Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Trump Paksa Iran untuk Berunding Kesepakatan Nuklir dan Mengakhiri Perang dengan Israel

Presiden AS, Donald Trump terus memaksa Iran untuk merundingkan kesepakatan nuklir dan mengakhiri perang dengan Israel.

YouTube PBS NewsHour
PAKSA IRAN BERUNDING - Tangkapan layar YouTube memperlihatkan utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff memberikan update soal perang Israel dan Hamas pada 7 Maret 2025. Pemerintahan Donald Trump memaksa Iran untuk segera mengadakan perundingan kesepakatan nuklir dalam minggu ini bersama utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff dan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. 

TRIBUNNEWS.COM - Gedung Putih saat ini terus berusaha melobi Iran untuk berunding terkait kesepakatan nuklir.

Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terus berhubungan dengan Iran untuk melakukan pertemuan minggu ini antara utusan AS Steve Witkoff dan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi.

Selain untuk berunding tentang kesepakatan nuklir, AS juga ingin merundingkan terkait dengan mengakhiri perang antara Iran dan Israel.

Mengutip Axios, pertemuan tersebut belum difinalisasi, tetapi merupakan bagian dari upaya terakhir Presiden Trump untuk menjauh dari perang dan kembali ke arah pembuatan kesepakatan.

"Pertemuan dengan Iran minggu ini sedang dipertimbangkan," seorang pejabat AS mengonfirmasi.

Pertemuan tersebut dapat menjadi momen penentu bagi pertanyaan apakah AS akan bergabung dalam perang untuk menghilangkan program nuklir Iran secara militer.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan bahwa Trump masih mengincar kesepakatan nuklir dengan Iran.

Meskipun, lanjut Hegseth, permusuhan antara Iran dengan Israel terus meningkat.

"Tentu saja," kata Hegseth di acara "Jesse Watters Primetime" di Fox News ketika ditanya apakah Trump masih mengincar kesepakatan nuklir dengan Iran.

"Kami diposisikan secara defensif di kawasan tersebut agar kuat dalam mengejar kesepakatan damai. Dan kami tentu berharap itulah yang terjadi di sini," kata Hegseth, mengutip Reuters.

Iran membantah tengah berupaya mendapatkan senjata nuklir dan telah menunjukkan haknya atas teknologi nuklir untuk tujuan damai, termasuk pengayaan, sebagai pihak dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir atau NPT.

Baca juga: Sirene Kembali Berbunyi di Israel saat Rudal Iran Terdeteksi, IDF Minta Warga Cari Perlindungan

Israel, yang bukan merupakan pihak dalam NPT, adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang diyakini secara luas memiliki senjata nuklir.

Israel tidak membantah atau membenarkan hal itu.

Washington sejauh ini menegaskan pihaknya tidak terlibat dalam serangan Israel terhadap Iran dan memperingatkan Teheran agar tidak menyerang kepentingan atau personel AS di kawasan tersebut.

"Kami waspada, kami siap, dan kami telah menyampaikan pesan... secara konsisten sejak awal bahwa kami berada di wilayah ini untuk membela rakyat dan aset kami," kata Hegseth.

Ajudan Gedung Putih, Alex Pfeiffer menggunakan platform media sosial X untuk membantah klaim daring bahwa AS menyerang Iran.

"Ini tidak benar. Pasukan Amerika mempertahankan postur pertahanan mereka, dan itu tidak berubah," kata Pfeiffer.

AS Kemungkinan Besar Ikut Bergabung dengan Israel

Tiga pejabat Arab, yang berhubungan dengan Gedung Putih, dan dalam beberapa kasus, menjadi penengah antara AS dan Iran mengatakan Washington berpotensi besar bergabung dengan Israel untuk menyerang Iran.

Meski tak merujuk informasi intelijen spesifik yang mengatakan bahwa AS akan segera memasuki konflik ini, tetapi Presiden AS Donald Trump tampaknya semakin dekat untuk "mendukung" Israel.

"Trump semakin dekat untuk melibatkan AS secara langsung. Tidak hanya dalam hal pasokan," kata salah satu pejabat Arab kepada Middle East Eye.

Sejak Israel memulai pengeboman ke wilayah Iran, Trump berulang kali menyampaikan pesan, meskipun tidak konsisten, terkait dengan peran yang telah dan dapat dimainkan oleh Washington.

Trump sempat membahas konflik Iran dan Israel tersebut dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di mana mereka berbicara tentang mengakhiri perang.

Akan tetapi, Trump saat diwawancarai oleh Atlantic menyatakan penolakan terhadap pendukungnya  yang menganut prinsip "Amerika yang utama" yang telah lama berpendapat bahwa Washington seharusnya tidak mendanai perang Israel.

"Bagi mereka yang mengatakan mereka menginginkan perdamaian - Anda tidak dapat memperoleh perdamaian jika Iran memiliki senjata nuklir," kata Trump, yang mengisyaratkan bahwa penghentian program nuklir Iran merupakan persyaratan bagi perdamaian.

Baca juga: Macron: Trump Usul Gencatan Senjata Iran-Israel sebelum Bergegas Pulang dari KTT G7

"Jadi bagi semua orang hebat yang tidak ingin melakukan apa pun terhadap Iran yang memiliki senjata nuklir - itu bukanlah perdamaian," lanjut Trump.

Sementara itu, dalam wawancara dengan ABC News, Trump mengatakan ada kemungkinan AS "bisa terlibat" dalam permusuhan, sebelum menambahkan bahwa Washington tidak terlibat langsung "pada saat ini".

Kemudian dalam pernyataan terbarunya, Trump memberikan desakan kepada Iran untuk mengevakuasi warganya dari Teheran.

Alasannya adalah terkait dengan penolakan Iran terhadap kesepakatan untuk mengekang pengembangan senjata nuklir.

"Iran seharusnya menandatangani 'kesepakatan' yang saya minta mereka tandatangani. Sungguh memalukan dan membuang-buang nyawa manusia."

"Sederhananya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. Saya sudah mengatakannya berulang kali! Semua orang harus segera meninggalkan Teheran!" tulis Trump di platform media sosial Truth Social miliknya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved