Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Jam Berapa Efektif untuk Berjemur di Bawah Sinar Matahari? Ini Penjelasan Dokter Kulit RSCM

Menurut dr Sondang Aemilia P Sirait SpKK, berjemur tidak hanya didasari kapan waktunya saja.

Editor: Hasanudin Aco
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
BERJEMUR - Puluhan warga Ngagel Rejo I berjemur dan melakukan senam ringan, Rabu (15/4). Kegiatan rutin tiap pagi itu untuk meningkatkan daya tahan tubuh. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akhir-akhir masyarakat Indonesia rajin berjemur di bawah terik panas matahari.

Informasi yang beredar menyebutkan cara itu cukup efektif untuk terhindar dari Virus Corona atau Covid-19.

Namun, cara ini pun ternyata menimbulkan perdebatan di media sosial.

Terutama jam berapa yang efektif berjemur dan berguna untuk kulit.

Sejak dahulu kita selalu disarankan untuk berjemur di sinar matahari pada pagi hari, tapi belakangan sinar matahari pagi dianggap belum banyak untuk mendapatkan vitamin D untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Jadi kapan waktu berjemur yang efektif dan berapa lama berjemur yang baik?

Menurut dr Sondang Aemilia P Sirait SpKK, berjemur tidak hanya didasari kapan waktunya saja.

Tapi perlu juga diperhatikan saat berjemur adalah durasi dan warna kulit seseorang.

Sondang Aemilia menjelaskan, tubuh kita memiliki sistem kekebalan tubuh.

Dokter Spesialis Kulit Sondang Aemilia (Wartakotalive.com)
Dokter Spesialis Kulit Sondang Aemilia (Wartakotalive.com) ()

Sistem kekebalan tubuh paling utama diperankan leukosit dan makrofa sel darah putih di tubuh kita.

Sinar matahari, perannya adalah membentuk vitamin D.

Sinar matahari memiliki panjang gelombang dengan range paling luas dan lebar. Paling banyak dibicarakan adalah ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB).

UV A, paling banyak, yakni 95 persen dari seluruh ultraviolet, UVB hanya 5 persen.

“Padahal untuk membentuk vitamin D membutuhkan UVB. Jadi kita harus pandai-pandai, kapan paling banyak, di jam berapa?,” kata dokter Sondang Aemilia kepada wartakotalive.com.

Ada satu keuntungan dan juga kerugian dari UVB ini, yakni gelombangnya lebih pendek, sehingga jadi akan lebih susah untuk tembus dari atmosfir.

Kalau sedang banyak awan, polusi, UVB ini sulit sampai ke permukaan bumi, artinya juga sulit juga sampai ke permukaan kulit.

Sementara UVA gelombangnya lebih panjang, sehingga dapat tembus sampai ke lapisan dermis.

Tapi karena UVA inilah yang bisa menyebabkan kanker kulit, penuaan dini, serta rusaknya kolagen yang menyebabkan munculnya keriput.

Dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini (RSCM) ini mengatakan, ketika matahari terbit, biasanya baru sedikit ultraviolet yang bisa tembus ke permukaan bumi karena ada sudut kemiringan.

Sehingga untuk melewati atmosfir yang begitu panjang dia akan banyak terserap, terutama UVB.

Sejumlah warga melakukan aktivitas berjemur di atas rel Kampung Buaran, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Jumat (3/4/2020). Kabarnya berjemur panas matahari di jam-jam tertentu dapat menangkal virus corona.
Sejumlah warga melakukan aktivitas berjemur di atas rel Kampung Buaran, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Jumat (3/4/2020). Kabarnya berjemur panas matahari di jam-jam tertentu dapat menangkal virus corona. (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

Tapi begitu makin tinggi, posisi sekitar 45 derajat terhadap permukaan bumi, terhadap di mana kita berdiri sudah semakin tinggi disebut dengan UV indeks, atau indeks kekuatan sinar ultraviolet.

Nah saat itu, ultravioletnya dua-duanya ada, baik UVA dan UVB.

Semakin tinggi di tengah hari atau mid day atau pukul 12:00an adalah puncak ultraviolet indeks.

Artinya, jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia, secara umum indeks ultra violet (indeks UV) akan semakin tinggi (baik) saat matahari berada persis di atas kepala (pukul 11:00-14:00).

“Jadi kalau mau dapat manfaat dari UVB, karena satu-satunya yang bisa memproduksi vitamin D adalah UVB tinggi, ya cari saat indeks UV-nya tinggi juga," katanya.

Dari berbagai penelitan, pukul 09:00 UV B ada tapi UV indeks rendah, pukul 08;00 WIB lebih redah lagi.

"Jam 10 sudah cukup lebih tinggi. Makin siang, biasanya makin tinggi. Makanya ada anjuran macam macam, kenapa harus jam sekian kenapa pagi dan siang. Padahal siang kan panas terik,” katanya.

Perhatikan Faktor Tipe Kulit

Selain UV indeks, faktor lain yang menentukan masuknya UVB ke kulit adalah tipe kulit atau warna kulit seseorang.

Di dunia ada enam tipe kulit.

Dari tipe kulit 1 sampai tipe kulit 6.

Tipe kulit 1 biasanya orang Eropa utara, cenderung sangat putih.

Tipe kulit 6 biasanya orang-orang Afrika yang warna kulitnya lebih gelap.

Rata-rata tipe kulit orang Indonesia diwakili nomer tipe kulit 3, 4, dan 5.

Kulit tipe 3 kuning langsat, tipe 4 kebanyakan sawo matang, tipe 5 Indonesia Timur.

Menurut dr Sondang Aemilia, orang Indonesia yang memiliki tipe kulit 3 adalah mereka yang warna kulitnya putih seperti keturunan Tionghoa atau orang Manado, Sulawesi Utara.

Orang Indonesia memiliki tipe kulit 4 adalah mereka yang tinggal di Pulau Jawa (orang Jawa) dan juga Sumatera yang warna kulitnya sawo matang.

"Tipe kulit lima mereka yang warna kulitnya lebih gelap, seperti orang Papua, orang Kupang, orang Maluku atau orang Indonesia timur.Ini bukan soal SARA, tetapi tipe kulit dan kaitannya dengan pembentukan vitamin D," katanya.

Semakin warna kulitnya putih, semakin mudah dan cepat membentuk vitamin D.

Semakin gelap warna kulit semakin sulit dan butuh waktu lama bentuk vitamin D.

Dengan demikian, lama orang Manado berjemur itu berbeda dengan lama orang Jawa karena memang tipe kulitnya berbeda.

Waktu Berjemur di Jakarta

Kapan waktu berjemur di Jakarta yang tepat?

Berdasarkan inilah walaupun waktu berjemur sama, belum tentu rentang waktunya sama, karena berbeda warna kulitnya.

Ada penelitan di Jakarta bahwa UV indeks tertinggi di pukul 11:00 sampai 13:00 atau waktu tengah hari.

Kalau berjemur pada jam-jam tersebut, kita akan mendapatkan produksi vitamin D paling tinggi.

Pukul 10:00 sudah tinggi karena indeks UV-nya sudah 6-7. Pukul 14:00, indeks UV-nya juga 6-7.

"Tapi yang UV indeksnya tertinggi (10-12) saat pukul 11.00-13.00, ketika matahari seperti berada di tengah kepala kita," katanya.

Dokter Sondang menjelaskan, pada kulit tipe 3 hanya perlu waktu 10-15 menit bila berjemur pukul 10 keatas.

Tapi kalau jemur di pagi hari bisa juga, tapi butuh waktu lebih lama.

Selain manfaat vitamin D, beberapa penelitian juga menyatakan, UVA bikin rusak kulit bikin kanker kulit dan penuaan dini.

Supaya tidak mengalami penuaan dini hindari sebanyak mungkin pajanan UVA. Kalau berjemur dipagi hari, UVA jadi banyak, kalau siang berjemur cuma sebentar UVA jadinya sedikit.

Tapi jangan lupa Intensitas UVA juga tinggi di siang hari, jadi bisa juga berisiko penuaan dini kalau terlalu kalau lama.

Jadi kita mesti bijaksana kapan mau berjemurnya.

Kegunaan Vitamin D

Banyak kegunaan vitamin D bagi tubuh manusia.

Salah satunya adalah untuk meningkatkan imunita tubuh.

Selain itu, kegunaan Vitamin D lainnya adalah untuk memperkuat tulang.

"Dan jangan lupa, vitamin D juga berguna untuk melawan virus-virus yang masuk ke tubuh kita," ujar dr Sondang. (lis)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul WAKTU Berjemur di Jakarta yang Efektif Bukan Jam 09:00 atau 10:00, Ini Penjelasan Dokter Kulit RSCM

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved