Kesehatan
Sulit Memaafkan Orang Lain? Manfaat Jadi Pemaaf di Bawah Ini Wajib Kamu Perhatikan!
Sulit Memaafkan Orang Lain? Manfaat Sifat Pemaaf di Bawah Ini Wajib Kamu Perhatikan!
Selain itu, sifat pemaaf juga meningkatkan pemulihan kardiovaskular dari stres.
Studi lain yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology juga mengungkapkan, menyimpan amarah dan permusuhan akan berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung ini termasuk kondisi seperti serangan jantung, terutama di antara mereka yang memiliki riwayat penyakit.
Memaafkan Orang Lain Akan Meningkatkan Kesehatan Mental
Sementara itu, sebuah studi dari university of Missouri mengungkapkan, memaafkan orang lain dapat melindungi diri dari depresi.
Dikutip Tribunnews dari Medical Daily, studi ini meneliti orang dewasa lanjut usia dan ingin melihat bagaimana tindakan memaafkan mempengaruhi kesehatan mental dan depresi mereka, terutama jika para peserta merasa tidak dimaafkan orang lain.
Tim riset menggunakan data dari Religion, Aging, and Health Survey yang mencakup informasi sekitar 1.000 orang dewasa yang berusia lebih dari 67 tahun.
Para peneliti menemukan, wanita yang lebih tua secara khusus mendapat manfaat dari memaafkan orang lain.
Mereka cenderung depresi jika mereka mereka merasa tidak memaafkan dan dimaafkan orang lain.
Para peneliti menunjukkan, seiring bertambahnya usia, mereka cenderung lebih memaafkan orang lain.
Ternyata, bagi wanita setidaknya, refleksi dan pengampunan ini bermanfaat bagi kesehatan mental.
"Kedengarannya seperti superioritas moral," kata seorang penulis studi dan seorang profesor di Department of Human Development and Family Science University of Missouri, Christine Proulx.
tetapi ini bukan tentang menjadi orang yang lebih baik. "Orang-orang yang cenderung memaafkan orang lain tampaknya membantu mengurangi tingkat depresi, terutama bagi wanita," lanjutnya.
Psikolog klinis sekaligus asisten profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Johns Hopkins University School of Medicine, Neda F. Gould, menyarankan bahwa tindakan memaafkan sama saja dengan menahan amarah.
Dia mengklaim, kemarahan adalah bentuk stres yang menyebabkan konflik berkepanjangan.