Curhat Artika Sari Devi Hadapi Tantangan Besar Jadi Ibu Gen Z dan Gen Alpha
Artika Sari Devi berbagi pengalaman uniknya sebagai seorang ibu yang mendampingi anak dari dua generasi berbeda: Gen Z dan Gen Alpha.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM – Sebagai publik figur sekaligus ibu, Artika Sari Devi berbagi pengalaman uniknya sebagai seorang ibu yang mendampingi anak dari dua generasi berbeda: Gen Z dan Gen Alpha.
Baca juga: Sinopsis Film Dia Bukan Ibu, Dibintangi Artika Sari Devi, Tayang 25 September 2025
Pemenang Puteri Indonesia 2004 dan mewakili Indonesia di Miss Universe 2005 itu
mengaku menghadapi banyak tantangan.
Bukan hanya soal pola asuh, tapi juga soal bagaimana anak-anaknya berinteraksi dengan dunia digital yang semakin masif.
Tantangan Gen Z di Masa Pandemi
Artika menyebut anak pertamanya masuk ke kategori Generasi Z.
Menurutnya, masa remaja Gen Z cukup berbeda, terutama karena mereka mengalami fase transisi teknologi sekaligus terpukul oleh pandemi.
“Masa pandemi, itu pas banget ya di mana dia lebih banyak di rumah. Dan sekolah itu udah mulai online. Jadi disitu mungkin memang jadi titik balik. Masa transisi remaja, kebutuhan dia bersosialisasi dengan teman-temannya secara langsung,” ungkap Artika pada konferensi pers Diamond Milk UHT Raising Alpha Generation di Sceinta Square Park, Tangerang Selatan, Sabtu (27/9/2025).
Generasi Alpha: Digital Sejak Lahir
Berbeda dengan sang kakak, anak bungsu Artika lahir langsung di era digital. Inilah yang membuat tantangannya berbeda.
“Kalau Gen Alpha, ini memang lahir udah jadi digital native. Pure, 100 persen gitu. Karena di sekolahannya juga, sekolahannya itu semuanya udah pake Google Class gitu ya. Jadi semua tugas-tugasnya semuanya serba digital,” kata Artika.
Anak-anak Gen Alpha, menurutnya, sangat cepat beradaptasi dengan teknologi, bahkan terbiasa berpindah aktivitas digital dalam hitungan detik.
Hal ini membuat mereka gampang bosan, tapi sekaligus punya kemampuan multitasking yang tinggi.
Strategi Parenting: Antara Gadget, Aturan, dan Bonding
Sebagai orang tua, Artika tidak menolak teknologi.
Namun, ia menekankan pentingnya membuat batasan yang jelas agar anak tetap aman di dunia maya.
“Misalnya kayak, tentukan batasan. Batasannya sampai sejauh mana. Apa yang boleh kamu eksplor lewat gadget ini. Dan kita sama-sama sepakati. Mama punya otoritas loh untuk pantau terus kamu,” tegasnya.
Selain itu, Artika tetap mengutamakan bonding keluarga. Ia percaya, kehangatan dalam rumah tidak bisa digantikan oleh teknologi.
“Makanya saya rasa orang tua perlu punya strategi supaya bisa menggantikan. Apa? Misalnya ya itu bonding. Kehangatan itu gak bisa didapat dari chat GPT,” ujar Artika sambil tersenyum.
Artika menambahkan, mendampingi anak di era digital juga harus seimbang dengan pola hidup sehat.
Nutrisi, aktivitas fisik, hingga rutinitas keluarga menjadi kunci agar anak tidak hanya terpaku pada gadget.
“Memang buat saya penting dari kecil harus jadikan habit kebiasaan. Terutama untuk penggunaan gadget itu. Aktivitas yang begitu penuh sama anak Gen Alpha itu gak mungkin kalau kita gak benerin nutrisi,” jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.