Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Amerika Ribut Seusai Bom Iran, Laporan Intelijen Kalau Fasilitas Nuklir Tak Hancur Bocor ke Publik

Muncul kabar kalau intelijen AS menilai bombardemen AS ke Iran tidak membuat fasilitas nuklir negara tersebut berhenti beroperasi.

Maxar Technologies/CNBC/CNN
FORDOW SETELAH DISERANG. Foto diambil dari Maxar Technologies/CNBC/CNN, Senin (23/6/2025). Gambar pasca serangan udara besar-besaran AS mengungkap atap bangunan runtuh, bekas ledakan di tanah, serta kerusakan struktural besar yang mengekspos isi kompleks bawah tanah Fordow. 

Amerika Ribut Sendiri Seusai Bom Iran, Laporan Intelijen Kalau Fasilitas Nuklir Tak Hancur Bocor ke Publik

TRIBUNNEWS.COM - Gunjang-ganjing terjadi Amerika Serikat (AS) setelah negara itu memutuskan ikut campur dalam perang Iran dan Israel.

AS melakukan pengeboman terhadap tiga fasilitas nuklir Iran di negara tersebut, langkah yang dipuji Israel sebagai keputusan tepat.

Hanya, dampak dari pengeboman itu sendiri justru menghasilkan keributan besar di AS.

Baca juga: 13 Ton Bom AS Serang Langsung Fasilitas Nuklir Iran, Arab Saudi Teriak Soal Efek Radioaktif

Muncul kabar kalau laporan intelijen AS yang menyatakan kalau bombardemen AS ke Iran tidak membuat fasilitas nuklir negara tersebut berhenti beroperasi.

Assesment (penilaian) intelijen AS itu disebut-sebut bocor ke publik.

Kabar itu rupanya membuat telinga Presiden AS, Donald Trump panas.

Pada Selasa (24/6/2025), Trump langsung menepis laporan media AS tentang temuan intelijen yang menyatakan serangan AS terhadap Iran hanya menghambat program nuklir Teheran beberapa bulan, bukan menghancurkannya secara menyeluruh.

"SITUS NUKLIR DI IRAN HANCUR TOTAL!" tulis presiden di Truth Social.

Bantahan Trump ini merujuk pada lansiran CNN, yang mengutip penilaian awal dari Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), kalau fasilitas nuklir Iran belum hancur dan masih bisa beroperasi.

"Laporan itu telah menimbulkan keraguan mengenai tingkat kerusakan yang ditimbulkan pada fasilitas nuklir Iran akibat serangan AS baru-baru ini," kata ulasan RNTV, Rabu (25/6/2025).

Laporan tersebut menunjukkan, meski infrastruktur permukaan yang signifikan terkena dampak, komponen utama program nuklir Iran, khususnya sentrifus yang terkubur dalam dan stok uranium yang diperkaya, sebagian besar masih utuh.

Serangan AS ini dilaporkan berpotensi cuma menunda ambisi nuklir Teheran hanya beberapa bulan.

Penilaian ini secara langsung bertentangan dengan klaim kuat Gedung Putih dan Presiden Donald Trump, yang menyatakan fasilitas tersebut "hancur total dan menyeluruh."

Menurut laporan CNN, berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang mengetahui temuan DIA, serangan AS, yang melibatkan penyebaran bom "penghancur bunker" seberat 30.000 pon, terutama memengaruhi struktur di atas tanah di lokasi seperti Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Baca juga: 13 Ton Bom AS Serang Langsung Fasilitas Nuklir Iran, Arab Saudi Teriak Soal Efek Radioaktif

Fasilitas bawah tanah yang krusial, tempat sebagian besar pekerjaan nuklir sensitif Iran dilakukan, diyakini sebagian besar berhasil bertahan dari serangan.

Salah satu sumber yang dikutip oleh CNN menyatakan bahwa AS "memberikan mereka waktu mundur mungkin beberapa bulan, paling lama."

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dengan tegas menolak laporan tersebut, menyebutnya "sangat salah".

Dia juga menegaskan kalau kebocoran assesment dari pengeboman seperti yang dituduhkan itu merupakan "upaya yang jelas untuk merendahkan Presiden Trump.

Leavitt menyebut kalau laporan itu juga mendiskreditkan pilot pesawat tempur pemberani yang melaksanakan misi yang dieksekusi dengan sempurna untuk menghancurkan program nuklir Iran."

Leavitt berkata bahwa "semua orang tahu apa yang terjadi ketika Anda menjatuhkan empat belas bom seberat 30.000 pon dengan sempurna pada targetnya: kehancuran total."

Sementara itu, Presiden Trump terus menegaskan bahwa serangan itu merupakan keberhasilan yang tidak dapat disangkal, dan menyatakan secara terbuka bahwa lokasi itu "hancur total, dan semua orang tahu itu."

Menteri Pertahanan Pete Hegseth menyuarakan sentimen ini, dengan mengatakan kepada CNN, "Berdasarkan semua yang telah kita lihat—dan saya telah melihat semuanya—kampanye pengeboman kita telah menghancurkan kemampuan Iran untuk membuat senjata nuklir."

FASILITAS NUKLIR FORDOW - Situs-situs penting di fasilitas nuklir Iran di Fordow yang berada di kawasan pegunungan. Gambar citra satelit menunjukkan pintu masuk menuju terowongan.
FASILITAS NUKLIR FORDOW - Situs-situs penting di fasilitas nuklir Iran di Fordow yang berada di kawasan pegunungan. Gambar citra satelit menunjukkan pintu masuk menuju terowongan. (Skynews)

Kepagian Buat Menilai Dampak Pengeboman

Akan tetapi, tidak semua pejabat dan pakar AS tampak sependapat dengan keyakinan mutlak pemerintah.

Ketua Kepala Staf Gabungan Dan Caine menyatakan "masih terlalu dini" untuk menentukan sejauh mana kemampuan nuklir Iran yang tersisa.

Perwakilan Michael McCaul, mantan ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR, juga mencatat bahwa operasi tersebut "tidak pernah dimaksudkan untuk menghancurkan fasilitas nuklir sepenuhnya, tetapi justru menyebabkan kerusakan yang signifikan," dan mengakui bahwa hal itu kemungkinan akan menjadi "kemunduran sementara."

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa Iran telah memproduksi uranium yang sangat diperkaya.

Laporan terkini dari badan tersebut mengindikasikan kalau persediaan uranium yang diperkaya milik Iran dan jumlah sentrifus yang beroperasi melebihi batas yang ditetapkan oleh Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang telah ditarik AS.

Pengkhianatan

Bocornya laporan rahasia intelijen AS ini melemahkan pernyataan Presiden Donald Trump yang mengklaim kalau serangan udara AS “sepenuhnya dan menyeluruh menghancurkan” fasilitas nuklir Iran.

Kebocoran ini telah memicu kritik keras dari pejabat pemerintahan Trump, dengan Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff menyebut pengungkapan tersebut sebagai “pengkhianatan.”

Berbicara di Fox News dengan pembawa acara Laura Ingraham Selasa malam, Witkoff menanggapi liputan media yang semakin meluas mengenai temuan Badan Intelijen Pertahanan (DIA) yang bocor, yang menunjukkan dampak serangan AS baru-baru ini jauh lebih kecil daripada yang diklaim Presiden AS.

“Penilaian intelijen yang bocor ini, merupakan tinjauan awal tentang apa yang sebenarnya dicapai di lapangan,” kata Ingraham.

“Namun, itu bocor. Seseorang memutuskan untuk membocorkan ini dari DIA dan itu digunakan di media, dan itu tersebar luas hari ini, bahwa, 'Aha, Trump mengatakan itu menghancurkan, tetapi itu tidak hancur. Itu mundur beberapa bulan, tetapi itu belum berakhir.'”

Witkoff menanggapi dengan tegas, “Yah, sudah jelas bahwa membocorkan informasi semacam itu, apa pun informasinya, di situs mana pun informasi itu muncul, adalah tindakan yang keterlaluan. Itu pengkhianatan. Jadi, tindakan itu harus diselidiki, dan siapa pun yang melakukannya, siapa pun yang bertanggung jawab atas tindakan itu harus dimintai pertanggungjawaban.”

Ia menambahkan bahwa pengungkapan semacam itu dapat membahayakan nyawa di masa mendatang, dan menyebut kebocoran itu “sama sekali tidak dapat diterima.”

Kontroversi ini muncul setelah laporan CNN yang mengutip tujuh sumber anonim yang mengetahui penilaian rahasia DIA.

Menurut laporan tersebut, dua dari sumber tersebut mengonfirmasi bahwa persediaan uranium yang diperkaya milik Iran masih utuh, dan satu sumber mengatakan bahwa sebagian besar sentrifus selamat dari serangan.

Sumber lain mengatakan kepada jaringan tersebut bahwa Iran telah memindahkan uranium yang diperkaya dari fasilitas-fasilitas utama sebelum serangan.

Sementara Gedung Putih terus membela pernyataan Trump tentang serangan itu, semakin banyaknya suara yang tidak setuju telah mengundang perhatian.

Pemimpin Mayoritas Senat John Thune (R-SD) menolak untuk mengonfirmasi apakah fasilitas Iran benar-benar telah dihancurkan, sementara Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth menolak laporan CNN itu sebagai "salah besar."

 

 

 

(oln/rntv/cnn*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved