Tumbuh di Era Gadget, Ini Saran Mendidik Generasi Alpha Menurut Psikolog
Definisi generasi alpha merujuk pada bayi yang lahir pada tahun 2010 - 2024. Dan mereka tumbuh di era serba digital.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lahir dan tumbuh di era serba digital membuat generasi Alpha memiliki karakter dan kebutuhan yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Definisi generasi alpha merujuk pada bayi yang lahir pada tahun 2010 - 2024.
Dalam acara Festival Anak Indonesia 2025 yang digelar oleh Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (PPLIPI) di The Park Pejaten, Minggu (7/9/2025), psikolog Poppy Amalya membagikan tiga cara mendidik generasi ini dari sisi psikologis.
“Anak-anak sekarang sejak lahir sudah akrab dengan teknologi seperti laptop, handphone, hingga smartwatch. Apalagi saat pandemi Covid-19, mereka belajar secara daring sejak dini,” ujar Poppy.
Baca juga: Generasi Beta, Julukan bagi Anak yang Lahir Mulai Tahun 2025, Ini Bedanya dengan Gen Z dan Gen Alpha
Berikut tiga pendekatan penting yang perlu dilakukan orang tua dan pengasuh dalam mendidik Generasi Alpha:
1. Bangun Koneksi Emosional Sejak Dini
Koneksi emosional yang kuat antara orang tua dan anak menjadi fondasi tumbuh kembang yang sehat.
“Anak yang merasa aman dan dimengerti akan lebih percaya diri dan mampu mengelola emosinya,” jelas Poppy.
Hal ini bisa diwujudkan melalui hubungan yang positif dan suportif.
Orang tua disarankan untuk memberi perhatian penuh, memvalidasi perasaan anak, dan menjalin komunikasi yang terbuka serta penuh kasih.
2. Dengarkan Anak, Jangan Hanya Mengatur
Dalam menghadapi anak yang tantrum atau remaja yang sedang mencari jati diri, peran orang tua bukan sekadar mengontrol.
Temani dan dengarkan anak. Jangan langsung menghakimi atau menyalahkan.
Memberi ruang bagi anak untuk didengar akan membentuk kepercayaan dan kedekatan emosional yang lebih kuat.
3. Children See, Children Do
Generasi Alpha dikenal sebagai generasi yang kreatif, melek teknologi, multitasking, peduli lingkungan, dan menyukai hal-hal instan.
Namun, mereka juga menghadapi tantangan serius, seperti paparan konten negatif dan rendahnya kontrol emosi akibat overstimulasi digital.
Poppy mengingatkan, orang tua harus menjadi contoh.
“Anak belajar dari melihat. Kalau orang tua pasif dan menyerahkan anak ke YouTube, TikTok, atau game, itu bisa berdampak pada tumbuh kembangnya.”
Melihat cepatnya arus digitalisasi dan dampaknya pada mental anak, PPLIPI berharap pemerintah lebih aktif dalam memberikan perlindungan.
“Anak-anak hari ini adalah calon pemimpin Indonesia Emas 2045. Pemerintah harus hadir melalui kebijakan, edukasi, dan regulasi yang melindungi anak dari dampak negatif teknologi,” tegas Ketua Umum PPLIPI, Indah Suryadharma Ali.
Tentang Festival Anak Indonesia
Festival Anak Indonesia merupakan program tahunan PPLIPI yang kini memasuki tahun ketiga.
Kegiatan ini menjadi wadah untuk menyalurkan bakat, meningkatkan kepercayaan diri anak, serta memperkuat hubungan orang tua dan anak.
“Ini program andalan kami setiap tahun. Kami ingin anak-anak Indonesia tumbuh cerdas dan bahagia,” kata Ferry Soraya, Wakil Ketua Umum PPLIPI Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Acara ini juga dimeriahkan dengan bazar UMKM binaan PPLIPI yang menghadirkan 20 stan, mulai dari produk fashion, aksesori, kebutuhan anak, hingga kuliner khas daerah.
(Tribunnews.com/ Rina Ayu)
Menstruasi Bukan Halangan, Ini Tips untuk Remaja Tetap Aktif Saat Tamu Bulanan Datang |
![]() |
---|
EQ, Faktor Penting yang Tak Terlihat di Rapor tapi Menentukan Masa Depan |
![]() |
---|
Kenapa Orang Sekarang Gampang Baper? Ada Luka Lama yang Belum Sembuh |
![]() |
---|
Cara Mengasah Potensi Anak dengan Down Syndrome: Hindari Stigma, Beri Ruang Ekspresi |
![]() |
---|
Apa Itu Inner Child? Psikolog Sebut Bisa Saja Kemungkinan Pengaruhi Arya Daru sebelum Tewas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.