Konflik Iran Vs Israel
Eks Agen CIA Diseret ke Penjara, Terancam Dibui 3 Tahun Imbas Bocorkan Rencana Serangan Israel
Mantan agen CIA Asif Rahman dijatuhi hukuman penjara 3 tahun oleh Departemen Kehakiman AS setelah terbukti membocorkan dokumen rahasia militer Israel
TRIBUNNEWS.COM - Mantan analis Central Intelligence Agency (CIA) alias badan intelijen Amerika Serikat (AS), Asif Rahman (34) terancam hukuman penjara 3 tahun setelah terbukti membocorkan dokumen rahasia militer Israel.
Pria berusia 34 tahun itu dinyatakan bersalah oleh Departemen Kehakiman AS usai membocorkan dokumen rahasia tentang rencana militer pertahanan Israel untuk menyerang Iran.
Hal itu terungkap lantaran dokumen rahasia yang dibocorkan oleh Asif Rahman muncul di platform media sosial Telegram dengan nama akun “Middle East Spectator”.
Adapun isi informasi tersebut memuat persiapan Israel menghadapi potensi serangan terhadap Iran meski tidak menyebut target spesifik.
Tak hanya itu dokumen tersebut juga berisi detail latihan penerbangan jet tempur Israel, termasuk rute dan waktu pelaksanaan, yang menunjukkan persiapan intensif untuk operasi militer nyata.
Bahkan terdapat informasi mengenai pergerakan logistik militer, termasuk pengiriman amunisi ke beberapa pangkalan militer Israel, menunjukkan kesiapan penuh menghadapi konflik.
Karena sensitifnya isi dokumen, penyebarannya dipandang sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional dan hubungan diplomatik AS-Israel. Dari situ, penyelidik intelijen AS mencurigai adanya kebocoran internal.
Mereka lantas melakukan pelacakan digital dan menemukan fakta bahwa Rahman telah mencetak dokumen tersebut dari sistem CIA, lalu mengirimkan dokumen intelijen berisi rencana militer Israel terhadap Iran kepada pihak yang tidak berwenang lalu menghapus
Namun, upaya penyamaran itu gagal. Penyelidik menemukan bahwa data cetak dan akses file mengarah langsung ke Rahman, yang saat itu sudah berada di luar negeri. FBI kemudian menangkapnya di Kamboja pada November 2024.
"Selama berbulan-bulan, terdakwa ini mengkhianati rakyat Amerika dan sumpah yang diucapkannya saat memasuki kantornya dengan membocorkan sebagian rahasia negara kita yang paling rahasia," kata John Eisenberg, asisten jaksa agung untuk keamanan nasional, dikutip dari BBC Internasional,
Sebelum dijatuhi hukuman, pada Januari lalu, Rahman mengaku bersalah di gedung pengadilan federal di Virginia atas dua tuduhan penyimpanan dan transmisi informasi pertahanan nasional yang disengaja.
Baca juga: Iran Ancam Serang Pangkalan AS jika Negosiasi Nuklir Gagal, Jelang Putaran Keenam di Oman
Israel Tunda Serangan ke Iran
Imbas kebocoran dokumen rahasia oleh Asif Rahman, mantan analis CIA, memicu serangkaian konsekuensi yang mengguncang strategi militer Israel.
Salah satu dampak paling signifikan adalah penundaan operasi militer Israel terhadap Iran karena alasan strategis, keamanan, dan kerahasiaan misi
Karena taktik dan waktu penyerangan terbongkar, risiko terhadap nyawa tentara dan pilot Israel meningkat drastis.
Alhasil Israel tidak dapat menjalankan misi militer dengan aman jika pihak lawan sudah mengetahui rencana mereka. Akibatnya, operasi harus ditunda hingga perencanaan baru disusun secara tertutup.
Selain alasan militer, Israel kini harus mempertimbangkan tekanan internasional dan reaksi diplomatik setelah kebocoran terjadi.
Dengan dokumen bocor ke publik, serangan bisa dinilai sebagai agresi sepihak yang tidak mendapat dukungan global.
Oleh karena itu, Israel menunda serangan hingga situasi bisa dikendalikan kembali.
Hubungan AS-Israel Terguncang
Lebih lanjut bocornya rencana serangan militer Israel terhadap Iran oleh mantan agen CIA Asif Rahman mengguncang hubungan strategis antara Amerika Serikat dan Israel.
Pemerintah Israel dilaporkan kecewa dan marah atas kegagalan Washington menjaga keamanan dokumen yang seharusnya sangat dijaga kerahasiaannya.
"Bocoran ini bukan sekadar kelalaian, ini pelanggaran terhadap kepercayaan yang dibangun puluhan tahun," ungkap sumber diplomatik yang tidak disebutkan namanya.
Ketika informasi rahasia mereka bocor dari dalam lembaga intelijen AS sendiri, Israel merasa dikhianati oleh sekutu terdekatnya.
Beberapa analis memperingatkan bahwa Israel bisa saja mulai membatasi informasi yang mereka bagi kepada AS dalam operasi sensitif, demi mencegah risiko kebocoran serupa.
Sementara itu, Amerika Serikat menghadapi tekanan politik dalam negeri maupun dari sekutu akibat insiden ini.
Banyak pihak mempertanyakan efektivitas sistem pengawasan internal CIA, terutama dalam menangani data dengan tingkat klasifikasi tertinggi.
Keretakan ini dianggap berbahaya karena kepercayaan adalah fondasi utama dalam berbagi informasi sensitif antarnegara.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.