Surat Cinta untuk Yayuk tahun 1995 terdapat di Musium House Of Sampoerna Surabaya
Surabaya, 15 September 1995, Buat Yayuk, Yuk saya minta maaf atas kesalahan yang saya perbuat, sungguh yuk itu tidak sengaja saya lakukan
TRIBUNNEWS.COM - "Surabaya, 15 September 1995, Buat Yayuk, Yuk saya minta maaf atas kesalahan yang saya perbuat, sungguh yuk itu tidak sengaja saya lakukan."
"Bukannya saya ridak bertanggung jawab dan untuk meredakan suasana itu saya datang kerumahmu tapi kamu marah dan besoknya saya telepon kamu tidak mau menerima."
Itu lah penggalan paragraf dari surat cinta, tak bertuan yang diperuntukan untuk Rahayu Dewi beralamat di Wisma Tropodo,Waru Sidoarjo, pada tanggal 15 September 1995, milik Pos Indonesia Surabaya, di dalam kotak kaca museum House Of Sampoerna (HOS) Surabaya.
Meydiana (24), mahasiswa dari Malang, yang mengamati surat cinta dalam kota tersebut, melihatnya sambil berkata
"Jaman dulu, lebih romantis begini ya. Lebih terasa jiwa berjuangnya. Harus nunggu surat berhari-hari, apalagi waktu surat itu datang, pasti rasanya campur aduk. Kebersamaan jadi lebih berarti dengan menunggu waktu surat dari pacar datang," sahutnya.
Ia terkagum-kagum terhadap bahasa yang digunakan oleh penulis kepada pacarnya yang di dalam surat itu terlihat sedang marah.
Sesekali ia tertawa karena bahasa yang digunakan Pada jaman dahulu terlihat dengan polos, dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak seperti bahasa anak jaman sekarang.
Selain surat cinta untuk Yayuk, sebanyak 15 surat yang terdiri dari surat dinas (1901), surat niaga (1937) dan beberapa surat lainnya terpajang di ruang tengah Musium House Of Sampoerna Surabaya, dari tanggal 29 Maret hingga 28 April 2016.
Bertajuk 'Surat dari Masa ke Masa' beberapa surat koleksi Pos Indonesia dari Kota Pahlawan, akan mengajak pengunjung kembali ke masa, dimana kenangan indah saat surat menyurat masih dilakukan di atas selembar kertas yang dikirimkan dalam sebuah amplop berperangko.
Tidak hanya bisa membaca surat tempo dulu, pengunjung juga dapat melihat, sepeda tua asli milik para pengantar surat jaman dahulu, lengkap dengan karung yang dulunya sebagai tempat menyimpan surat saat pak pos mendatangi dari rumah ke rumah.
Lengkap di sebelahnya petunjuk mengenai sejarah surat dari masa ke masa.
Liliana Utari (35) seorang wanita karir, yang berkunjung pada pameran surat ini, terlihat heran mengamati surat ijazah dari Sekolah Rakyat tahun 1945, yang terletak di sisi bawah papan yang dihiasi beberapa pigora surat lama.
"Ada sekolah Jepang ya di jalan Simpang I, alumnine sek ada ndak ya, baru tau ada sekolah Jepang jamane sekolah rakyat di Surabaya," sahutnya kepada putrinya yang baru berumur 8 tahun, dengan dialeg tionghoa Surabaya.
Ijazah tersebut menggunakan aksara Jepang, tetapi dengan nama kepala sekolah orang Indonesia, yaitu A. Sosrosepoetra.
Anehnya, pada tanggal yang tertera di surat itu menunjukan Soerabaja, 24.3.2605.