Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

3 Kegagalan Israel dalam Perang Lawan Iran meski Dibantu AS, Zionis Alami ‘Gempa Geopolitik’

Israel gagal capai tiga misi utama saat perang lawan Iran, meski dibantu AS. Pengamat sebut ini sebagai gempa geopolitik besar.

Editor: Glery Lazuardi
khaberni/tangkap layar
ASAP DI TEHERAN - Serangan rudal Iran ke wilayah Israel dalam perang 12 hari yang dinilai mengubah peta kekuatan di kawasan Timur Tengah. 

TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Pengamat Timur Tengah dari Universitas Ibnu Chaldun, Ezza Habsyi, menilai Israel mengalami "Gempa Geopolitik"usai gagal total dalam perang 12 hari melawan Iran

Meski didukung Amerika Serikat, Zionis disebut tak berhasil mencapai satu pun dari tiga target strategis utamanya.

“Hancurnya kota-kota Israel merupakan Gempa Geopolitik. Momen ini menandai perubahan besar dalam peta kekuatan Timur Tengah dan dunia,” kata Ezza kepada wartawan, Jumat (27/6/2025).

Baca juga: Iran Ucapkan Terima Kasih ke China: Beijing Jadi Penyeimbang Saat Konflik dengan Israel

1. Gagal Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran

Salah satu target utama Israel adalah melumpuhkan fasilitas nuklir Iran.

Namun serangan tersebut terbukti tak efektif.

“Bahkan laporan intelijen dan media besar seperti CNN menunjukkan bahwa situs-situs nuklir Iran tetap utuh,” ungkapnya.

Sempat beredar klaim Presiden AS Donald Trump bahwa fasilitas nuklir Iran “hancur total”.

Namun Gedung Putih buru-buru membantah, menyebut klaim itu sebagai informasi rahasia yang dibocorkan oleh pihak tak bertanggung jawab.

“Trump bahkan marah di Truth Social, menyebut laporan CNN dan NYT sebagai berita palsu,” kata Ezza.

TEHERAN DISERANG - Tangkapan layar menunjukkan Israel menyerang Ibu Kota Iran, Teheran pada Selasa (24/6/2025) setelah gencatan senjata disetujui.
TEHERAN DISERANG - Tangkapan layar menunjukkan Israel menyerang Ibu Kota Iran, Teheran pada Selasa (24/6/2025) setelah gencatan senjata disetujui. (YouTube CRUX)

2. Gagal Melemahkan Militer Iran

Israel juga berupaya menghancurkan infrastruktur militer Iran dan membunuh sejumlah jenderal penting.

Namun, kata Ezza, kekuatan tempur Iran tetap solid dan serangan balasan mereka tetap presisi dan terorganisir.

“Estafet komando Iran tetap berjalan. Tidak ada tanda kehancuran berarti dari sistem militer mereka,” jelasnya.

3. Gagal Goyahkan Rezim

Upaya mengguncang kestabilan politik internal Iran juga kandas. Justru, masyarakat Iran disebut semakin solid mendukung kepemimpinan Ayatollah Ali Khamenei.

“Legitimasi politik dalam negeri Iran malah menguat. Ini menandai kebangkitan nasional yang luar biasa,” imbuhnya.

Baca juga: Amerika Serikat Dalang di Balik Serangan Israel ke Iran, Ini Analisis Pengamat

Iran Naik Kelas: Dari Bayang-Bayang Jadi Aktor Sentral

Perang 12 hari ini dinilai menjadi babak baru kekuatan Iran di panggung internasional.

“Iran bukan lagi negara dengan citra retoris dan sanksi, melainkan kekuatan militer mandiri dengan keberanian politik yang tak bisa diabaikan,” ujarnya.

Serangan balasan Iran ke Tel Aviv mengguncang persepsi lama tentang superioritas Israel dan jaminan perlindungan AS.

Bahkan gencatan senjata ini dianggap sebagai "pengakuan diam-diam" dari Israel dan sekutunya atas kekuatan nyata Iran.

Dampak Global: Harga Minyak hingga Diplomasi Teluk

Perang ini berdampak luas pada ekonomi global. Harga minyak melonjak, pasar saham terguncang, dan negara-negara Teluk mulai membuka jalur diplomasi baru dengan Teheran.

“Gencatan senjata ini bukan akhir, melainkan awal dari babak baru permainan kekuatan yang lebih kompleks dan menentukan,” tutup Ezza.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved