Selasa, 30 September 2025

Kisah Seorang Istri Dapatkan Sperma Suaminya yang Telah Meninggal Berujung Kelahiran Sang Bayi

Tim dokter dari Australia berhasil menggunakan sel sperma yang diambil dari pria yang sudah 2 hari meninggal dunia.

Editor: Dewi Agustina
Shutterstock
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, AUSTRALIA - Tim dokter dari Australia berhasil menggunakan sel sperma yang diambil dari pria yang sudah 2 hari meninggal dunia.

Ini adalah kasus pertama di dunia yang sukses menciptakan "bayi sehat dan bahagia".

Dokter yang terlibat dalam prosedur tersebut mengatakan, keberhasilan ini bisa menginspirasi dokter lain yang sebelumnya mengira hal tersebut tak akan berhasil.

Sebelumnya, rekor penggunaan sperma yang diambil dari pria yang telah meninggal dan berhasil menghasilkan bayi sehat adalah 30 jam atau 18 jam lebih sedikit dari kasus di Australia ini.

Pakar bayi tabung Steve Robson dari fakultas kedokteran Australian National University mengatakan, ini adalah kasus paling luar biasa yang pernah ditanganinya.

"Sungguh luar biasa bisa terlibat untuk membantu wanita yang memiliki cinta sangat besar dan juga keberanian. Sebagai tim dokter kami terkesan dengan besarnya cinta yang wanita ini miliki dan semangat luar biasa dalam menghadapi rintangan," kata Robson.

Wanita yang namanya dirahasiakan tersebut berjuang melawan Mahkamah Agung Adelaide setelah suaminya meninggal mendadak akibat kecelakaan motor.

Dibutuhkan waktu dua hari untuk mendapat persetujuan pengadilan dan prosedur pengambilan sperma dilakukan di Canberra karena di Adelaide hal itu dianggap ilegal.

Canberra adalah satu-satunya tempat di Australia yang mengizinkan pengambilan sperma dari mayat tanpa adanya perjanjian tertulis.

Di Australia Selatan, sperma dari mayat bisa dipakai jika diambil menjelang kematian.

Namun dalam kasus tersebut, wanita ini bisa membuktikan pada pengadilan bahwa ia dan suaminya memang sedang merencanakan kehamilan.

Menurut Robson, pengambilan sel sperma dari pria yang sudah meninggal dikhawatirkan bisa menyebabkan kerusakan DNA.

Tapi dalam kasus ini hal tersebut tidak terjadi. Bahkan, wanita tersebut langsung hamil dalam percobaan pertama dan kini bayinya sudah berusia setahun dan dalam kondisi sehat.

Kelompok konservatif menilai tindakan tersebut tidak etis.

"Secara sengaja melakukan pembuahan tanpa adanya ayah adalah tindakan untuk memenuhi keinginan orang dewasa, bukannya kepentingan terbaik anak," kata Ros Philips dari Family Voice Australia.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved