Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Sebut Trump Terlalu Lebay Membela Israel: Takut Zionis Hancur

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menyebut Presiden AS Donald Trump terlalu lebay membela Israel.

khamenei.ir
KHAMENEI EJEK TRUMP - Ayatollah Ali Khamenei, bertemu dengan keluarga Martir Keamanan di husayniyya Imam Khomeini pada Minggu (27/10/2024). Khamenei menyebut Presiden AS Donald Trump terlalu lebay dalam membela Israel saat berperang melawan Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei mengejek Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Ali Khamenei menyebut Presiden Donald Trump terlalu 'lebay' dalam membela Israel saat perang melawan Iran.

Menurut Ali Khamenei, AS membela Israel sedemikian rupa karena khawatir rezim Zionis akan hancur total.

Mengutip IRNA, Ali Khamenei menyebut intervensi AS dalam perang Iran-Israel ini tidak membuahkan hasil apa pun.

Mereka, lanjut Ali Khamenei, telah gagal menimbulkan kerusakan besar terhadap fasilitas nuklir Iran.

"Di sini juga, Republik Islam muncul sebagai pemenang," kata Khamenei.

"Sebagai balasannya, Republik Islam memberikan tamparan keras di wajah Amerika Serikat," ungkapnya lagi.

Khamenei juga mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump telah membesar-besarkan situasi dengan cara yang tidak konvensional, yang menunjukkan bahwa ia membutuhkan pernyataan berlebihan tersebut.

Siapa pun yang mendengarkan pernyataan itu bisa tahu bahwa ada kebenaran lain di balik permukaan, katanya.

"Mereka gagal mencapai tujuan mereka, jadi mereka menggunakan cara-cara yang berlebihan untuk menyembunyikan kebenaran," ucap Khamenei.

Khamenei juga menyinggung soal serangan Iran di pangkalan AS di Al Udeid, Qatar.

Baca juga: Israel Boncos, Serangan Iran Bikin Anggaran Netanyahu Jebol, Terburuk sepanjang Sejarah

Ia mengatakan fakta bahwa Iran mampu menyerang pangkalan utama AS di kawasan tersebut kapan pun dianggap perlu bukanlah masalah kecil dan hal itu dapat terjadi lagi

Mengacu pada pernyataan Trump bahwa rakyat Iran harus "menyerah", Khamenei mengatakan bahwa masalahnya "bukan lagi tentang pengayaan uranium atau industri nuklir. Ini tentang memaksa Iran untuk tunduk".

"Namun pernyataan seperti itu terlalu muluk untuk diucapkan presiden AS," katanya, seraya menambahkan bahwa membahas "menyerah" dengan negara besar seperti Iran adalah hal yang tidak masuk akal.

Ia mengatakan bahwa apa yang dikatakan Trump mengungkapkan sebuah kebenaran.

Sejak awal Revolusi Islam, Amerika Serikat telah berupaya untuk berkonfrontasi dengan Iran, dan selalu menemukan alasan-alasan baru: hak asasi manusia, demokrasi, hak-hak perempuan, pengayaan, dan rudal, tetapi di balik semua dalih ini, hanya ada satu tujuan: Iran menyerah.

Khamenei mengatakan bahwa pemerintahan sebelum Trump menyembunyikan niat ini karena hal itu “tidak dapat diterima”.

Ia menekankan bahwa tidak ada logika yang mengizinkan tuntutan penyerahan diri suatu bangsa.

Dirinya menambahkan bahwa Iran adalah negara besar dengan peradaban kuno dan warisan budaya yang jauh lebih kaya daripada AS dan negara-negara sejenisnya.

"Mengharapkan negara seperti itu menyerah hanyalah omong kosong, yang pasti akan ditertawakan oleh orang-orang bijak dan intelektual," pungkasnya.

Iran Tolak Berunding dengan AS

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Aragchi membantah rencana untuk memulai kembali negosiasi dengan AS.

Dalam komentarnya, Aragchi mengutuk keterlibatan AS dalam perang agresi Israel terhadap Iran.

Ia mengatakan sementara Iran melindungi hak-hak rakyatnya dalam perundingan nuklir tidak langsung dengan AS sebelum agresi Israel, AS memutuskan untuk menggunakan metode lain setelah kekecewaannya terhadap perundingan.

Aragchi mengecam serangan militer AS terhadap Iran sebagai pengkhianatan terhadap diplomasi dan perundingan.

Baca juga: 3 Kegagalan Israel dalam Perang Lawan Iran meski Dibantu AS, Zionis Alami ‘Gempa Geopolitik’

"Belum ada kesepakatan mengenai dimulainya kembali perundingan. Bahkan belum ada pembicaraan mengenai perundingan."

"Subjek perundingan saat ini tidak perlu dipertanyakan lagi," tegas Aragachi, dikutip dari Tasnim News.

Aragchi menjelaskan bahwa Iran tetap berkomitmen pada diplomasi, tetapi keputusan apakah akan melanjutkan negosiasi dengan AS perlu dinilai.

Ditanya tentang program pengayaan nuklir Iran setelah serangan Amerika dan Israel terhadap fasilitas nuklir negara itu, menteri luar negeri mengatakan kerusakannya tidak kecil karena Iran sedang mengevaluasi tingkat kerusakannya.

"Masih terlalu dini untuk melihat bahwa landasan sudah siap untuk negosiasi," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved