Konflik Iran Vs Israel
Perang 12 Hari Israel vs Iran Sempat Libatkan Serangan di Qatar, Kenapa Tidak Berlanjut?
Rupanya serangan proksi Iran tidak pernah berlanjut lebih jauh, terlepas dari keterlibatan AS dalam konflik Israel dengan Iran.
TRIBUNNEWS.COM - Perang 12 hari antara Israel vs Iran yang sudah memasuki fase gencatan senjata sempat melibatkan adanya serangan Iran ke Qatar.
Namun, mengapa serangan Iran ke Qatar itu tidak berlanjut?
Pada Sabtu (21/6/2025) lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi terlibat dalam konflik Israel vs Iran hingga membuat kawasan Timur Tengah itu bersiap menghadapi eskalasi.
AS membantu Israel dengan menjatuhkan 17 bom Massive Ordnance Penetrator dan dua lusin rudal jelajah di fasilitas nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Esfahan.
Sementara, konflik Israel dengan Iran telah berlangsung sejak Jumat (13/6/2025).
Setelah serangan AS tersebut, Iran tidak tinggal diam.
Pada Senin (23/6/2025) malam, Iran meluncurkan 14 rudal yang ditujukan ke Komando Pusat Angkatan Udara AS di Timur Tengah, di Al Udeid di Qatar.
Qatar sendiri dikenal sebagai negara netral.
Rudal-rudal Iran pun tampak beterbangan di langit Doha dan menyebarkan kewaspadaan.
Bahkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres sampai mengeluarkan peringatan akan adanya pembalasan sengit.
Akan tetapi, yang mengejutkan, hanya beberapa jam pasca-serangan Iran ke Qatar, Donald Trump mengumumkan gencatan senjata untuk konflik Israel vs Iran.
Baca juga: Hamas Sebut Perundingan Gencatan Senjata Meningkat untuk Akhiri Perang Israel di Gaza
Gencatan senjata itu dilaporkan melibatkan diplomasi antara Qatar, AS, dan Iran.
Kata Pengamat
Munculnya gencatan senjata yang diumumkan Donald Trump justru setelah serangan Iran ke Qatar pun menimbulkan pertanyaan, dikutip dari Al Jazeera.
Namun, aksi militer yang dilakukan Iran terhadap pangkalan AS dinilai sebagai opsi yang sudah jelas akan dilakukan.
Sebab, AS memiliki eksposur di kawasan sekitar Iran.
Ada sejumlah pangkalan militer penting di area tersebut, selain Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar,
Selain pangkalan udara Al Udeid, Fifth Fleet atau Armada Kelima AS bermarkas di Bahrain, keduanya hanya berjarak lebih dari 200 km di seberang Teluk Persia dari Iran.
Ada juga pangkalan udara di Kuwait dan empat pangkalan udara logistik di Oman.
Lebih jauh lagi, AS memiliki tiga pangkalan udara di Arab Saudi, tiga pangkalan udara di Irak, dan satu pangkalan udara di Yordania.
"AS memiliki 40.000 tentara di 19 pangkalan AS di wilayah tersebut, delapan di antaranya bersifat permanen, dan Iran sebelumnya telah mengatakan bahwa mereka akan menjadi target yang sah jika AS menyerang Iran," kata jurnalis Al Jazeera, Dorsa Jabbari.
Di masa lalu, proksi Iran di kawasan tersebut telah menjadi "sarana utama Iran untuk membalas serangan musuh," tulis The Institute for the Study of War (ISW), sebuah lembaga kebijakan publik yang berbasis di Washington, Jumat (20/6/2025).
Ada milisi Houthi dari Yaman yang dapat melanjutkan serangan terhadap pengiriman di Laut Merah.
Sementara, Iran sendiri dapat menyerang pengiriman di Selat Hormuz.
Dua hal tersebut dapat menimbulkan ancaman kemacetan di dua titik distribusi ekonomi paling penting di dunia secara bersamaan.
Akan tetapi, rupanya serangan proksi Iran tidak pernah berlanjut lebih jauh, terlepas dari keterlibatan AS dalam konflik Israel dengan Iran.
Hal ini menunjukkan keterbatasan dari "Poros Perlawanan" Iran, dan "betapa lelahnya setelah berbulan-bulan memerangi Amerika Serikat dan Israel", kata ISW dalam sebuah komentar di situs webnya.
Selain itu, ada kekhawatiran akan terjadinya kegaduhan dunia.
Saat dunia bersiap menghadapi Iran melakukan serangan balasan AS, sejarawan Iran di Universitas St Andrews di Inggris, Ansari, sudah memperkirakan adanya jalan keluar.
"Sebuah 'jalan keluar' dengan Amerika Serikat mungkin terjadi," kata Ansari kepada Al Jazeera, Senin (23/6/2025).
"Akan ada banyak kegaduhan publik, tetapi secara pribadi, menurut saya akan ada penguping yang dikerahkan," katanya, sebelum serangan Iran pada Senin malam.
Iran menyerang Qatar pada Senin (23/6/2025) pukul 19.00 waktu setempat.
Qatar mengecam serangan itu sebagai "eskalasi yang sangat berbahaya yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Negara Qatar".
Qatar pun mengeluarkan tindakan diplomatik demarche kepada Duta Besar Iran di Doha.
"Saya ingin berterima kasih kepada Iran karena memberi kami pemberitahuan lebih awal," tulis Donald Trump di media sosial Social Truth.
"Yang memungkinkan tidak ada nyawa yang hilang, dan tidak ada yang terluka," lanjutnya.
Peringatan itu juga memungkinkan Qatar untuk mempersiapkan pertahanan udaranya, menembak jatuh 13 rudal dan membiarkan satu rudal terbang "ke arah yang tidak mengancam", menurut Donald Trump.
Citra satelit menunjukkan AS telah mengevakuasi staf dan pesawat dari Al Udeid, bahkan sebelum serangan Iran, sehingga risiko korban terminimalisir.
Baik pangkalan AS di Al Udeid maupun Angkatan Udara Qatar tidak mengalami banyak kerugian material.
“Saya senang melaporkan bahwa TIDAK ADA warga Amerika yang terluka, dan hampir tidak ada kerusakan yang terjadi. Yang terpenting, mereka telah mengeluarkan semuanya dari 'sistem' mereka,” tulis Donald Trump tiga jam setelah serangan itu.
Lalu, dua jam kemudian, ia mengumumkan gencatan senjata untuk konflik Israel vs Iran.
(Tribunnews.com/Rizki A.)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.