9 Negara yang Terapkan Konsep Perjodohan: Ada Indonesia, India Sesuai Kasta hingga Budaya yang Sama
Berikut 9 negara yang menerapkan konsep perjodohan, misalnya perjodohan di India terjadi antara dua orang yang menganut agama, kasta, dan budaya sama.
TRIBUNNEWS.COM - Perjodohan menjadi proses untuk memasangkan individu, dengan tujuan untuk pernikahan.
Konsep perjodohan telah meluas hingga ke kemitraan bisnis, dan bahkan permainan daring.
Dalam perjodohan, calon pasangan menggunakan kriteria seperti reputasi keluarga, status sosial, dan kecocokan.
Selain itu, perjodohan telah memadukan metode tradisional dengan teknologi mutakhir.
Setiap negara tentunya mempunyai konsep perjodohan yang berbeda.
Lantas, negara mana yang menerapkan konsep perjodohan?
Berikut 9 negara yang menerapkan konsep perjodohan, dilansir laman World Population Review:
1. India
Konsep perjodohan merupakan kepercayaan yang tersebar luas dan berakar dalam budaya India.
Biasanya, perjodohan di India terjadi antara dua orang yang menganut agama, kasta, dan budaya yang sama.
Pernikahan juga dianggap menguntungkan jika anak laki-laki atau keluarga anak laki-laki tersebut stabil secara finansial.
Baca juga: Raffi Ahmad-Nagita Slavina Cerita di Balik Perjodohan Luna Maya dan Maxime Bouttier
Demikian pula, warna kulit cerah banyak dicari oleh anak perempuan.
Beberapa keluarga juga menggunakan pencocokan horoskop untuk mengukur kecocokan.
2. China
Pernikahan yang diatur di Kekaisaran Tiongkok digunakan sebagai alat politik untuk memperkuat aliansi antarkeluarga.
Di kalangan kelas bawah yang bekerja untuk orang kaya, keluarga menikahkan anak perempuan mereka untuk memperoleh keamanan ekonomi.
Undang-Undang Pernikahan tahun 1950 melarang pernikahan yang diatur, tetapi keterlibatan orang tua dalam ikatan pernikahan masih umum di Tiongkok modern.
3. Pakistan
Pernikahan yang diatur di Pakistan biasanya diawali lamaran, dan jika gadis itu menerimanya, maka akan diikuti upacara pertunangan dan pernikahan.
Pernikahan ini biasanya diatur oleh hukum perkawinan Islam dan umum terjadi, bahkan di antara masyarakat di luar negeri.
Namun, pernikahan yang diatur di Pakistan terkadang merupakan pernikahan paksa yang melanggar hak asasi manusia.
4. Jepang
Orang Jepang memiliki istilah untuk perjodohan mereka, yakni omiai.
Secara tradisional, praktik omiai melibatkan perantara yang mengatur pertemuan perjodohan untuk pria dan wanita Jepang.
Saat ini, bahkan ada perusahaan dan bisnis yang menawarkan layanan kencan dan perjodohan ini.
Namun, persentase perjodohan di Jepang menurun.
Baca juga: Kakak Tikam Adik Ipar 4 Kali di Sukoharjo Jateng, Motif Dipicu Asmara hingga Perjodohan
5. Iran
Secara tradisional, pernikahan yang diatur di Iran dimulai oleh keluarga mempelai pria melalui lamaran pernikahan resmi.
Namun, untuk mengikuti perkembangan zaman, pemerintah Iran telah memperkenalkan aplikasi kencan Muslim.
Aplikasi yang disetujui negara ini secara khusus dirancang untuk melestarikan nilai-nilai dan budaya keluarga Iran.
6. Irak
Irak adalah negara yang banyak dihuni kaum tradisionalis, dan kaum perempuan biasanya memiliki status yang lebih rendah daripada kaum pria.
Oleh karena itu, beberapa perjodohan cenderung menindas kaum perempuan, yang sering kali terjebak dalam pernikahan anak dan pernikahan paksa.
Hal ini umum terjadi di negara-negara Arab yang menganut perjodohan seperti Suriah, Arab Saudi, dan Palestina.
7. Indonesia
Pernikahan yang diatur di Indonesia umum terjadi di daerah pedesaan dan terkadang merupakan pernikahan anak.
Sebagian besar pernikahan yang diatur di daerah pedesaan Indonesia terjadi karena alasan ekonomi.
8. Bangladesh
Bangladesh juga merupakan salah satu negara yang menerapkan perjodohan, di mana pernikahan paksa menjadi masalah.
Perjodohan telah ada selama ratusan tahun di Bangladesh dan melambangkan persatuan dua keluarga.
Perjodohan juga melibatkan konsep mas kawin, yaitu harta atau uang yang diberikan keluarga perempuan kepada suaminya saat pernikahan mereka.
9. Korea Selatan
Pernikahan yang diatur merupakan kepercayaan tradisional yang sudah mengakar kuat di Korea Selatan dan masih lazim di masyarakat pedesaan.
Meskipun pasangan memiliki lebih banyak kebebasan saat memilih pasangan hidup, persetujuan orang tua atas pernikahan tersebut masih sangat dijunjung tinggi.
Terkadang, perantara pernikahan dipekerjakan untuk membuat pengaturan yang diperlukan.
Para perantara pernikahan ini membantu orang tua memastikan pasangan anak-anak mereka berasal dari latar belakang ekonomi dan budaya yang dapat diterima.
Perjodohan Akan Meluas
Dikutip dari laman soulmatcher, seiring berjalannya waktu, pencarian jodoh menjadi semakin canggih dan beragam.
Dari platform kencan digital yang menyempurnakan algoritme kecocokan hingga ilmu pengetahuan baru yang meneliti penanda genetik.
Pada akhirnya, hubungan antarmanusia tetap menjadi inti dari perjodohan.
Seiring dunia kita semakin saling terhubung, kemungkinan besar perjodohan akan terus meluas dan berubah.
Metode baru, dari kecerdasan buatan hingga realitas virtual, mungkin akan segera berperan dalam menghubungkan orang-orang dengan cara yang hanya dapat kita bayangkan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.