Selasa, 7 Oktober 2025

Tanda-tanda Si Kecil Alami Gangguan Mental, Orangtua Harus Tahu

Masalah mental pada anak-anak, seperti stres, kecemasan, atau depresi adalah sesuatu yang nyata. Namun, banyak yang tak dapat perawatan semestinya.

Editor: Willem Jonata
net
Tantrum pada anak 

TRIBUNNEWS.COM - Menangis dan mengamuk memang tipikal perilaku balita. Misalnya melempar mainannya ke berbagai penjuru sambil menangis.

Tapi, apakah normal jika tantrumnya sering muncul dan sulit dibuat tenang?

Anak Anda yang sudah bersekolah SD tidak mau berangkat sekolah. Tiap hari ia pulang dengan wajah sedih dan menangis. Setiap pagi ia memohon untuk bisa tinggal di rumah dan matanya terlihat panik.

Apakah ia hanya anak yang tidak mau ke sekolah atau mengalami gejala kecemasan?

Masalah mental pada anak-anak, seperti stres, kecemasan, atau depresi adalah sesuatu yang nyata. Namun, banyak anak yang tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya.

"Banyak orangtua yang tidak bisa mengenali perilaku tertentu merupakan tanda dari gangguan mental dan bukan sekadar perasaan 'sedih' atau sedang 'grogi'," kata psikolog anak Danielle Rannazzisi, Ph.D.

Di negara maju seperti AS pun, banyak orangtua yang takut mengajak anaknya ke psikiater. Konotasi negatif yang melekat pada penyakit mental membuat banyak orang tidak mau mengakui jika memang butuh perawatan.

Baca: Gampang Marah? Bisa Jadi Anda Mengalami Gejala Depresi

Menurut dokter anak Marian Earls, beberapa gangguan mental seperti gangguan tumbuh kembang memang sudah ditangani, seperti ADHD (gangguan pemusatan perhatian dan perilaku).

Earls menjelaskan, setiap gangguan perkembangan mental harus bisa dikenali dan diterapi sedini mungkin. "Orangtua berperan penting dengan mengenali gejalanya dan berkonsultasi ke dokter anak atau psikiater," katanya.

Berikut adalah beberapa gejala gangguan mental pada anak yang perlu diwaspadai:

- Perubahan mood yang signifikan, termasuk mood negatif yang mentap atau mood sering berubah-ubah.

- Perubahan perilaku yang signifikan, misalnya anak yang tadinya pintar tapi belakangan nilai-nilai ulangannya selalu buruk.

- Rasa cemas dan takut yang nyata.

- Kehilangan minat pada teman, objek, dan aktivitas yang semula ia sukai.

- Sulit konsentrasi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved