Afganistan di Bawah Taliban: Tiada Tempat bagi Keberagaman
Hak perempuan, pluralitas budaya dan agama kian dibatasi di Afganistan. Taliban hampir tidak menoleransi apa pun di luar tatanan agama…
"Kami hidup dalam ketakutan setiap hari akan dideportasi ke Afganistan. Apa yang akan saya lakukan dengan anak-anak saya di sana?" ujar jurnalis Afganistan Marzia Rahimi kepada DW.
"Tidak seorang pun mendengar suara kami."
Di Afganistan, katanya, kesengsaraan dan teror menanti. Di bawah kekuasaan Taliban, dia tidak dapat melanjutkan pekerjaannya sebagai jurnalis atau menyekolahkan putrinya.
Media independen sebagian besar dilarang atau ditempatkan di bawah kendali negara. Jurnalis seperti Marzia Rahimi berisiko ditangkap atau disiksa jika mereka melaporkan secara kritis tentang rezim tersebut.
Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, negara itu terjerumus ke dalam krisis sosial-ekonomi yang dramatis. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 64 persen penduduk hidup dalam kemiskinan.
Sekitar setengah dari 41,5 juta warga Afganistan bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. 14 juta orang menderita kelaparan akut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.