Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Presiden AS Donald Trump Desak Iran Menyerah Tanpa Syarat, Ali Khamenei: Terlalu Banyak Cakap

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam keras seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar Iran menyerah tanpa syarat.

Kantor berita resmi negara Iran, IRNA
IRAN VS ISRAEL VS AS - Dalam foto: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam acara peringatan dakwah Nabi Muhammad SAW, di Teheran, Iran pada Selasa (28/1/2025). Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam keras seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar Iran menyerah tanpa syarat. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam keras seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar Iran menyerah tanpa syarat.

Menurut Ali Khamenei, pernyataan itu terlalu banyak cakap.

Hal tersebut disampaikan Ali Khamenei dalam pernyataan publik pertama setelah serangan AS dengan kode sandi Operation Midnight Hammer yang dilancarkan pada Minggu (22/6/2025) lalu.

Sebagai informasi Operation Midnight Hammer menargetkan tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Lewat cuitan di media sosial X (dulu Twitter) pada Kamis (26/6/2026) kemarin, Ayatollah Ali Khamenei menulis:

The US President stated, "Iran must surrender." Needless to say, this statement is too big to come out of the US president's mouth.

Terjemahan:

"Presiden AS menyatakan, "Iran harus menyerah." Tak perlu dikatakan lagi, pernyataan ini terlalu banyak cakap untuk keluar dari mulut Presiden AS."

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. (Anadolu/Middle East Monitor)

Sebelumnya, Donald Trump memang sudah mendesak agar Iran menyerah tanpa syarat lewat unggahan di platform media sosial X, Rabu (18/6/2025).

Ia hanya menulis singkat, "UNCONDITIONAL SURRENDER" (Penyerahan tanpa syarat), dan menyatakan bahwa AS telah mengetahui persembunyian Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Adapun Donald Trump telah memperingatkan bahwa ia dapat memerintahkan tindakan lebih lanjut jika Teheran tidak menyetujui perjanjian damai.

Baca juga: Iran Tegaskan Tak Ada Rencana Berunding dengan AS Minggu Depan: Tidak Ada Kesepakatan yang Dibuat

Dalam pidatonya kepada rakyat dari Gedung Putih pada Sabtu (21/6/2025) waktu setempat, Donald Trump mengancam Iran dengan dua opsi, yakni perdamaian atau tragedi. 

"Ini tidak bisa terus berlanjut. Akan ada perdamaian atau tragedi bagi Iran yang jauh lebih besar daripada yang telah kita saksikan selama delapan hari terakhir," katanya.

"Ingat, masih banyak target yang tersisa. Malam ini adalah yang paling sulit dari semuanya, sejauh ini, dan mungkin yang paling mematikan."

"Namun jika perdamaian tidak segera datang, kami akan menyerang target-target lainnya dengan presisi, kecepatan, dan keterampilan."

Eskalasi Konflik Iran vs Israel

Israel nekat melancarkan Operation Rising Lion yang menargetkan fasilitas militer dan nuklir Iran mulai Jumat (13/6/2025).

Kemudian, Iran melakukan serangan balasan dengan nama Operation True Promise III yang melibatkan serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap infrastruktur Israel.

Setelah aksi saling balas-membalas serangan antara Iran vs Israel berlangsung selama kurang lebih 10 hari, AS memutuskan untuk ikut menyerang Iran dengan Operation Midnight Hammer pada Minggu (22/6/2025).

Dalam operasi tersebut, AS dilaporkan mengebom tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Operation Midnight Hammer melibatkan tujuh pesawat pengebom B-2 dan menjadi operasional pertama yang menggunakan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon.

Lalu, Iran balik menyerang pangkalan militer milik AS, Al Udeid di Qatar, pada Senin (23/6/2025).

Setelah serangan ini, Donald Trump menyerukan gencatan senjata antara Iran dan Israel, meski sempat diwarnai pelanggaran, hingga akhirnya resmi berlaku mulai Selasa (24/6/2025).

Menurut Donald Trump, konflik yang dinamai Perang 12 Hari itu sudah berakhir, setidaknya untuk saat ini.

Sebagai informasi, konflik 12 hari antara Israel vs Iran juga sudah memakan korban yang tidak sedikit.

Dikutip dari laman Times of Israel pada Rabu (25/6/2025) hari ini, serangan rudal balistik Iran terhadap Israel selama 12 hari perang telah merenggut nyawa 28 orang.

Kementerian Kesehatan Israel mengatakan, total 3.238 orang dirawat di rumah sakit, termasuk 23 orang yang terluka parah, 111 orang terluka sedang, 2.933 orang terluka ringan, 138 orang yang menderita kecemasan akut, dan 30 orang lainnya kondisinya belum diketahui.

Sementara dikutip dari The Hindu, serangan Israel terhadap Iran telah menewaskan sedikitnya 865 orang dan melukai 3.396 lainnya.

Hal tersebut disampaikan Kelompok Aktivis Hak Asasi Manusia yang bermarkas di Washington, Minggu (22/6/2025).

Dari seluruh korban tewas, 363 di antaranya merupakan warga sipil, sedangkan 215 lainnya adalah personel pasukan keamanan.

Pada Sabtu (21/6/2025), Kementerian Kesehatan Iran mengatakan sekitar 400 warga Iran telah tewas dan 3.056 lainnya terluka dalam serangan Israel.

(Tribunnews.com/Rizki A.)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved