Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Nilai China Langgar Perjanjian, Trump Naikkan Tarif Baja ke 50 Persen
Nilai Xi Jinping melanggar kesepakatan, Trump mengumumkan AS akan menggandakan tarif baja dari 25 persen menjadi 50 persen.
TRIBUNNEWS.COM - Hubungan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump menuduh pemerintahan Xi Jinping melanggar kesepakatan bilateral untuk mengurangi tarif.
Hal ini terlihat dari langkah Trump pada Jumat waktu setempat (30/5/2025) yang mengumumkan kenaikan tarif baja global menjadi 50 persen.
Trump menyatakan, China telah melanggar perjanjian dengan AS untuk saling mengurangi tarif dan pembatasan perdagangan terkait mineral kritis.
Karena kekesalannya tersebut, Trump pun kembali mengeluarkan kecaman keras terhadap Beijing melalui akun media sosialnya.
"China, mungkin tidak mengejutkan bagi sebagian orang, TELAH MELANGGAR PERJANJIAN KAMI SECARA TOTAL. Ternyata hanya sesaat saja dia jadi Mr. NICE GUY!" tulis Trump dalam unggahan di platform Truth Social miliknya.
Beberapa jam kemudian, dalam kampanye di Pennsylvania yang mempromosikan "kemitraan" antara Nippon Steel Jepang dan US Steel, Trump mengumumkan AS akan menggandakan tarif baja dari 25 persen menjadi 50 persen.
Adapun kenaikan tarif untuk baja ini, berlaku mulai minggu depan.
Menurutnya, langkah ini akan semakin mengamankan industri baja di Amerika Serikat.
Meski China adalah produsen dan eksportir baja terbesar dunia, hampir tidak ada produk baja China yang masuk ke AS karena tarif 25 persen yang diberlakukan sejak 2018 telah menutup pasar tersebut.
Terkait perdagangan secara keseluruhan, Trump mengeklaim, ia telah membuat "kesepakatan cepat" dengan pejabat China pada pertengahan Mei lalu agar kedua negara menangguhkan tarif hingga 145 persen selama 90 hari.
Baca juga: Mahkamah Dagang AS Blokir Tarif Trump, Presiden AS Dinilai Buat Kebijakan di Luar Wewenangnya
Ia mengatakan, langkah ini dilakukan untuk menyelamatkan China dari situasi "menghancurkan," seperti penutupan pabrik dan kerusuhan sipil akibat tarif tinggi tersebut.
Trump tidak menjelaskan secara rinci bagaimana China melanggar perjanjian yang dibuat di Jenewa, Swiss, atau tindakan apa yang akan diambil terhadap Beijing.
Saat ditanya di Kantor Oval pada Jumat sore, Trump mengatakan, "Saya yakin akan berbicara dengan Presiden Xi, dan mudah-mudahan kami bisa menyelesaikannya."
Negosiasi dengan China Terhambat
Sehari sebelumnya, Sekretaris Keuangan AS Scott Bessent memberitahu Fox News bahwa pembicaraan perdagangan AS-China "sedikit terhenti".
Bessent menyebut, solusi akhir untuk mengatasi masalah tersebut, kemungkinan membutuhkan keterlibatan langsung antara Trump dan Xi Jinping.
Perjanjian dua minggu lalu untuk menangguhkan tarif hingga 145 persen selama 90 hari memicu kenaikan saham global, sekaligus menurunkan rata-rata tarif efektif AS ke angka belasan persen dari sekitar 25 persen pada awal April.
Angka ini, jauh lebih rendah dari tarif di bawah 3 persen saat Trump menjabat pada Januari 2017.
Namun, "gencatan senjata" sementara antara Washington dan Beijing belum menyelesaikan akar masalah di balik tarif Trump terhadap produk China.
Adapun keluhan utama Trump adalah model ekonomi China yang mayoritas perusahaannya didominasi pemerintahan Xi Jinping dan berorientasi ekspor.
Isu-isu ini menurut Bessent akan dibahas dalam pembicaraan berikutnya dengan China.
Strategi tarif Trump sendiri juga mengalami pukulan besar pada Rabu (24/4/2025) ketika Pengadilan Perdagangan Internasional AS memutuskan bahwa tarif global luasnya, termasuk terhadap China, tidak sah karena ia melampaui kewenangan berdasarkan undang-undang darurat yang digunakan untuk mendukung kebijakan tersebut.
Pengadilan banding telah mengeluarkan penangguhan sementara sehingga tarif masih berlaku hingga kini.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.