Selasa, 30 September 2025

CDC AS Sempat Rekomendasikan Pakai Masker, Monkeypox Bisa Menular Melalui Udara?

CDC AS sempat merekomendasikan pemakaian masker untuk ceghah cacar monyet. Ini tandanya virus monkeypox bisa menular lewat udara?

Freepik/CDC
CDC AS Sempat Rekomendasikan Pakai Masker, Monkeypox Bisa Menular Melalui Udara? 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, ATLANTA - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) telah memperbaharui panduannya pada pekan lalu untuk pelancong yang ingin terhindar dari penularan virus cacar monyet (Monkeypox).

Salah satu rekomendasinya adalah memakai masker, karena dianggap dapat membantu melindungi diri dari banyak penyakit, termasuk Monkeypox.

Namun pada Senin dini hari, rekomendasi itu pun telah dihapus.

Baca juga: Kanada Keluarkan Travel Notice karena Monkeypox Terus Menyebar ke Seluruh Dunia

"CDC menghapus rekomendasi masker dari pemberitahuan kesehatan perjalanan untuk Monkeypox karena menyebabkan kebingungan," kata CDC AS dalam sebuah pernyataan pada Selasa kemarin.

Namun, lembaga tersebut masih mengatakan bahwa di negara-negara di mana Monkeypox menyebar, 'kontak di dalam lingkungan keluarga dan petugas kesehatan' harus mempertimbangkan untuk menggunakan masker ini.

Sebagian besar kasus cacar monyet atau Monkeypox baru-baru ini telah diidentifikasi diantara pria gay, biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan sesama pria
Sebagian besar kasus cacar monyet atau Monkeypox baru-baru ini telah diidentifikasi diantara pria gay, biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan sesama pria (Hindustanewshub)

Pedoman tersebut juga berlaku untuk 'orang lain yang mungkin melakukan kontak erat dengan orang yang telah dikonfirmasi menderita Monkeypox.

Hal itu mengisyaratkan aspek yang sedikit dibahas dari wabah Monkeypox saat ini, yakni virus ini dapat mengudara, setidaknya dalam jarak dekat.

Baca juga: Apakah Cacar Monyet Bisa Sebabkan Bekas Luka Keloid?

Kendati demikian, penularan melalui udara ini dianggap hanya merupakan faktor kecil dalam penyebaran secara keseluruhan, dan para ahli mengatakan tidak ada perkiraan pasti mengenai seberapa besar kontribusinya.

Dikutip dari laman The New York Times, Rabu (8/6/2022), sejak 13 Mei lalu, saat kasus pertama dalam wabah tersebut dilaporkan, lebih dari 1.000 orang di 31 negara telah didiagnosis menderita virus tersebut, dan setidaknya 1.000 kasus lainnya kini sedang diselidiki.

Roche mengklaim berhasil menemukan alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi penyakit cacar monyet (Monkeypox), saat virus itu menyebar ke luar dari negara endemik.
Roche mengklaim berhasil menemukan alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi penyakit cacar monyet (Monkeypox), saat virus itu menyebar ke luar dari negara endemik. (rte.ie)

Hingga Selasa kemarin, AS telah mencatat 31 kasus di 12 negara bagian dan Distrik Columbia.

Dalam wabah sebelumnya, sebagian besar kasus dilaporkan terjadi pada mereka yang memiliki kontak erat dengan pasien atau hewan yang terinfeksi.

Namun dalam beberapa kasus, penularan melalui udara adalah satu-satunya penjelasan untuk infeksi tersebut.

Dalam laman webnya, CDC masih mendesak pasien Monkeypox untuk memakai masker 'terutama mereka yang memiliki gejala pernafasan'.

Panduan ini juga meminta anggota keluarga lainnya untuk 'mempertimbangkan memakai masker' saat mereka berada di depan orang yang terinfeksi Monkeypox.

Monkeypox diasumsikan berperilaku seperti sepupu virusnya, cacar.

Dalam tinjauan tahun 2012 tentang penularan cacar, seorang Ahli Virus di University of Maryland, Dr. Donald Milton menjelaskan beberapa contoh penularan melalui udara.

"Itu adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal selama wabah cacar 1947 di New York, saat satu pasien tampaknya menginfeksi 7 lantai lainnya di sebuah rumah sakit. Kemudian pada 1970, seorang pasien menginfeksi beberapa pasien lainnya di 3 lantai sebuah rumah sakit di Meschede Jerman, didukung oleh aliran udara di dalam gedung," kata Dr. Milton.

Kemudian para ilmuwan yang mempelajari wabah Monkeypox pada 2017 lalu di Nigeria mengamati kasus penularan di dalam penjara dan mencatat infeksi yang terjadi pada 2 petugas kesehatan yang tidak melakukan kontak langsung dengan pasien.

Dalam konferensi ilmiah pada pekan lalu yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), beberapa peneliti membahas banyak hal yang tidak diketahui tentang Monkeypox, termasuk cara penularan utamanya.

"Sangat ambigu terkait jalur penularan yang benar atau dominan, dan beberapa diantaranya dapat diatasi pada model hewan. Mungkin itu perlu menjadi concern utama untuk beberapa penelitian laboratorium," kata seorang Peneliti di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Nancy Sullivan dalam konferensi tersebut.

Namun dalam briefing dengan pers dan masyarakat umum, para pejabat kesehatan ini belum secara eksplisit membahas kemungkinan penularan melalui udara atau penggunaan masker untuk perlindungan.

Kendati demikian, mereka menekankan peran tetesan pernafasan besar yang dikeluarkan dari pasien yang terinfeksi dan melayang ke benda atau orang.

"Infeksi Monkeypox membutuhkan kontak berkelanjutan yang sangat dekat. Ini bukan virus yang ditularkan lebih dari beberapa meter, itulah mengapa kita harus benar-benar berhati-hati dalam menanggapi penyakit ini," kata Pakar Virus CDC, Andrea McCollum.

Saat ditanya apakah pejabat kesehatan harus menyampaikan kemungkinan penularan melalui udara untuk diketahui lebih luas oleh masyarakat, McCollum mengatakan ada kemungkinan untuk itu.

Perubahan cepat CDC pada aturan masker untuk pelancong yang khawatir tentang Monkeypox ini mengingatkan pada penyangkalan awal bahwa virus corona (Covid-19) menyebar melalui udara.

Pada September 2020, lembaga tersebut menerbitkan panduan tentang penularan virus melalui udara, namun kemudian secara tiba-tiba menariknya hanya beberapa hari kemudian.

Lalu pada Mei 2021, CDC AS mengakui bahwa Covid-19 dapat 'tetap melayang di udara selama beberapa menit hingga berjam-jam'.

Sebagian besar informasi tentang virus Monkeypox telah dikumpulkan dari penelitian tentang cacar.

Selama dua dekade terakhir, para ilmuwan telah mempelajari bagaimana cacar menyebar, termasuk keberadaannya dalam tetesan kecil yang disebut aerosol, untuk mempersiapkan potensi penggunaannya oleh bioteroris.

"Kebanyakan orang berpikir bahwa cacar biasanya ditularkan melalui tetesan besar, namun untuk alasan apapun, kadang-kadang virus ini dapat ditularkan oleh aerosol partikel kecil," kata Ahli Virologi di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Mark Challberg.

Dr. Milton memperingatkan bahwa perencanaan potensi penularan Monkeypox melalui udara sangat penting di rumah sakit, karena tindakan pencegahan untuk menghindari penyebaran virus melalui aerosol tidak berlaku secara universal.

Saat wabah Monkeypox berlanjut, banyak pasien mengisolasi diri di rumah karena mengalami gejala ringan.

"Sedangkan anggota keluarga mungkin perlu mempertimbangkan kemungkinan penularan melalui udara," kata para ahli.

Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang Monkeypox, termasuk mengapa wabah yang terjadi saat ini hanya menghasilkan kasus yang relatif ringan.

Para ilmuwan pun tidak tahu apakah orang dapat menularkan virus bahkan tanpa gejala, berapa lama virus ini telah beredar di masyarakat, dan apakah dapat ditularkan melalui urine atau cairan vagina.

Sementara itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa seorang wanita hamil dapat menularkan virus Monkeypox ke janinnya.

Dalam sebuah penelitian observasional terhadap 216 pasien di Republik Demokratik Kongo, 4 dari 5 wanita hamil mengalami keguguran.

Para peneliti kemudian menemukan virus dan lesi virus pada janin yang dikandung.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved