Senin, 6 Oktober 2025

September Kelabu di Polandia, Impian Lebensraum bagi Kaum Jerman, Buku Ini Ungkap Ceritanya

Buku Jejak Hitler di Nusantara: Petualangan, Intrik, dan Konspirasi Nazi di Indonesia yang ditulis oleh Nino Oktorino bisa mengupas tuntas sejarahnya.

istimewa/Gramedia.com
September Kelabu di Polandia, Impian Lebensraum bagi Kaum Jerman, Buku Ini Ungkap Ceritanya 

TRIBUNNEWS.COM - Di Indonesia, September mungkin dilalui begitu saja, terlepas dari hari penting seperti Hari Peringatan Peristiwa G30S atau Hari Tani Nasional.

Namun, di dunia, September menorehkan kejadian penting yang tak terlupakan dan abadi dalam sejarah: Perang Dunia II pecah di Eropa.

Baca juga: Tips Menguasai Aplikasi Desain dan Edit Video dengan Mudah, Miliki Buku Ini

Baca juga: Ayah Bunda, Mengurus Anak Tak Harus Ribet, Santuy Saja, Yuk Intip Triknya di Buku Ini

Tentu saja, bulan ini lantas menjadi momentum untuk mengingat banyak hal: nisan-nisan—yang bernama maupun yang tidak, langit kelabu di Polandia, sisa-sisa pertempuran: mulai dari benda-benda yang tampak, hingga trauma pascaperang yang dialami penyintas, juga impian Jerman untuk mencapai hegemoni nan absolut di daratan Eropa.
Ya, pada September 1939, Jerman menginvasi Polandia dan menyebabkan pecahnya Perang Dunia II di Eropa.

Adolf Hitler
Adolf Hitler (thedailybeast)

Peristiwa ini tidak terlepas dari peranan Adolf Hitler, seorang politisi Jerman dan ketua Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau yang lebih dikenal sebagai Partai Nazi.

Selain menginisiasi Perang Dunia II di Eropa, ia juga terlibat dalam berbagai operasi militer selama perang serta pembantaian besar-besaran (genosida) terhadap sekitar enam juta kaum Yahudi dan jutaan korban lainnya, yang dikenal dengan istilah Holocaust.

Peristiwa ini adalah luka yang barangkali masih menganga bagi sebagian besar orang, juga patut dianggap sebagai salah satu peristiwa paling kelam sepanjang sejarah; cerminan betapa rapuhnya kemanusiaan.

Baca juga: Mengajak Anak Keliling Indonesia Hanya dengan Satu Buku

Baca juga: Ajak Anak Berpetualang Melalui Buku, Jelajahi Transportasi di Komik Sains Plants vs Zombies 

Pidato yang Karismatik
Adolf Hitler dikenal sebagai sosok yang sangat terobsesi akan supremasi Jerman.

Namun, ia ternyata lahir di Braunau am Inn, Austria, pada 20 April 1889 dan baru pindah ke Jerman pada 1913.

Seperti kebanyakan orang Austria-Jerman lainnya, Hitler sudah memiliki bibit-bibit nasionalis Jerman sejak kecil.

Kecintaan Hitler terhadap Jerman tampaknya tak berubah, bahkan setelah puluhan tahun berlalu.

Pada 1920, ia mulai bekerja purnawaktu untuk NSDAP.

Setahun kemudian, kemampuan Hitler berpidato semakin baik, dan ia berpidato di hadapan 6.000 orang di Munich pada Februari 1921.

Pidato yang ia sampaikan sebenarnya tak lebih dari propaganda untuk menentang Perjanjian Versailles, pesaing politik, serta kaum Marxis dan Yahudi.

Namun, karena banyaknya kaum nasionalis Jerman yang antipemerintah dan ingin meruntuhkan Marxisme, Hitler kian populer bersama dengan pidatonya yang dianggap karismatik.

September Kelabu di Polandia, Impian Lebensraum bagi Kaum Jerman
Tak sedikit orang yang mengingat September sebagai bulan yang kelam.

Bagaimana tidak, Perang Dunia II—yang merupakan salah satu pertempuran paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia—bermula di bulan September (1 September 1939), pun berakhir di bulan yang sama, enam tahun kemudian (2 September 1945). Kendati melibatkan banyak negara di dunia dan terdiri dari berbagai serangan dan pertempuran, perang ini bermula dari September kelabu di Polandia.

Saat itu, Jerman telah dikuasai oleh Partai Nazi, dipimpin oleh Adolf Hitler yang menginginkan pemerintahan nan fasis di sana.

Hitler lantas menginisiasi invasi Jerman ke Polandia yang memicu reaksi dari negara lainnya.

Benar saja, dua hari kemudian, Britania dan Prancis pun menyatakan perang terhadap Jerman. Jerman tentu tak tinggal diam. Lewat serangkaian perjanjian dan kampanye, mereka membentuk aliansi yang disebut sebagai Poros bersama Italia.

Tujuannya ialah untuk menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa.

Ambisi Jerman ini tak terlepas dari kebijakan ekspansionis yang diusung Hitler untuk memperkuat hegemoni Jerman Nazi yang absolut di Eropa. Lewat kebijakan tersebut, Hitler berupaya menciptakan Lebensraum ‘ruang hidup’ bagi kaum Jerman.

Kebijakan tersebut sebetulnya tak lebih dari pemikiran rasis Hitler yang meyakini bahwa bangsa Jerman adalah bangsa yang unggul dan superior.

September Kelabu di Polandia, Impian Lebensraum bagi Kaum Jerman, Buku Ini Ungkap Ceritanya
September Kelabu di Polandia, Impian Lebensraum bagi Kaum Jerman, Buku Ini Ungkap Ceritanya (istimewa/Gramedia.com)

Jejak Jerman Nazi di Nusantara
Pada Perang Dunia II, Hindia Belanda—yang kini disebut sebagai Indonesia—ternyata pernah menjadi tempat perlindungan U-boat, kapal selam Jerman yang digunakan untuk bertempur melawan kapal sekutu.

Basis U-boat yang berada di Jakarta memiliki stasiun radio yang memadai untuk dapat berhubungan dengan Markas Besar Armada Jerman di Tokyo.

Saat itu, Indonesia memang masih berada di bawah kekuasaan kolonial Jepang. Jepang sendiri termasuk dalam aliansi Poros, bersama dengan Jerman dan Italia.

Barangkali tak banyak yang tahu bahwa secara keseluruhan, 17 U-boat pernah beroperasi dari Jakarta dan Surabaya selama Perang Dunia II. Menjelang kekalahan Jerman Nazi, salah satu U-boat, U-183, berlayar pada suatu malam, dengan alasan hendak berpatroli di lepas pantai Filipina.

Namun, kapal selam tersebut akhirnya ditenggelamkan oleh kapal selam USS Besugo milik angkatan laut Amerika Serikat di Selat Sunda. Ya, sangat jelas bahwa Jerman sudah di ambang kekalahan.

Hitler pun mengakhiri hidupnya pada 30 April 1945. Jerman—melalui kata sandi “Lübeck” yang dikirimkan atase angkatan laut Jerman kepada semua U-boat di Asia—akhirnya menyatakan bahwa mereka telah menghentikan permusuhan.

Selain pernah menjadi tempat perlindungan U-boat, Indonesia merupakan negara kedua yang memiliki cabang Partai Nazi di Asia Pasifik.

Indonesia juga menjadi tempat berlibur Karl Dönit—mantan panglima U-boat dan pengganti Hitler saat itu—yang terkesima dengan keindahan Bali.

Tak hanya itu, Rudolf Oebsger-Röder, tokoh intelektual Nazi yang telah bergabung dengan gerakan Hitlerjugend (Pemuda Hitler) sejak berusia 17 tahun, ternyata merupakan penulis buku biografi Soeharto yang terkenal, The Smiling General: President Soeharto of Indonesia! Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki hubungan sejarah yang unik dengan Jerman Nazi.

Kenyataan ini tentu membuat kita bertanya-tanya, apakah ada lagi jejak yang ditinggalkan Hitler di Nusantara? Siapakah kaki tangan Hitler di Indonesia?

Atau, jangan-jangan ada penjahat perang Nazi yang bersembunyi di Indonesia pasca-Perang Dunia II?

Buku Jejak Hitler di Nusantara: Petualangan, Intrik, dan Konspirasi Nazi di Indonesia yang ditulis oleh Nino Oktorino bisa mengupas tuntas babak sejarah Indonesia yang terlupakan ini.

Lewat buku ini, kita akan diajak untuk melihat rekam jejak keberadaan Nazi di Nusantara, yang tak banyak diketahui khalayak, melalui narasi yang akurat dan terpercaya. Dan, tentu saja, fakta-fakta menarik yang bisa memuaskan rasa penasaran kita terangkum secara apik di buku ini.

Anda berminat Bisa cari di gramedia.com

Ini link nya

Dapatkan buku gramedia lainnya.

(Resna Anggria Putri/ editor Humaniora Elex Media Komputindo)

Sumber: Gramedia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved