Selasa, 7 Oktober 2025

Cidera Daerah Mulut Duduki Peringkat Kedua Dialami Anak Di Bawah Enam Tahun

Adapun akibat trauma ini bisa menyebabkan patahnya gigi, gigi intrusi atau berubah posisi dan lepasnya gigi

Penulis: Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak adalah makhluk yang sangat mudah mengalami trauma yang disebabkan jatuh, kehilangan keseimbangan dan terbentur dapat terjadi saat anak beraktivitas.

"Pada anak usia 0-6 tahun, cidera daerah mulut merupakan cidera kedua tersering, mencapai 18 persen dari seluruh cedera tubuh," kata drg Rudy Kurniawan SpKGA, pakar Kesehatan Gigi Anak RaDental Clinic, RSIA Grand Family, Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Jumat (22/1/2016).

Di antara cedera mulut ini, cedera gigi adalah yang paling sering terjadi, disusul oleh cedera jaringan lunak mulut.

Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD), trauma pada gigi susu paling sering terjadi saat anak berusia dua hingga tiga tahun, yaitu saat kemampuan koordinasi motoriknya masih berkembang.

Sedangkan cedera pada gigi tetap biasanya terjadi akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan cedera olahraga.

"Trauma pada gigi tidak hanya dapat menimbulkan perubahan pada penampilan gigi secara estetik tapi juga berdampak besar terhadap fungsi gigi dan psikologis anak di kemudian hari," katanya.

Adapun akibat trauma ini  bisa menyebabkan patahnya gigi, gigi intrusi atau berubah posisi dan lepasnya gigi.

Patahnya gigi susu dapat hanya mengenai permukaan ataupun mengenai bagian dalam gigi yang disebut pulpa.

“Gigi patah dapat menyebabkan nyeri saat anak makan atau minum susu. Nyeri juga timbul ketika gigi disentuh,” jelas drg Rudy.

Patahan yang terlihat jelas dapat membuat tampilan gigi menjadi aneh dan tidak rata.

Pada kasus yang ringan, gigi yang tajam dapat dihaluskan dan patahan gigi dapat disambung kembali selama kondisi gigi masih dalam keadaan baik.

Pada kasus lain, mungkin diperlukan perawatan pulpa dan perbaikan bentuk serta fungsi gigi dengan cara ditambal.

Trauma bisa menyebabkan gigi intrusi atau berubah posisi.

Trauma pada gigi susu dapat menyebabkan gigi terdorong masuk ke dalam gusi (intrusi) sehingga terlihat seperti baru tumbuh atau hilang.

Adanya dorongan juga dapat menyebabkan gigi berubah kedudukannya sehingga menimbulkan nyeri pada gigi.

Pada kasus ringan intrusi dan perubahan posisi gigi susu, dokter dapat hanya melakukan observasi dan perawatan dengan antiseptic.

“Namun, pada kasus tertentu mungkin diperlukan penarikan gigi, reposisi, hingga pencabutan gigi,” katanya.

Trauma yang cukup hebat dapat menyebabkan gigi susu menjadi lepas atau tanggal hingga ke akarnya disebut dengan avulse gigi yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada anak.

“Bergantung situasi, gigi yang tanggal ini dapat ditanam kembali. Jika tidak memungkinkan, dapat dilakukan pemasangan gigi palsu,” katanya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved