Atasi Kekeringan, Petani Magetan Manfatkan Irigasi Air Tanah Dangkal
Memasuki musim kemarau sekarang, berbagai upaya dilakukan untuk mencegah agar tanaman padi tidak mengalami puso. Salah satunya adalah upaya petani Mag
Sementara itu di Kabupaten Kebumen, Tim Identifikasi dan Mitigasi kekeringan Kementan menyebutkan, penyebab kekeringan yang terjadi di Kebumen ini antara lain musim kemarau datang lebih awal, sehingga menyebabkan curah hujan rendah.
Selain itu, berkurangnya elevasi muka air Waduk Wadaslintang yang berpengaruh terhadap pasok air waduk ke jaringan irigasi (debit berkurang ± 50%), hingga waktu musim tanam yang mundur.
Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk menyelamatkan tanaman padi sawah yang terancam kekeringan. Seperti dilaksanakannya sistem gilir giring, di mana setiap 6 hari mendapatkan giliran air selama 1 hari.
Tak hanya itu, petani juga mulai menggunakan sumber air alternatif, dengan memanfaatkan air permukaan sungai Kedungbener dengan metode Jaringan Irigasi Air Permukaan (JIAP) untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren.
Selain itu juga memanfaatkan saluran pembuangan sungai Rama/Glonggong di Desa Kaleng dan Desa Purwoharjo, Kecamatan Puring dengan cara membuat bendung tidak permanen dan memompanya ke lahan sawah.
Termasuk pemanfaatan 15 unit pompa air ukuran 3 inchi untuk pompanisasi sumber-sumber air permukaan yang masih tersedia. Luas pertanaman padi di Kabupaten Kebumen 39.886 ha.
Hingga 2 Juni 2019, tanaman padi yang terkena kekeringan tercatat seluas 2.952 ha. Lokasi terdampak kekeringan terletak di beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Buluspesantren seluas 213 ha dengan umur tanaman 30 HST, Kecamatan Petanahan luas 20 ha dengan umur tanaman 12 HST, dan Kecamatan Puring luas 547 ha dengan umur tanaman 40 HST.(*)