Kamis, 2 Oktober 2025

Lima Tips Agar Pasangan Suami dan Istri dapat Menghadapi Masa Krisis 

Krisis bisa menjadi sumber stres tapi juga bisa menjadi kenal dengan anggota keluarga satu sama lain dan menjadi harmonis

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
Shutterstock
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pandemi Covid-19 adalah masa-masa yang sulit dihadapi oleh semua orang. Khususnya bagi pasangan suami dan istri.

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan semata. Tapi juga tingkat stres dari aspek psikis, sosial, ekonomi dan sebagainya. Karenanya, dalam keluarga tidak jarang ada perselisihan paham.

Tidak sedikit selama pandemi ditemukan kasus perceraian suami istri. Oleh karena itu, Psikolog Anak & Co-Founder TigaGenerasi, Saskhya Aulia Prima memberikan beberapa tips membantu suami dan istri tetap harmonis. 

Pertama, setiap pasangan harus punya kegiatan bersama. Bisa diisi dengan saling bercerita hal baik apa atau sesuatu yang membuat sebal. 

"Kalau tiap hari spend waktu 30 menit ngomong, di sofa ditemani cemilan bisa rileks dan jujur," ungkapnya dalam edukasi family & parenting, lewat Lazada Baby and Kids Festival, Selasa (22/2/2022).

Baca juga: Akselerasi Ekosistem Ekonomi Digital, Ridwan Kamil Sambangi Gudang Lazada

Kedua, ketika ada masalah maka tentukan tempat untuk berdiskusi soal masalah. Sehingga ketika ada masalah, kondisi emosi menjadi sedikit lebih baik.

Ketiga, menjaga lifestyle yang sehat. Sehat fisik dan mental kedua-duanya diperlukan. Jika fisik sehat, biasanya cara berpikir pun turut mengikuti. Jaga makanan sehat dan penting di masa pandemi. Tidak hanya imun dan fisik saja, tapi mental terjaga.

Keempat, ketika perasaan tidak enak, argumentasi sedang tinggi, suami atau istri bisa memilih waktu untuk time out. Antara suami dan istri diperlukan waktu untuk me time. 

Sehingga masing-masing dapat terkoneksi satu sama lain. Namun jika semua tindakan telah dilakukan, namun kondisi hubungan tidak nyaman sampai timbul beberapa kekerasan, langsung konsultasikan ke konselor.

Kelima, ketika para keluarga menghadapi krisis, bangun keinginan anggota keluarga untuk saling berbicara terbuka. Terkadang krisis dan hal yang tidak pasti dapat membangun keluarga lebih kuat secara mental. 

"Sehingga selama krisis dan sesudah krisis keluarga dapat menjadi kuat. Krisis bisa menjadi sumber stres. Tapi juga bisa menjadi kenal dengan anggota keluarga satu sama lain dan menjadi harmonis," katanya.
 

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved