Jumat, 3 Oktober 2025

Di Indonesia, Akurasi Diagnosis Leukemia pada Anak Masih Rendah, Dokter Ungkap Alasannya

Data UKK Hematologi Anak IDAI menunjukkan, kasus leukemia limfoblastik akut (ALL) mencapai 36 persen dari seluruh kasus kanker anak tahun 2022.

halodoc
ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Secara global, di tahun 1990-2017 ada kenaikan kasus leukemia limfoblastik akut (Acute Lymphoblastic Leukemia atau ALL) yang drastis, 49-64 kasus per 100.000 penduduk.

Kasus cenderung meningkat di negara menengah. Hal yang sama juga terjadi pada angka kematian.

Pada kasus leukemia terjadi penurunan signifikan di negara maju dan kenaikan di negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.

Dokter spesialis anak dari RSUP dr. Sardjito Yogyakarta Dr Eddy Supriyadi SpA(K) PhD, mengatakan, Indonesia masuk dalam 30 negara yang kenaikan kasusnya tinggi, yakni meningkat 33 persen dari tahun 1990-2017. 

Baca juga: Kenali Gejala Leukemia Pada Anak, Orang Tua Wajib Deteksi Dini

Data UKK Hematologi Anak IDAI menunjukkan, kasus ALL mencapai 36 persen dari seluruh kasus kanker anak tahun 2022.

“Insiden ini menjadi salah satu tolok ukur beban suatu penyakit yang berkaitan dengan pembiayaan yang dikeluarkan rumah sakit maupun negara,” jelas dr.Eddy dalam webinar virtual Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), Sabtu (28/5/2022).

Eddy melanjutkan, data di Litbangkes Kemenkes 2019 menunjukkan prevelensi kanker anak kurang dari 2 persen, ini menjadikan kanker anak belum menjadi prioritas pemerintah dari sisi pengobatan melalui BPJS, khusus leukemia pada anak.

Masalah utamanya adalah angkanya masih dianggap kecil, sehingga belum menjadi prioritas program pemerintah.

Hal ini menyebabkan penyediaan alat diagnostik, ketersediaan obat terbaru, unit kanker anak di rumah sakit, dan terapi suportif masih terbatas.

“Hal ini menjadi salah satu penyebab akurasi diagnosis rendah, bahkan antara jenis leukemia pun sering misdiagnosis, yang ini mencapai hampir 10 persen. Padahal salah diagnosis pun akan berlanjut pada salah pengobatan. Obat yang tersedia pun mayoritas masih memiliki toksisitas tinggi. Ini berkontribusi menambah beban penyakit ALL pada anak,” ungkap dr. Eddy.

Ditambahkan pembicara tamu dari St Jude Children’s Research Hospital, Amerika Serikat Prof. Dr. dr. Hiroto Inaba, PhD, dengan ketepatan diagnosis dan terapi yang tepat, angka kesintasan

ALL pada anak meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir terutama di negara-negara maju. 

Misalnya di Vietnam tingkat kesintasan hanya sekitar 47,8 persen sementara di Belgia mencapai 83,8 persen. 

"Salah satu penyebabnya, terapi ALL di negara miskin dan berkembang masih mengandalkan rejimen kemoterapi yang toksik dan ini menjadi salah satu faktor penyebab angka kesintasan rendah,” ungkap Prof. Inaba. 

Baca juga: Manfaat Semangka yang Mungkin Belum Kamu Ketahui, Hidrasi Tubuh hingga Cegah Kanker

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved