Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu Tutup Kuping, Nekat Gempur Gaza Meski Trump Serukan Gencatan Senjata
Israel gempur Gaza meski Hamas setuju rencana damai Trump, langkah ini bertentangan dengan janji Netanyahu yang sebelumnya sepakati usulan perdamaian.
TRIBUNNEWS.COM - Israel kembali melancarkan serangan udara mematikan ke Jalur Gaza pada Sabtu (4/10/2025) waktu setempat.
Mengutip laporan Al Jazeera, gempuran dilakukan Israel hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan penghentian pengeboman dan menyebut bahwa Hamas menyatakan kesiapan untuk berdamai.
Imbas serangan ini otoritas setempat melaporkan sedikitnya enam orang tewas, empat korban ditemukan di sebuah rumah di Kota Gaza, sedangkan dua korban lain ditemukan di Khan Younis, kawasan selatan Gaza.
Tindakan militer Israel sontak menuai kecaman luas karena dianggap bertolak belakang dengan seruan damai yang baru saja disampaikan Trump melalui platform media sosialnya, Truth Social.
Menurut laporan dari Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyetujui operasi tersebut sebagai “tindakan pertahanan dan langkah persiapan” menjelang pelaksanaan tahap pertama dari rencana perdamaian Trump, yang mencakup pembebasan sandera Israel oleh Hamas.
Pemerintah Israel menegaskan bahwa serangan dilakukan bukan untuk memperluas perang, melainkan untuk “mengamankan posisi” sebelum negosiasi berlangsung.
Namun, sumber militer Israel yang dikutip The Guardian menyebutkan bahwa keputusan untuk melancarkan serangan juga dipicu oleh kekhawatiran atas potensi pelanggaran kesepakatan oleh Hamas.
Beberapa pejabat Israel meyakini bahwa sebagian kelompok bersenjata di Gaza masih menolak usulan damai dan menilai gencatan senjata hanya akan memberi waktu bagi Hamas untuk memperkuat pertahanan.
Analis politik Timur Tengah menilai langkah Israel sebagai strategi ganda di satu sisi menunjukkan kesiapan terhadap rencana perdamaian AS, tetapi di sisi lain ingin memastikan posisi militernya tetap kuat di lapangan.
"Israel ingin masuk ke meja negosiasi dari posisi dominan,” ujar seorang analis yang berbicara kepada Reuters.
Serangan ini memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza yang telah luluh lantak sejak ofensif besar-besaran Israel dimulai pada Oktober 2023.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 66.000 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil, sementara ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi ke wilayah yang kini kekurangan air, obat, dan makanan.
Baca juga: Israel Siap Jalankan Tahap Pertama Rencana Trump soal Gaza usai Respons Positif Hamas
Trump Minta Israel Stop Perang
Adapun serangan udara Israel ke Jalur Gaza menuai sorotan tajam dunia internasional lantaran dinilai bertolak belakang dengan kesepakatan awal.
Di mana sebelumnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan kesediaannya untuk menghentikan perang dan mendukung proposal perdamaian yang disponsori Washington.
Pernyataan itu disampaikan Trump usai menggelar pertemuan empat mata dengan Netanyahu di Gedung Putih pada Senin (29/9/2025).
Dalam konferensi pers, Trump mengatakan Netanyahu telah menunjukkan sikap positif terhadap rencana perdamaian yang mencakup penghentian kekerasan dan pembebasan sandera.
Tak hanya itu Netanyahu turut setuju dengan usulan proposal perdamaian 21 poin yang digagas Trump.
Mencakup langkah-langkah strategis seperti penghentian segera serangan militer di Gaza, penarikan bertahap pasukan Israel, serta penempatan pasukan pengawas internasional untuk memastikan Hamas mematuhi gencatan senjata.
Rencana tersebut juga berisi program rekonstruksi besar-besaran di Gaza dengan pendanaan dari negara-negara donor Arab, serta amnesti bagi anggota Hamas yang setuju berdamai. Bagi mereka yang menolak, disediakan opsi untuk meninggalkan Gaza secara sukarela.
“Perdana Menteri Netanyahu sangat jelas tentang penentangannya terhadap negara Palestina, dan saya menghormati posisinya. Namun, apa yang dia lakukan hari ini sangat baik untuk Israel,” ujar Trump, dikutip dari Al Jazeera.
Namun, hanya beberapa jam setelah Hamas secara resmi menyetujui proposal perdamaian itu, Israel justru melancarkan serangan udara besar-besaran di sejumlah wilayah Gaza.
Langkah Israel ini dianggap mengingkari semangat kesepakatan damai dan menimbulkan keraguan terhadap komitmen Tel Aviv dalam menjalankan perjanjian yang digagas Amerika Serikat.
Sementara itu, Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi terkait tindakan Israel tersebut.
Namun sejumlah sumber diplomatik mengatakan, Trump merasa “kecewa dan dikhianati” karena serangan itu dilakukan hanya beberapa jam setelah ia menyerukan penghentian pengeboman melalui platform Truth Social.
Serangan terbaru ini memperlihatkan jurang besar antara diplomasi dan realitas perang di lapangan.
Di saat Hamas mulai membuka ruang bagi perdamaian, Israel justru memperkuat posisi militernya, menjadikan langit Gaza kembali merah di tengah harapan akan damai yang baru tumbuh.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.