Ketika Kulineran Tak Cukup Hanya Makan Enak dan Suasana Nyaman, Tapi Butuh Sentuhan Budaya
Area kuliner kini menjelma menjadi destinasi utama yang menawarkan pengalaman bersantap premium, berkelas, dan berbudaya.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Dunia kuliner di pusat perbelanjaan sedang mengalami transformasi besar seiring dengan perubahan perilaku dan gaya hidup konsumen saat ini.
Tak lagi sekadar tempat makan di sela-sela berbelanja, area kuliner kini menjelma menjadi destinasi utama yang menawarkan pengalaman bersantap premium, berkelas, dan berbudaya.
"Perkembangan gaya hidup dan dunia kuliner sangat cepat, mengikuti perubahan tren konsumen," ungkap Oliananto Rifandi Suharso, General Manager Operation AEON Mall BSD City, dalam peresmian area kuliner terbaru Bishoku Culture di Tangerang, baru-baru ini.
Oliananto menjelaskan bahwa konsumen masa kini mencari lebih dari sekadar makanan enak namun juga menginginkan keseluruhan pengalaman, mulai dari kenyamanan suasana, kualitas makanan, hingga sentuhan budaya dalam setiap kunjungan.
Ini mendorong banyak mal untuk memperbarui konsep area kulinernya menjadi lebih tematik dan eksklusif.
“Pembaruan dari Food Culture menjadi Bishoku Culture merupakan bentuk komitmen kami untuk terus memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan, berkelas, dan bernilai bagi para pengunjung,” tambah Oliananto.
Perubahan ini sejalan dengan tren global di mana pusat perbelanjaan mengandalkan sektor F&B (food and beverage) untuk meningkatkan waktu kunjungan pelanggan, memperpanjang lama tinggal (dwell time), serta meningkatkan daya tarik sebagai lifestyle destination.
Mengusung nama Bishoku — kata dalam bahasa Jepang yang berarti "lezat" — area kuliner ini menawarkan lebih dari sekadar makanan.
Setiap tenant dipilih dengan ketat berdasarkan kualitas rasa, keunikan konsep, dan pengalaman bersantap yang dihadirkan.
Berbeda dari food court konvensional, tenant di Bishoku Culture bersifat permanen, menargetkan segmen menengah ke atas, dan membawa sajian khas dari berbagai negara, mulai dari Jepang, Thailand, hingga Indonesia.
“Kurasi tenant kami lakukan untuk menghadirkan keragaman rasa, tapi tetap menjaga kualitas dan menghadirkan pengalaman bersantap yang harmonis dalam satu area,” ujar Oliananto.
Tak hanya itu, desain ruang di Bishoku Culture pun diperhatikan serius. Misalnya, Nagomi Park, area terbuka bergaya taman yang menawarkan tempat bersantai yang tenang di tengah hiruk-pikuk mal.
Lalu, koridor bertema Jepang, Fujidana Street, yang menghadirkan nuansa jalanan khas Negeri Sakura, dijadwalkan selesai pada Mei 2025.
Dengan desain yang mengutamakan kenyamanan, atmosfer elegan, dan pilihan makanan premium, Bishoku Culture menjadi pionir baru dalam transformasi area makan di pusat perbelanjaan.
“Pengunjung sekarang mencari pengalaman holistik — mereka ingin makan, bersantai, dan merasakan suasana yang mendukung kebersamaan dengan keluarga atau teman,” ujar Oliananto.
Dubes Thailand untuk Indonesia Praphan Disyatat: Kuliner Jadi Jembatan Budaya Indonesia–Thailand |
![]() |
---|
Dari Tumpeng hingga Papeda, Inilah Kuliner Nusantara yang Lahir dari Alam Indonesia |
![]() |
---|
JF3 Food Festival 2025 Suguhkan Citarasa Nusantara Selama 45 Hari di La Piazza |
![]() |
---|
APPBI Ungkap Masih Ada Satu Mal yang Belum Beroperasi Imbas Demo di Jakarta |
![]() |
---|
Pengusaha Pusat Belanja Resah Banyaknya Aksi Demo di Jakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.