Bubur Ayam Pesanan Istana
Kuliner ini sudah melegenda di kalangan warga Depok. Tak hanya warga awam, bubur ayam ini rupanya pernah dipesan untuk menu di Istana Negara.
BACA BERITA-BERITA KULINER LAINNYA DI TRIBUNJAKARTA.COM ATAU TRIBUN JAKARTA DIGITAL NEWSPAPER
Kedai Bubur Ayam Tasik
ANDA penggemar bubur? Rasanya kedai bubur yang satu ini sayang jika dilewatkan. Kedai “Bubur Ayam Tasik”, bagi warga Depok, khususnya mereka yang tinggal di Depok Utara, tempat makan bubur ini sudah melegenda
Rasa buburnya yang gurih, dipadu suwiran ayam, daun bawang, dan cakue membuat lidah akan dimanja sensasi luar biasa. Bagi yang tak suka pada satu di antara pelengkap di atas, jangan khawatir. Tinggal pesan ke pelayan untuk tidak menggunakan bahan yang tidak disukai.
Bubur disajikan dalam kondisi panas, asap yang mengepul dan aroma khas dijamin dapat membangkitkan selera makan. Suasana rumah makan yang bersih kian membuat rasa tak sabaran untuk segera menyantap.
Meja dan lantai rumah makan sepertinya memang sengaja senantiasa dijaga kebersihannya. Rumah makan yang biasanya ramai didatangi pembeli pada malam hari ini dapat menampung hingga 30-an orang.
Ida seorang pengunjung yang Tribun temui sedang asik menikmati bubur ayam bersama anaknya mengatakan dirinya cukup sering makan di sini.
“Buburnya enak, tempatnya juga bersih jadi kita gak mikir macem-macem,” tutur perempuan berjilbab tersebut sambil tertawa. Ida mengaku sudah sejak lama menjadi pelanggan Bubur Ayam Tasik.
Tak hanya warga awam, bubur ayam ini rupanya pernah dipesan untuk menu di Istana Negara. Andi enggan menyebut, pada masa kepemimpinan presiden siapa saat momen membanggakan terjadi.
"Tidak (dipesan) langsung sih. Katering yang pesen ke sini. Prosesnya ribet, sebelumnya kita harus kirim sample dulu ke sana. Tapi ya bangga, bisa sampai ke istana," tuturnya.
Adapun untuk wilayah Depok, Andi bercerita Wali Kota dan Kapolres adalah pelanggannya. Menu unutk acara Pemda Depok dan Polres Depok juga biasa ia yang tangani. Tak hanya itu, menu sajian di acara Universitas Indonesia (UI) juga sering mengambil makanan dari kedai ini.
"Kalau Wali Kota sering, Kapolres juga berapa kali ganti makannya tetap disini," tutur Andi.
Rumah makan ini memang sudah berdiri sejak 26 tahun yang lalu.
"Sekitar pertengahan '86 lah," tutur Andi Gunawan sang empunya rumah makan.
Menurut Andi, ia awalnya mendirikan rumah makan di dekat lampu merah pertigaan Jalan Margonda dan Jalan Arif Rahman Hakim, tetapi kemudian ia memutuskan pindah ke Jalan Arif Rahman Hakim. "Cuma setahun di margonda, kami terus pindah ke sini," ujarnya.
Dalam sehari, Andi mengaku bisa menghabiskan 10 liter beras untuk keperluan rumah makannya. Ketika ditanya apakah ada bumbu rahasia dalam bubur olahannya, Andi mengaku tidak menggunakan bumbu tertentu. Menurutnya, yang membedakannya adalah ia tidak membuat bubur langsung untuk satu hari.
"Jadi kita buat semacam biangnya gitu, terus nanti tinggal ditambah air kemudian dimasak, makanya bubur kita selalu panas tapi bentuk buburnya tidak hancur karena kelamaan dipanasin kaya di tukang bubur lain," terang Andi. BAHRI KURNIAWAN