Jumat, 3 Oktober 2025

Jaga Asupan Mikronutrien Demi Penuhi Gizi Selama Pandemi, Sumbernya Buah-buahan

Pandemi Covid-19 berdampak sangat luas terutama bagi banyak keluarga atau kelompok yang rentan. Jaga asupan gizi dengan buah.

IST
Bahan-bahan nabati seperti sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, umbi-umbian, rumput laut dan seralia seperti padi, jagung dan kacang-kacangan mendukung gaya hidup vegan. 

Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Variasi makanan menjadi faktor penting pemenuhan gizi pada anak.

Buah yang banyak mengandung vitamin dan mineral sangat baik sebagai pembentuk sistem kekebalan.

Terlebih kondisi pandemi Covid-19 yang sangat membutuhkan daya tahan tubuh yang kuat,agar terhindar dari penyakit termasuk Covid-19.

Pandemi Covid-19 berdampak sangat luas terutama bagi banyak keluarga atau kelompok yang rentan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia mengkhawatirkan dampak pandemi Covid-19 pada status gizi anak yang paling terdampak. Terutama mereka yang dari keluarga miskin dan rentan.

Pada awal krisis, diperkirakan 2 juta anak balita di Indonesia mengalami wasting (gizi kurang), 7 juta anak stunting (pendek) dan 2 juta lainnya kelebihan berat badan .

Dokter Spesialis Gizi, dr. Florentina M. Rahardja, M.Gizi, Sp.GK menjelaskan, mikronutrien (zat gizi mikro) adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun berperan sangat penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim berbagai metabolisme dalam tubuh, termasuk kerja sistem imun.

Nutrien yang dimaksud dalam mikronutrien adalah vitamin dan mineral.

Salah satu sumber vitamin dan mineral yang alami adalah buah-buahan.

Kelompok yang paling mudah mengalami kekurangan mikronutrien adalah ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak.

“Karena kekurangan mikronutrien dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan masa depan anak, maka kecukupan mikronutrien mereka sangatlah penting," ujar dr. Florentina diacara peluncuran kampanye #SunprideBuatKebaikan belum lama ini.

Ia menjelaskan, anak mengalami pertumbuhan fisik yang sesuai potensi genetiknya. Sedangkan perkembangan berhubungan dengan mental dan kecerdasan.

Namun seringkali saat proses tumbuh kembangnya rentan mengalami malnutrisi. Bisa kekurangan makronutrien (protein, lemak, karbohidrat), dan kurang mikronutrien.

Bagi anak-anak, kekurangan mikronutrien dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan.

Hal ini karena menurunkan sistem imun, anak mudah infeksi. Pertumbuhan anak jadi terhambat, tinggi badan tidak sesuai usia (stunting). T

urunnya kognitif, anak memiliki IQ rendah, kosentrasi menurun, daya ingat rendah dan prestasi di sekolah menjadi rendah.

Kekurangan mikronutrien juga mempengaruhi kemampuan fisik yang membuat mudah lelah sehingga produktivitas rendah.

Selain penyakit infeksi (menular), anak-anak yang kekurangan mikrnutrien juga punya risiko meningkatkan penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, jantung, autoimun.

Saat pubertas juga bisa terganggu.

Dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan bahwa masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat besi, serta malnutrisi baik kurang gizi, pendek, obesitas.

Padahal, masa remaja sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat serta perkembangan dan maturasi seksual.

Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif yang berlanjut hingga dewasa. Terlebih remaja putri yang kelak akan hamil dan melahirkan.

Diberikan Sejak 6 Bulan

Dr Florentina menjelaskan, buah dipilih sebagai sumber mikronutrien karena alami, langsung dapat dikonsumsi, bervariasi ragam dan komposisinya, mengandung serat larut dan tidak larut, serta kandungan zat gizi tetap terjaga secara alami.

Buah dapat diberikan sejak usia 6 bulan sebagai makanan tambahan.

Buah yang diberikan juga harus bervariasi agar vitamin dan mineral yang diperoleh beragam serta anak tidak bosan.

Pisang adalah salah satu buah yang tinggi mikronutrien yaitu kalium, karbohidrat, serat, vitamin C dan lainnya.

Terlebih Indonesia kaya akan keragaman jenis buah, dan tersedia sepanjang tahun.

Selain pisang, juga bisa dipilih guava (jambu biji) yang kaya vitamin C, bisa juga pepaya, nanas, mangga. Sementara buah impor bisa dipilih apel, kurma, anggur, serta kiwi.

Sayangnya berlimpahnya pasokan buah tidak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi buah.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, 95,5% penduduk diatas usia 5 tahun masih kurang makan buah dan sayur.

Terlebih disaat pandemi ini, banyak keluarga yang terdampak secara ekonomi, tidak bisa menyediakan buah-buahan bagi anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved