Bacaan Doa
Doa Salat Ghaib, Mengiringi Jenazah Muslim Meski dari Jauh
Doa salat ghaib dibaca ketika salat jenazah tanpa kehadiran jenazah di hadapannya atau jenazah berada di tempat lain.
TRIBUNNEWS.COM - Salat ghaib adalah salat jenazah yang dilakukan tanpa kehadiran jenazah, biasanya karena jenazah berada jauh atau di tempat lain.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyarankan umat Islam untuk melaksanakan salat ghaib untuk orang yang meninggal dunia meski tanpa kehadiran jenazah.
Rasulullah pernah melakukan salat ghaib ketika Raja Najasyi (raja Habasyah di Afrika Timur) wafat dan jenazahnya tidak berada di Madinah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: “Sesungguhnya Rasulullah memberitakan kepada para sahabat tentang wafatnya Raja Najasyi (raja Habasyah), pada hari kematiannya. Lalu beliau keluar bersama mereka ke lapangan, berbaris, dan shalat untuknya dengan takbir empat kali.” (HR. Bukhari no. 1333, Muslim no. 951)
Dari Jabir bin ‘Abdillah r.a.: “Nabi Saw shalat jenazah untuk Najasyi, lalu aku termasuk di barisan kedua atau ketiga.” (HR. Bukhari no. 1334, Muslim no. 951)
Sama seperti salat jenazah, salat ghaib dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukunnya.
Perbedaannya hanyalah tidak ada jenazah di hadapan/tidak nampak oleh orang yang melakukan salat ghaib.
Terkait salat ghaib, sejumlah ulama berbeda pendapat mengenai hukum melaksanakan salat ghaib berdasarkan pada hadis tentang Raja Najasyi.
Dalam skripsi berjudul Tradisi Shalat Ghaib Setiap Selesai Shalat Jum’at Di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Bangil Pasuruan Jawa Timur (Studi Living Hadis) oleh Maria Ulfa, mahasiswi jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo Semarang (2019), disebutkan hukum, syarat dan rukun salat ghaib.
Baca juga: Doa Sholat Jenazah Laki-laki dan Perempuan, Pahalanya Sebesar Gunung
Hukum Salat Ghaib
1. Boleh Dihukumi Mutlak
Menurut Ibnu Hazm, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, dan ulama lainnya, salat ghaib hukumnya boleh dilaksanakan secara mutlak, baik secara langsung mau pun tidak.
2. Hanya Dilakukan pada Masa Rasulullah
Salat ghaib hanya dilaksanakan pada masa Rasulullah, menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanafi.
Pendapat ini berdasarkan pada waktu Raja Najasyi wafat, beliau adalah seorang raja Muslim, namun masyarakat Habasyah (rakyat dan pendeta-pendetanya) tidak melakukan shalat jenazah untuknya karena mereka tidak masuk Islam.
Maka Rasulullah melakukan shalat ghaib agar Najasyi tetap mendapatkan doa dari kaum Muslimin.
3. Boleh Dilakukan tapi dengan Ketentuan
Ulama lainnya berpendapat salat ghaib boleh dilakukan jika jenazah tersebut belum disalatkan secara langsung di tempat dia meninggal, maka ia harus disalatkan secara ghaib.
Bagi jenazah yang telah dishalatkan secara langsung, maka tidak disyariatkan untuk melakukan salat ghaib untuknya.
Hal ini berdasarkan pada hadis tentang Raja Najasyi yang disalatkan oleh Rasulullah karena tidak ada seorangpun di daerahnya yang mensalatkan raja tersebut.
Pendapat ini disetujui oleh Syaikh al-Albani, Syaikh Ibn Baz, dan sementara Ibn Taimiyah menekankan salat ghaib hanya dilakukan sesuai kebutuhan (seperti kasus Raja Najasyi) dan bukan amalan rutin.
Syarat Salat Ghaib
- Menutup aurat
- Suci dari hadas besar dan kecil (berwudhu)
- Badan/pakaian/tempat sholat bersih dari najis
Rukun Salat Ghaib
- Niat ikhlas karena Allah
- Berdiri bagi yang mampu
- Empat kali takbir
- Membaca Surat Al-Fatihah, setelah takbiratul ihram/takbir pertama
- Membaca sholawat Nabi Muhammad Saw, setelah takbir kedua
- Membaca doa jenazah, setelah takbir ketiga
- Membaca doa untuk jenazah dan orang yang menshalatinya, setelah takbir keempat
- Salam.
Doa Salat Ghaib dan Tata Caranya
Di laman resminya, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menuliskan tata cara melakukan salat ghaib.
1. Takbiratul ihram disertai membaca niat di dalam hati
Niat sholat jenazah ghaib (laki-laki):
نَوَيْتُ أَنْ أُصَلِّيَ عَلَى هٰذَا الْمَيِّتِ الْغَائِبِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu an uṣalliya ‘alā hādzā al-mayyiti al-ghāibi farḍan lillāhi ta‘ālā.
Artinya: "Aku berniat salat atas jenazah laki-laki yang ghaib ini, fardhu karena Allah Ta‘ālā."
Niat sholat jenazah ghaib (perempuan):
نَوَيْتُ أَنْ أُصَلِّيَ عَلَى هٰذِهِ الْمَيِّتَةِ الْغَائِبَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu an uṣalliya ‘alā hādzihi al-mayyitati al-ghāibati farḍan lillāhi ta‘ālā.
Artinya: "Aku berniat salat atas jenazah perempuan yang ghaib ini, fardhu karena Allah Ta‘ālā."
2. Membaca ta'awud, basmalah, Surat Al-Fatihah
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
A‘ūdzu billāhi minasy-syaithānir-rajīm
Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙصِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i). Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a). Ar-raḥmānir-raḥīm(i). Māliki yaumid-dīn(i). Iyyāka na‘budu wa iyyāka nasta‘īn(u), Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm(a), Ṣirāṭal-lażīna an‘amta ‘alaihim, gairil-magḍūbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn(a).
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Bimbinglah kami ke jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”
3. Takbir kedua, lalu membaca sholawat Nabi Muhammad Saw dan keluarganya
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Allāhumma ṣalli ‘alâ Muḥammad
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad."
Disunnahkan membaca sholawat Ibrahimiyah:
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allāhumma ṣalli ‘alâ Muḥammad wa ‘alâ āli Muḥammad kamâ ṣallayta ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ āli Ibrâhîm innaka ḥamîdun majîd. Wa bārik ‘alâ Muḥammad wa ‘alâ āli Muḥammad kamâ bārakta ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ āli Ibrâhîm innaka ḥamîdun majîd.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah Nabi Muhammad dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh alam ini, Engkaulah yang Terpuji lagi Maha Mulia.”
4. Takbir ketiga, lalu membaca doa jenazah
Doa untuk Jenazah (Laki-laki)
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
Allâhumma’ghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu ‘anhu
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, sehatkan dia, dan maafkan dia."
Versi panjang:
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ، وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِّنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِّنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِّنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ
Allahummaghfirlahu warhamhu, wa ‘afihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi‘ mudkhalahu, waghsilhu bil ma’i wats-tsalji wal-barad, wanaqqihi minal khataya kama naqqaitats tsaub al-abyadha minad-danas. Wa abdilhu daran khairan min darihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zauji, wa adkhilhul jannata, wa a‘idzhu min ‘adzabil qabri wa ‘adzabin nar.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempat kembalinya, lapangkanlah kuburnya, bersihkanlah dia dengan air, salju, dan embun. Sucikanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau sucikan pakaian putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, pasangannya dengan pasangan yang lebih baik. Masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dia dari siksa kubur dan siksa neraka.”
Doa untuk Jenazah (Perempuan):
اَللّٰهُمَّ ٱغْفِرْلَهَا وَٱرْحَمْهَا وَعَافِهَا وَٱعْفُ عَنْهَا
Allāhumma’ghfir lahā, warḥamhā, wa ‘āfihā, wa’fu ‘anhā
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, sehatkan dia, dan maafkan dia."
Versi panjang:
اَللّٰهُمَّ ٱغْفِرْلَهَا وَٱرْحَمْهَا وَعَافِهَا وَٱعْفُ عَنْهَا وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا وَوَسِّعْ مُدْخَلَهَا وَٱغْسِلْهَا بِٱلْمَاءِ وَٱلثَّلْجِ وَٱلْبَرَدِ وَنَقِّهَا مِنَ ٱلْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى ٱلثَّوْبُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلدَّنَسِ وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِّن دَارِهَا وَأَهْلًا خَيْرًا مِّنْ أَهْلِهَا وَزَوْجًا خَيْرًا مِّن زَوْجِهَا وَأَدْخِلْهَا ٱلْجَنَّةَ وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ ٱلْقَبْرِ وَعَذَابِ ٱلنَّارِ
Allāhumma’ghfir lahā, warḥamhā, wa ‘āfihā, wa’fu ‘anhā, wa akrim nuzulahā, wa wassi‘ mudkhalahā, waghsilhā bil-mā’i wath-thalji wal-barad. Wanaqqihā minal-khaṭāyā, kamā yunaqqath-thawbul-abyadhu minad-danas. Wa abdilhā dāran khayran min dārihā, wa ahlan khayran min ahlihā, wa zawjan khayran min zawjihā, wa adkhilhā al-jannah, wa a‘idzhā min ‘adhābil-qabri wa ‘adhābin-nār.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, dan maafkanlah dia. Muliakan tempat tinggalnya, lapangkan kuburnya, mandikan dia dengan air, salju, dan embun. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari noda. Berikanlah kepadanya rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah dia ke dalam surga, dan lindungilah dia dari siksa kubur serta siksa neraka.”
5. Takbir keempat, lalu membaca doa jenazah dan orang yang menshalatinya:
Untuk jenazah laki-laki:
اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ، وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
Allāhumma lā taḥrimnā ajrahu, wa lā taftinnā ba‘dahu, waghfir lanā wa lahu.
Artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau haramkan pahala dari kematiannya bagi kami, janganlah Engkau timpakan fitnah kepada kami setelahnya, dan ampunilah kami serta dia."
Untuk jenazah perempuan:
اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهَا، وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهَا
Allāhumma lā taḥrimnā ajrahā, wa lā taftinnā ba‘dahā, waghfir lanā wa lahā.
Artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau haramkan pahala dari kematiannya bagi kami, janganlah Engkau timpakan fitnah kepada kami setelahnya, dan ampunilah kami serta dia."
Jika jenazah banyak (lebih dari 2 orang), maka membaca doa:
اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُم وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُم وَ اغْفِرْ لَنَا و لهم وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ࣖ
Allahumma lā tahrimnā ajrahum wa lā taftinā ba'dahum wa ighfir lanā wa lahum wa liikhwānina alladzīna sabaqūna bil-īmān wa lā taj'al fi qulūbinā ghillan lilladzīna āmanū rabbanā innaka raūfun rakhīm.
Artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau menghalangi kami dari pahala mereka dan janganlah Engkau beri kami fitnah setelah mereka. Ampunilah kami dan mereka, dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman. Dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kebencian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih, Maha Penyayang."
6. Mengucapkan salam, ke kanan dan ke kiri.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.