Selasa, 30 September 2025

Pilkada Serentak 2024

Tim Relawan Andi-Fatma Jelaskan Soal Polemik Biaya Pilgub Sulsel

Rully juga menjelaskan, selama berkomunikasi dengan barisan relawan ASS-Fatma di Sulsel, dirinya tetap mengedepankan nilai-nilai adat setempat

Penulis: Erik S
Editor: Eko Sutriyanto
Tribun-Timur.com
Panglima Tim Dozer Rully Rozano saat ditemui di Hotel Swiss Bell Panakkukang Makassar, Kamis (8/8/2024) siang 

Sosok Rully Rozano

Sekedar diketahui, Rully Rozano adalah Manager SHE Dept PT. Jhonlin Baratama.

Ia mantan aktivis kampus, alumni Jurnalistik Atma Jaya Yogyakarta.

Bebragai organisasi kepemudaan yang dilakoni oleh Panglima Dozer, satu di anataranya ikut mendirikan Partai Nasionalis Bung Karno (PNBK) pimpinan Eros Djarot 99.

Sebelumnya tahun ‘96 saya juga aktif sebagai wartawan di Tabloid Detik.

Berbagai profesi dijalaninya, Helper Mekanik, Pengawas armada hingga menjadi Kepala Armada.

Baru pada tahun 2006, HR manager PT. JB saat itu Suthasawana Cuaca mengajak Rully bergabung di PT. JB, milik H Syamsuddin Arsyad atau akrab dengan sapaan Haji Isam.

Dikritik akademisi Unhas

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unismuh Makassar, Handam sebelumnya turut mengomentari berita terkait pernyataan Panglima Tim Dozer.

Menurut Handam, pernyataan tersebut sangat merusak nilai-nilai demokrasi yang berlaku.

Ia menilai bahwa pernyataan tim pemenangan Andi Sudirman-Fatmawati dapat mengancam kesetaraan politik dan mengurangi suara konstituen sehingga menghasilkan pemimpin yang mungkin tidak peka terhadap aspirasi masyarakat marginal.

"Merusak nilai demokrasi, kesetaraan politik akan redup, voice konstituen terbelenggu, bahkan melahirkan pemimpin politik yang sulit tersentuh dengan oleh voice marginal," kata Handam kepada Tribun-Timur.

Menurut Alumni S1 FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas) ini Sulsel adalah arena politik yang bisa jadi transaksional dan pragmatis.

Ini berarti dalam politik di Sulsel, keputusan dan dukungan sering kali dipengaruhi oleh kesepakatan dan imbalan yang konkret.

Utamanya fokus pada hasil praktis daripada pada ideologi atau prinsip.

Hal ini dianggap dapat memengaruhi dinamika politik, mengarah pada strategi kampanye yang berbasis pada tawar-menawar dan kompromi demi memenangkan kandidat tertentu.

Dengan demikian, hal memunculkan semakin suburnya aspek perilaku koncoisme dan oligarki di level daerah. (Tribun Timur)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan