Iran, Prancis, Jerman, dan Inggris Akan Gelar Perundingan Nuklir di Istanbul
Iran dan tiga negara Eropa akan adakan perundingan nuklir di Istanbul, Jumat, di tengah ancaman kembalinya sanksi PBB.
TRIBUNNEWS.COM - Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman akan menggelar perundingan nuklir di Istanbul pada Jumat (25/7/2025).
Hal itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, seperti dikutip media pemerintah pada Senin (21/7/2025).
Pertemuan itu akan dilangsungkan di tingkat wakil menteri luar negeri dan bertujuan menghidupkan kembali negosiasi mengenai program nuklir Teheran.
Direktur Program Nonproliferasi di Carnegie Endowment for International Peace, James Acton, menyebut situasi saat ini sebagai "momen kritis yang bisa menentukan apakah Iran akan kembali ke jalur diplomasi atau semakin terisolasi secara internasional."
"Peluang kesepakatan masih ada, tapi jendela waktunya menyempit drastis seiring dengan meningkatnya ketegangan regional," ujar Acton, dikutip dari Reuters (21/7/2025).
Pembicaraan ini menyusul peringatan dari ketiga negara Eropa (dikenal sebagai E3), yang menyebut kegagalan melanjutkan perundingan dapat memicu diberlakukannya kembali sanksi internasional terhadap Iran.
Peringatan Keras E3 dan Ancaman Snapback
Ketiga negara Eropa tersebut telah menyatakan bahwa jika perundingan yang sempat berlangsung antara Iran dan Amerika Serikat sebelum pecahnya perang Israel-Iran tidak dilanjutkan atau gagal menghasilkan kesepakatan nyata, maka mereka akan memulihkan sanksi PBB menggunakan "mekanisme snapback" paling lambat akhir Agustus.
"Jika EU/E3 ingin berperan, mereka harus bertindak secara bertanggung jawab, dan mengesampingkan kebijakan ancaman dan tekanan yang sudah usang," kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, dikutip Al Jazeera (20/7/2025).
Mekanisme "snapback" merujuk pada prosedur dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2231 yang memungkinkan negara peserta JCPOA untuk memulihkan sanksi internasional terhadap Iran jika dianggap melanggar kesepakatan.
Proses ini bisa dijalankan secara sepihak oleh negara peserta tanpa memerlukan suara mayoritas di Dewan Keamanan dan berlaku otomatis dalam waktu 30 hari setelah pemberitahuan resmi.
Latar Belakang Konflik dan Negosiasi
Baca juga: Putin Temui Penasihat Utama Khamenei di Kremlin, Program Nuklir Iran Jadi Topik Hangat
Sebelum konflik bersenjata antara Iran dan Israel pecah pada pertengahan Juni lalu, Teheran dan Washington sempat mengadakan lima putaran perundingan nuklir yang dimediasi oleh Oman sejak April 2025.
Namun negosiasi itu terganjal oleh isu utama, yakni permintaan Barat agar Iran menghentikan pengayaan uranium sepenuhnya.
Amerika Serikat dan Israel kemudian menyerang fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni, yang memicu perang singkat namun intens.
Washington mengklaim telah menghancurkan tiga fasilitas nuklir utama Iran, sedangkan Iran menuduh AS terlibat langsung dalam operasi militer Israel yang menewaskan sejumlah pejabat militer dan ilmuwan nuklirnya.
Dukungan Rusia dan Respons Iran
Di tengah eskalasi, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menggelar pertemuan mendadak di Kremlin dengan Ali Larijani, penasihat tertinggi Pemimpin Tertinggi Iran dalam urusan nuklir.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.