visual pendidikan sejarah bangsa lebih menarik bagi anak-anak. Ditegaskannya, sejarah adalah sesuatu yang bermakna dalam. Dan sejarah perjuangan bangsa ini harus terus ditanamkan kepada generasi penerus.

"Kita tidak boleh tidak menceritakan dan mengajari anak-anak kita dengan sejarah perjuangan bangsa ini. Darah para pejuang telah membayar lunas semua yang sekarang kita rasa dan nikmati. Jadi anak-anak harus dikenali dari dininya tentang sejarah," tandasnya.

Sementara itu, Direktur Pengelola Monas, Imaculata Rini Hariyani, saat ditemui Tribunnews.com mengungkapkan filosofi Monas yang dalam. "Di Monas, kita langsung disuguhkan "gerilya" perjuangan merebut kemerdekaan di ruang museum sejarah. Setelah itu kita merdeka, kemerdekaan bangsa ini disuguhkan dengan masuk ruang kemerdekaan. Dan ketika kita merdeka, kita sebagai bangsa bisa menikmati kemerdekaan itu seluas-luasnya, dan itu tampak ketika kita berada di pelataran punak Monas," bebernya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved