Konflik Rusia Vs Ukraina
Drone Ukraina Picu Kebakaran di Kilang Minyak Sochi, Rusia Hentikan Operasi Bandara
Serangan drone Ukraina picu kebakaran besar di kilang minyak Sochi, Rusia. Bandara ditutup, 120 petugas dikerahkan, satu wanita dilaporkan terluka.
TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 120 petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api di sebuah depot minyak di kota Sochi, Rusia, pada Minggu (3/8/2025) pagi.
Gubernur Wilayah Krasnodar, Veniamin Kondratyev, melalui Telegram menyampaikan kebakaran terjadi setelah serangan pesawat tak berawak yang diduga berasal dari Ukraina.
Kondratyev menjelaskan, kebakaran terjadi di distrik Adler setelah serpihan drone menghantam truk tangki yang mengangkut produk minyak bumi.
RIA Novosti, mengutip pejabat darurat setempat melaporkan tangki dengan kapasitas 2.000 meter kubik terbakar hebat.
Untuk menjamin keselamatan penerbangan, otoritas penerbangan sipil Rusia, Rosaviatsia, menghentikan sementara seluruh operasi di Bandara Sochi.
Otoritas menyebut keputusan ini sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan bahaya lanjutan di wilayah udara tersebut.
Menurut laporan Reuters, serangan ini merupakan salah satu dari sedikit serangan Ukraina yang mencapai Sochi.
Sochi merupakan kota resor yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2014.
Kota Sochi, yang berlokasi di Rusia bagian selatan, memiliki jarak tempuh yang signifikan baik dari ibu kota Rusia maupun dari perbatasan Ukraina.
Untuk menuju Moskow, ibu kota Rusia, dari Sochi, jaraknya adalah sekitar 1.626 kilometer.
Perjalanan darat antara kedua kota ini diperkirakan memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 19 jam 4 menit mengemudi tanpa henti.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.257: India Tetap Beli Minyak Rusia Meski Terancam Sanksi AS
Sementara itu, jarak dari Sochi ke perbatasan Ukraina sedikit lebih dekat, yaitu sekitar 1.436 kilometer.
Perjalanan darat ke perbatasan Ukraina diperkirakan memakan waktu lebih lama, sekitar 20 jam 26 menit, yang bisa jadi disebabkan oleh kondisi jalan atau rute yang harus ditempuh.
Wilayah Krasnodar yang terletak di pesisir Laut Hitam dikenal sebagai salah satu target favorit Ukraina dalam perang drone.
Laut Hitam adalah laut pedalaman yang terletak di antara Eropa Tenggara dan Asia Barat.
Laut ini memainkan peran penting dalam sejarah dan geopolitik kawasan, terutama sebagai jalur perdagangan dan lokasi konflik strategis.
Laut Hitam adalah laut pedalaman yang terletak di antara Eropa Tenggara dan Asia Barat.
Laut ini memainkan peran penting dalam sejarah dan geopolitik kawasan, terutama sebagai jalur perdagangan dan lokasi konflik strategis.
Laut Hitam dikelilingi oleh enam negara, Ukraina (di utara), Rusia (di timur laut), Georgia (di timur), Turki (di selatan), Bulgaria (di barat daya), Rumania (di barat),
Di wilayah ini juga terdapat Kilang Ilsky, salah satu kilang minyak terbesar di Rusia selatan, yang beberapa kali menjadi sasaran serangan sebelumnya.
Sementara itu, The Guardian melaporkan bahwa serangan drone Ukraina juga terjadi di wilayah Voronezh, Rusia selatan.
Serangan tersebut menyebabkan beberapa kebakaran dan melukai seorang wanita.
Sebagai respons, Rusia meluncurkan serangan rudal terhadap ibu kota Ukraina, Kyiv, pada Minggu (3/8/2025)pagi.
Pemerintahan militer Kyiv menyatakan ledakan terdengar beberapa saat setelah tengah malam.
Hingga kini belum ada laporan korban jiwa atau kerusakan serius.
Baik pihak Ukraina maupun Rusia belum memberikan komentar resmi terkait eskalasi terbaru ini.
Reuters menyatakan belum dapat memverifikasi secara independen klaim dari kedua belah pihak.
Baca juga: Siapa Dmitry Medvedev? Cuitannya Membuat Donald Trump Mengerahkan Dua Kapal Selam Nuklir
Awal Mula Konflik Rusia-Ukraina
Konflik antara Rusia dan Ukraina tidak dimulai pada invasi skala penuh tahun 2022, melainkan memiliki akar sejarah yang panjang dan rumit sejak runtuhnya Uni Soviet.
Konflik ini adalah hasil dari serangkaian peristiwa politik dan militer yang terjadi selama beberapa dekade.
Berikut adalah kronologi dan faktor-faktor utama yang menjadi awal mula konflik:
1. Kemerdekaan Ukraina dan Perebutan Pengaruh (Pasca-1991)
Setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya.
Meskipun Rusia awalnya mengakui kedaulatan Ukraina, hubungan mereka tetap tegang karena Ukraina menjadi wilayah "perebutan pengaruh" antara Rusia dan Barat (NATO serta Uni Eropa).
- Identitas Nasional: Ukraina memiliki sejarah yang terjalin erat dengan Rusia, sering disebut sebagai "saudara kembar".
Namun, Ukraina, terutama di wilayah barat, mulai memperkuat identitas nasionalnya dan berupaya melepaskan diri dari pengaruh Rusia.
- Keinginan ke Barat: Sejak tahun 1992, Ukraina telah menunjukkan keinginan untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, yang dilihat oleh Rusia sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya.
2. Revolusi Oranye (2004) dan Revolusi Euromaidan (2014)
Perpecahan antara faksi pro-Rusia dan pro-Barat di Ukraina memuncak dalam dua revolusi besar:
- Revolusi Oranye (2004): Revolusi ini terjadi sebagai respons terhadap dugaan kecurangan dalam pemilihan presiden.
Protes besar-besaran berhasil membatalkan hasil pemilu dan membawa Viktor Yushchenko, seorang pemimpin pro-Barat, ke kursi kepresidenan.
- Revolusi Euromaidan (2014): Revolusi ini menjadi titik balik paling krusial.
Protes massal pecah setelah Presiden pro-Rusia, Viktor Yanukovych, menolak menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa dan memilih untuk menjalin hubungan lebih erat dengan Rusia.
Yanukovych akhirnya digulingkan dan melarikan diri ke Rusia, digantikan oleh pemerintahan yang pro-Barat.
3. Aneksasi Krimea dan Perang di Donbas (2014)
Sebagai respons terhadap Revolusi Euromaidan, Rusia melakukan dua tindakan militer yang mengubah peta geopolitik:
- Aneksasi Krimea: Pada Februari 2014, pasukan Rusia tanpa lencana mengambil alih Semenanjung Krimea, wilayah Ukraina yang dihuni mayoritas etnis Rusia.
Setelah referendum yang dianggap ilegal oleh sebagian besar komunitas internasional, Rusia secara resmi mencaplok Krimea.
- Perang di Donbas: Setelah pencaplokan Krimea, kelompok separatis pro-Rusia di wilayah timur Ukraina, Donbas (termasuk Donetsk dan Luhansk), mendeklarasikan kemerdekaannya.
Dengan dukungan militer, pendanaan, dan pasokan senjata dari Rusia, perang pun pecah.
Ini adalah konflik berskala rendah yang berlangsung selama delapan tahun hingga invasi 2022.
4. Invasi Skala Penuh (2022)
Pada Februari 2022, konflik memasuki babak baru yang jauh lebih besar.
Baca juga: Putin: Rudal Hipersonik Oreshnik Mulai Diproduksi, Siap Ditempatkan di Belarus Akhir Tahun Ini
Setelah penumpukan militer yang masif di perbatasan, Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina.
Alasan yang dikemukakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin untuk invasi ini adalah untuk "mendemitliterisasi" dan "denazifikasi" Ukraina.
Banyak pihak di Barat dan Ukraina menafsirkan invasi ini sebagai upaya untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, serta untuk mengembalikan pengaruh Rusia di wilayah yang secara historis dianggap sebagai zona pengaruhnya.
(Tribunnews.com/ Andari Wulan NugrahanI)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.