Ribetnya Budaya Minum Kopi di Taiwan, Petani Kopi Sumedang Ini Terkesima
Bagi orang Taiwan, asal kopi, apa varietasnya, serta bagaimana proses pengolahannya, menjadi penting. Mereka memperhatikan aroma dan citarasa.
TRIBUNNEES. COM - Seorang wanita berkacamata, jalan lambat di depan gerai Kementerian Pertanian (Kementan) RI di Taiwan International Coffee Show 2019, Nangang Exhibition Center, Taipei City, Sabtu (16/11/2019).
Kepalanya mendongak ke atas, matanya mengarah ke tulisan KOPI NGOPI yang begitu menonjol pada banner sebagai identitas gerai. Tangannya memegang paper cup kecil kosong.
Wawan Hari Subagyo, rombongan Kementerian Pertanian RI, bernisiatif menawarkan kopi gratis yang baru saja diseduh oleh Sulaeman, petani kopi dari kelompok tani Maju Mekar, Sumedang, Jawa Barat.
Baca: Kementan Pamer Kopi Boehoen di Taiwan
Baca: Kementan Dampingi Pelaku Usaha Gula Aren di Hariang Keluar dari Kesulitan
Baca: Ciptakan Eksportir Handal untuk Produk Perkebunan Organik
Sulaeman adalah satu-satunya petani kopi Indonesia yang diikutsertakan oleh Kementerian Pertanian di ajang itu, untuk memamerkan Kopi Boehoen, produk dagangannya, kepada publik Taiwan.

"Mau coba?" ucap Wawan menggunakan bahasa Inggris sembari memegang teko berbahan gelas berisi kopi.
Baca: Inisiasi Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam Program 100 Hari Kerja
Wanita muda itu mendekat. Ia menyodorkan paper cup di tangannya sebagai isyarat ingin mencicipi kopi yang memang disediakan gratis untuk para pengunjung sebagai "perkenalan".
Setelah Wawan menuang kopi ke dalam paper cup, ia mencium aroma selama beberapa detik sebelum menyeruputnya. Diam sejenak, kemudian ia mengangguk-angguk.
"Bagaimana rasanya?" lanjut Wawan.
"Nice."
Wanita muda itu memperhatikan muka Wawan ketika menjelaskan darimana asal kopi dan memberi tahu proses pengolahan pascapanen.

Selanjutnya, ia pandangannya beralih dan meraih botol plastik berisi green bean kopi di atas meja. Dibukanya tutup botol itu untuk mencium aromanya.
Tak disangka-sangka ia ingin membeli biji kopi yang belum disangrai tersebut. Padahal di meja sudah tersedia roasted bean dalam kemasan untuk dijual. Ada juga dalam bentuk bubuk.
Baca: Tak Lagi Jadi Menteri, Amran Sulaiman Pulang Kampung Untuk Beternak dan Bertani
Yang jadi soal, green bean yang dipajang di atas meja hanya sebagai contoh. Sulaeman tidak menyiapkan stok green bean sebagai barang dagangan.

Rombongan Kementerian Pertanian mengira wanita itu, sebagai pengusaha kedai kopi atau pedagang. Tapi, dugaan mereka salah. Ia hanya penikmat kopi.
Christian Ivan Halim, mahasiswa Indonesia yang sudah empat tahun menempuh studi bisnis di Taiwan, mengatakan kopi sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Taiwan.
Baca: Kementan: Swasembada Gula Putih Sudah di Depan Mata
Menurut Ivan, setiap pagi hari mereka minum kopi. Tak sedikit di antara mereka sebagai peminum kopi yang serius.

Bagi orang Taiwan, darimana kopi berasal, apa varietasnya, serta bagaimana proses pengolahannya, menjadi penting.
Mereka memperhatikan aroma dan cita rasa yang dapat dihirup dan disesap. Arabika umumnya disukai. Meski robusta juga banyak dikonsumsi dengan campuran susu.

Di rumah, menurut Ivan, mereka punya mesin roasting, penggiling kopi, dan alat seduh yang dianggap memenuhi selera serta kebutuhannya.
"Jadi, yang mereka cari green bean, minimal roasted bean. Mereka roasting sendiri karena punya standar dan selera sendiri. Kopi bagi mereka sangat personal," ucap mahasiswa yang juga aktif sebagai pengurus Indonesia Diaspora Network di Taiwan.
Baca: Bikin Peternak Lokal Rugi, HKTI Minta Kementan Revisi Harga Jual Daging Sapi
Makanya sejumlah gerai di Taiwan International Coffee Show menawarkan produk mesin roasting mini dari berbagai merek dan bentuk.
Bahkan ada mesin kopi three in one yang dapat mengakomodasi kebutuhan roasting, grinding, dan brewing sekaligus. Mereknya Caferoid, buatan Jepang.

Banyak pengunjung penasaran dengan mesin itu karena kepraktisannya.
Meski orang Taiwan ribet dan serius dalam urusan sebelum dan saat penyeduhan, kata Ivan, kedai kopi yang banyak tersebar jalan-jalan kota Taipei, tetap ramai. Termasuk 7-eleven dan FamilyMart yang menyediakan kopi segar, sama sekali tak kehilangan pembeli.
"Biasanya, kalau beli kopi di 7-Eleven atau FamilyMart karena sibuk," terang Ivan.
Sulaeman terkesima mengetahui budaya minum kopi di tengah masyarakat Taiwan. Benar-benar di luar dugaannya.
"Kalau kita di kampung candaannya, 'minum kopi tuh digiling, bukan digunting' untuk nunjukin kebiasaan kita ngopi. Tapi kalau di sini (Taiwan) lebih dari itu," ucapnya senyum.
