Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Cara Tentara Ukraina Berlatih Jatuhkan Bom dengan Drone: Menggunakan Balon Air

Drone menjadi signifikan dalam perang Rusia-Ukraina, tidak hanya digunakan sebagai kamera terbang, kini drone juga digunakan sebagai penjatuh bom.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
mod.gov.ua
PERANG DRONE - Gambar yang diunggah Kementerian Pertahanan Ukraina pada 21 Januari 2025, menampilkan seorang tentara Ukraina yang mengoperasikan drone untuk pertempuran. Drone menjadi signifikan dalam perang Rusia-Ukraina, tidak hanya digunakan sebagai kamera terbang, kini drone juga digunakan sebagai penjatuh bom. 

TRIBUNNEWS.COM – Menjatuhkan bom secara presisi menggunakan drone memang membutuhkan pelatihan.

Namun, latihan semacam itu akan sangat berisiko dan memakan biaya besar jika menggunakan bom sungguhan.

Karena itu, tentara Ukraina berlatih menjatuhkan bom menggunakan balon air.

"Kami harus memperluas penggunaan drone. Sekarang kami menggunakan drone untuk tujuan ofensif," ujar Kolonel Boardman, komandan program pelatihan Operasi Interflex yang dipimpin Inggris, kepada Business Insider, Kamis (7/8/2025).

"Kami tidak hanya menggunakannya sebagai kamera terbang."

"Sekarang, kami juga menjatuhkan balon air dari drone."

Kementerian Pertahanan Inggris meminta agar identitas sang komandan hanya disebutkan berdasarkan pangkat dan nama belakangnya.

"Penggunaan balon air dapat mensimulasikan penjatuhan bahan peledak dan memungkinkan kami menghadirkan tingkat ancaman tersebut ke dalam latihan."

Operasi Interflex, Pelatihan untuk Tentara Ukraina

Latihan ini merupakan bagian dari Operasi Interflex, yang dijalankan oleh Inggris dan melibatkan 13 negara mitra lainnya, termasuk Australia, Kanada, Denmark, dan Lituania.

Negara-negara tersebut telah melatih lebih dari 56.000 warga Ukraina untuk bertempur di medan perang melawan Rusia.

PERANG DRONE - Gambar yang diunggah Kementerian Pertahanan Ukraina pada 3 Maret 2025, menampilkan seorang tentara Ukraina yang mengoperasikan drone untuk pertempuran. Drone menjadi signifikan dalam perang Rusia-Ukraina, tidak hanya digunakan sebagai kamera terbang, kini drone juga digunakan sebagai penjatuh bom.
PERANG DRONE - Gambar yang diunggah Kementerian Pertahanan Ukraina pada 3 Maret 2025, menampilkan seorang tentara Ukraina yang mengoperasikan drone untuk pertempuran. Drone menjadi signifikan dalam perang Rusia-Ukraina, tidak hanya digunakan sebagai kamera terbang, kini drone juga digunakan sebagai penjatuh bom. (mod.gov.ua)

Operasi ini menawarkan pelatihan bagi rekrutan baru yang akan memasuki medan perang untuk pertama kalinya, sekaligus bagi prajurit berpengalaman yang ingin meningkatkan keterampilan mereka dan menjadi pemimpin yang lebih baik.

Boardman mengatakan bahwa pasukan Ukraina langsung terjun ke medan perang setelah menyelesaikan pelatihan.

Baca juga: Prajurit Garis Depan Ukraina Buat Gebrakan Lagi, Kali Ini Ciptakan Robot Penembak Pesawat Rusia

"Kami mungkin melatih mereka lebih intensif daripada rekrutan Angkatan Darat Inggris, karena rekrutan kami tidak langsung dikirim ke medan perang hanya dengan pelatihan dasar," ujarnya.

Pasukan Ukraina harus siap menghadapi medan perang yang intens dan melelahkan.

Kementerian Pertahanan Inggris menyebut bahwa perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun ini telah menelan korban sekitar satu juta jiwa dari pihak Rusia saja.

Kondisi ini mendorong para pelatih untuk membuat pelatihan se-realistis mungkin, karena pasukan Ukraina tidak boleh lengah.

Boardman mengatakan bahwa operator drone Inggris ikut terlibat dalam pelatihan tentara Ukraina:

"Kami meminta dukungan mereka untuk secara efektif meniru lingkungan drone sebaik mungkin."

Pelatihan ini juga melibatkan orang-orang yang diamputasi, lengkap dengan darah palsu dan riasan film, untuk memerankan prajurit yang terluka parah dan membutuhkan perawatan.

"Idenya adalah menghadirkan sedikit kejutan dan realitas agar para rekrutan benar-benar merasakan momen tersebut, agar mereka benar-benar berpikir bahwa yang mereka hadapi adalah korban sungguhan," ujar Boardman.

"Perang ini brutal, dan pelatihan seperti ini sangat penting untuk mempelajari pertolongan pertama di medan tempur."

"Namun, yang lebih mendesak dalam pertempuran ini adalah kesiapan menghadapi perang drone."

Signifikansi Drone dalam Perang Rusia-Ukraina

Penggunaan drone dalam konflik ini terjadi jauh lebih sering dibandingkan perang-perang sebelumnya, memengaruhi berbagai aspek, mulai dari taktik dan moral prajurit hingga jumlah korban.

Banyak operator drone menyatakan bahwa 80 persen kerugian Rusia di garis depan disebabkan oleh drone, bukan oleh persenjataan konvensional lainnya.

Namun, senjata destruktif ini juga merugikan pasukan Ukraina.

Begitu banyak drone beterbangan di langit sehingga tentara bisa saja kesulitan membedakan mana yang kawan dan mana yang lawan.

Baca juga: Trump Siap Duduk Satu Meja dengan Putin dan Zelensky, Bahas Perdamaian Perang Rusia-Ukraina

Dalam kepanikan, beberapa tentara bahkan mencoba mengganggu atau menembak jatuh semua drone yang terlihat.

Barat yang Melatih, tapi Juga Mendapat Banyak Pelajaran

Meski Barat melatih tentara Ukraina untuk perang, mereka juga memetik pelajaran dari konflik ini, di mana drone menjadi elemen prioritas yang semakin penting bagi militer Barat.

Pentagon, misalnya, telah meluncurkan sekolah drone dengan melibatkan penasihat militer Ukraina.

Denmark bahkan berencana mengirim personel ke Ukraina untuk mempelajari perang drone secara langsung.

Banyak perusahaan drone dari Barat ingin teknologinya digunakan oleh tentara Ukraina agar mereka bisa mendapatkan feedback dari kondisi tempur yang sesungguhnya.

Militer Ukraina memiliki pengalaman yang jauh lebih langsung dengan drone dibandingkan negara-negara Barat yang melatih mereka.

Ukraina saat ini sedang berperang sengit melawan musuh yang lebih besar, dengan ragam bentuk peperangan, mulai dari perang parit hingga pertempuran artileri yang intens.

Sebaliknya, Barat telah menghabiskan beberapa dekade terakhir berperang melawan musuh yang lebih kecil, meski memiliki keunggulan dalam jumlah pasukan dan daya tembak.

Banyak tentara Ukraina yang menerima pelatihan dari Barat kini mengalami langsung kondisi seperti perang parit..

Pengalaman seperti itu justru belum pernah dialami oleh sebagian besar pelatih mereka.

Boardman menggambarkan ini sebagai dinamika yang bermanfaat bagi kedua pihak.

"Beberapa tentara Ukraina tahu persis bagaimana cara membersihkan parit, karena mereka baru melakukannya beberapa minggu lalu," ujarnya.

"Ketika kami memberikan instruksi tentang praktik terbaik, mereka dapat memberi masukan mengenai apa yang paling efektif."

Ia menyebutkan adanya pemahaman bersama yang mendalam antara Inggris dan negara-negara mitranya, di mana pengalaman Ukraina didengarkan dengan saksama, dan sebagai gantinya mereka berbagi doktrin NATO.

"Hasilnya jauh lebih besar dari sekadar jumlah peserta, dan itu sangat berharga bagi kami."

Baca juga: Tiga Negara NATO Patungan Rp 8,17 T Beli Senjata Amerika Buat Dipakai Ukraina Lawan Rusia

"Kami juga menyalurkan semua pengetahuan itu ke dalam Angkatan Darat Inggris," jelas Boardman.

Ia menambahkan bahwa Inggris sedang mengembangkan taktik perang drone.

"Namun, kami saat ini tidak sedang berperang, jadi mungkin kami tidak berkembang secepat Ukraina, yang benar-benar membutuhkannya."

"Sejak Inggris beroperasi di Afghanistan dan Irak, lingkungan operasi telah berubah, kehadiran drone di mana-mana telah mengubah segalanya," katanya.

"Tapi Ukraina sangat terbuka dalam berbagi pemahaman mereka dengan kami."

Perang Rusia-Ukraina Berlangsung Selama Lebih dari 3 Tahun

Perang antara Rusia dan Ukraina kini telah memasuki tahun keempat.

Menurut situs Parliament.uk, Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022. 

Pasukan Rusia menyerbu dari arah Belarus di utara, Rusia di timur, dan Krimea di selatan.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut operasi ini sebagai “operasi militer khusus” untuk melindungi rakyat Donbas dan “mendemiliterisasi serta denazifikasi Ukraina”.

Ia membantah adanya niat untuk menduduki wilayah Ukraina.

Namun, selama tiga tahun terakhir, Rusia terus melancarkan serangan besar-besaran, termasuk menargetkan infrastruktur sipil penting.

Total korban diperkirakan mencapai ratusan ribu dari kedua belah pihak, meski angkanya tidak bisa diverifikasi secara resmi.

Pada Oktober 2022, Rusia menandatangani perjanjian aneksasi terhadap Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, meski wilayah-wilayah itu belum sepenuhnya berada di bawah kendali mereka.

Ukraina tetap bertekad merebut kembali seluruh wilayahnya, termasuk Krimea yang telah dianeksasi Rusia sejak 2014.

Hingga kini, belum terlihat apakah Rusia dan Ukraina akan menyepakati gencatan senjata.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved