Kecelakaan Pesawat Air India
Investigasi Kecelakaan Air India Picu Perdebatan, Sakelar Kontrol Bahan Bakar Tak Bermasalah
Investigasi kecelakaan pesawat Air India yang terjadi pada bulan lalu telah memicu perdebatan panjang.
TRIBUNNEWS.COM - Investigasi kecelakaan pesawat Air India telah memicu perdebatan panjang.
Investigasi kecelakaan pesawat yang menimpa Air India pada 12 Juni 2025 di Ahmedabad itu telah memasuki babak baru, di mana muncul usulan untuk memasang kamera video di kokpit.
Meskipun usulan memasang kamera video di kokpit telah terjadi selama puluhan tahun, akibat kecelakaan pesawat Air India ini usulan itu muncul kembali.
Salah satu suara paling berpengaruh dalam industri ini, kepala Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Willie Walsh mengatakan pada hari Rabu di Singapura, ada argumen kuat agar kamera video dipasang di kokpit pesawat untuk memantau tindakan pilot guna melengkapi perekam suara dan data penerbangan yang sudah digunakan oleh penyelidik kecelakaan.
Para ahli penerbangan mengatakan, laporan awal dari Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB) menimbulkan pertanyaan apakah salah satu pilot penerbangan Air India 171 mematikan pasokan bahan bakar ke mesin Boeing 787 beberapa detik setelah lepas landas, yang mengakibatkan situasi yang tidak dapat diperbaiki.
"Berdasarkan pengetahuan kami saat ini, sangat mungkin rekaman video, selain rekaman suara, akan sangat membantu para penyelidik dalam melakukan investigasi terkait isu kesehatan mental," kata Walsh, dikutip dari CNN.
Para pendukung kamera video kokpit mengatakan rekaman itu dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh perekam audio dan data.
Sementara para penentang mengatakan kekhawatiran tentang privasi dan penyalahgunaan lebih besar daripada apa yang mereka anggap sebagai manfaat marjinal untuk penyelidikan.
Rekaman video itu "sangat berharga" bagi para penyelidik kecelakaan Australia untuk menentukan apa yang menyebabkan helikopter Robinson R66 hancur di udara pada tahun 2023.
"Video tersebut menunjukkan bahwa pilot tersebut disibukkan dengan tugas-tugas yang tidak terkait dengan penerbangan selama sebagian besar waktunya, khususnya penggunaan ponsel dan konsumsi makanan serta minuman," kata laporan tersebut.
ATSB memuji Robinson Helicopters karena menyediakan kamera yang dipasang pabrik dan mengatakan bahwa pihaknya mendorong produsen dan pemilik lain untuk mempertimbangkan manfaat keselamatan berkelanjutan dari perangkat serupa.
Baca juga: Hasil Investigasi Awal Air India: Human Error, Sakelar Bahan Bakar Tak Menyala Pasca Lepas Landas
Pada tahun 2000, Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), Jim Hall mendesak Administrasi Penerbangan Federal untuk mewajibkan pesawat komersial dilengkapi dengan perekam gambar kokpit.
Rekomendasi Hall muncul setelah kecelakaan Penerbangan 990 Egyptair tahun 1999, ketika kopilot secara sengaja menjatuhkan Boeing 767, menurut NTSB, yang menewaskan seluruh 217 orang di dalamnya.
"Dalam keseimbangan antara privasi dan keselamatan, skalanya jelas mengarah pada keselamatan," ujar pakar keselamatan udara, John Nance.
"Melindungi masyarakat yang terbang adalah kewajiban suci," lanjutnya.
Pakar keselamatan penerbangan lainnya, Anthony Brickhouse, mengatakan bahwa sebagai penyelidik kecelakaan, ia mendukung video kokpit, tetapi mengakui bahwa pilot komersial memiliki kekhawatiran nyata.
"Video di penerbangan Air India 171 akan menjawab banyak pertanyaan," katanya.
Air India menolak berkomentar.
AAIB India, yang diperkirakan akan merilis laporan akhir dalam waktu satu tahun setelah kecelakaan berdasarkan aturan internasional, tidak menanggapi permintaan komentar.
Tak Ditemukan Kesalahan Sakelar
Air India telah menyelesaikan pemeriksaan pencegahan terhadap mekanisme penguncian sakelar kontrol bahan bakar (FCS) di seluruh armada pesawat Boeing 787 miliknya.
Menurut salah seorang pejabat Air India mengatakan, hasilnya tidak ditemukan masalah apa pun di seluruh pesawat Boeing 787 miliknya.
Pemeriksaan ini dilakukan menyusul arahan dari Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil (DGCA) awal minggu ini, yang meminta semua maskapai yang mengoperasikan pesawat Boeing 787 dan 737 untuk memeriksa sistem penguncian sakelar bahan bakar.
Perintah tersebut menyusul dirilisnya laporan awal oleh Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB) terkait kecelakaan pesawat Air India bulan lalu yang menewaskan 260 orang.
Dikutip dari India Today, menurut pejabat itu, tim teknik maskapai melakukan pemeriksaan selama akhir pekan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pilot melalui pesan internal.
Baca juga: Terungkap! Sakelar Bahan Bakar Terputus Sesaat sebelum Kecelakaan Air India Tewaskan 260 Orang
"Inspeksi telah selesai, dan tidak ada masalah yang ditemukan," kata pejabat tersebut.
Pejabat tersebut menambahkan bahwa semua pesawat Boeing 787-8 telah menjalani penggantian Modul Kontrol Throttle (TCM) sesuai jadwal perawatan Boeing, yang mana FCS merupakan bagian darinya.
Sakelar kontrol bahan bakar sangat penting untuk mengatur aliran bahan bakar ke mesin pesawat.
Laporan awal AAIB setebal 15 halaman mengungkapkan bahwa kedua sakelar bahan bakar pada Boeing 787-8 yang jatuh telah berpindah dari posisi "run" ke posisi "cutoff" dalam waktu kurang dari satu detik, yang menyebabkan kedua mesin mati tak lama setelah lepas landas.
"Dalam rekaman suara kokpit, salah satu pilot terdengar bertanya kepada pilot lainnya mengapa ia memotong jalurnya? Pilot lainnya menjawab bahwa ia tidak melakukannya," demikian pernyataan laporan tersebut.
Meskipun laporan tersebut merujuk pada Buletin Informasi Kelaikan Udara Khusus (SAIB) terkait yang dikeluarkan oleh Badan Penerbangan Federal AS, laporan itu tidak merekomendasikan tindakan khusus apa pun.
Sejalan dengan prosedur operasi standar, Air India juga telah menyarankan pilotnya untuk tetap waspada dan melaporkan setiap kelainan dalam catatan teknis pesawat, pejabat itu menambahkan.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.