Tribun Jakarta Kuliner
Tersiksa Lapar? Ini Menu Darurat Warung Nasgor Bakti !
Warung Nasi Goreng Bakti di Senopati Jakarta jadi pilihan darurat saat lapar. Apa istimewanya warung ini?
Laporan Wartawan Tribunnews.com. M. Faizal Rizky
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kalau perut lagi berstatus darurat lapar, nasi goreng biasanya jadi pilihan. Masakan jenis ini paling mudah dicari dan cepat saji. Cuma kalau ingin ada embel-embel nostalgianya, ada baiknya mampir ke Jl Bhakti di kawasan Senopati, Jakarta Selatan.
Warung nasgor satu ini dulunya terkenal sejagad. Saking ramainya ini warung, sebagian pelanggannya terpaksa makan di mobil. Bahkan antrean yang panjang bikin orang emosi sampai berantem segala. Tapi itu dulu di era tahun 1970-an, waktu warung nasgor masih dalam hitungan jari.
Sebenarnya nasgor di sini simpel saja, tak bedanya seperti warung nasgor lainnya. Bumbunya standar nasgor macam merica, garam, gula, sedikit saus tomat atau sambal yang sudah jadi, plus tentunya nasi. Semua bahan dicampur jadi satu di atas wajan dan digoreng kurang dari 10 menit.
Setelah siap dihidangkan, dilengkapi pula dengan potongan mentimun dan irisan kol. Bila suka, bis minta dengan telur mata sapi. Atau minta dibubuhi kambing, pete, jengkol maupun sosis. Pokoknya sesuai selera saja dan asal duitnya cukup buat bayar.
Sayang, nasgor di sini punya kelemahan karena dibuat secara massal. Maksudnya, berliter-liter nasih sudah digoreng sekaligus sejak sore. Makanya kalau menghampiri si abang-abangnya, bakalan ditemukan dua wajan super gede berisi nasgor.
Jadinya begitu ada yang pesan, si tukang masaknya tinggal angetin dan tinggal campur pilihan Sajiannya. Apakah ayam, bakso, udang, sampai ikan asin. Enggak heran bila nasgor ini hanya punya satu rasa. So, jangan harap pesan nasgor dengan rasa khusus sesuai selera pemesan.
Soal harga ya relatif. Kalau pesan nasgor komplit, siapkan saja duit Rp 19 ribu. Terus varian lainnya berkisar antara Rp 15-19 ribu. "Makan Nasgor Bakti sudah menjadi menu wajib setiap pulang kerja. Saya sudah langganan sejak SMA 10 tahun yang lalu. Upss, ketahuan umur deh," celetuk Santi, karyawati swasta, sambil tertawa lepas.
Baca selengkapnya di koran digital TRIBUN JAKARTA edisi pagi, Selasa 27 Maret 2012
