Kamis, 2 Oktober 2025

Penampakan Donald Trump Tak Minum Kopi Sajian Arab Saudi, Alihkan Perhatian ke Mohammed Bin Salman

Donald Trump diduga menolak minuman kopi sajian Arab Saudi dalam sebuah perjamuan di samping Mohammed Bin Salman

independent.co.uk
KOPI TRUMP - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tak meminum kopi sajian Arab Saudi di samping Putra Mahkota Mohammed Bin Salam Al Saud. Ia hanya melihat sekeliling lalu meletakkannya di meja. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump diduga menolak minuman kopi sajian Arab Saudi dalam sebuah perjamuan.

Padahal tepat di sisi kiri Trump, duduk Putra Mahkota Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS) bersamanya.

Video penampakan Trump tak minum kopi sajian Saudi beredar luas dan telah diberitakan media online Inggris, independent.

Trump, yang tiba dalam lawatan bersejarahnya ke Timur Tengah pada hari Selasa (13/5/2025), disambut dengan mewah oleh Mohammed bin Salman Al Saud, dengan diiringi lagu kebangsaan kedua negara.

Setelah perkenalan resmi dilakukan, upacara minum kopi dan teh pun berlangsung.

Trump menerima cangkir itu dan meletakkannya di pangkuannya atau tak langsung meneguknya seperti pejabat-pejabat lain yang hadir di ruang tersebut.

Dalam suasana yang berlangsung tersebut, Trump terlihat canggung melihat sekeliling.

Tak lama, Trump tampak menoleh ke samping dan berbicara dengan MBS.

MBS pun tampak merespons dengan sesekali mengangguk ke arah Trump.

Donald Trump tak meminum kopi sajian Arab Saudi
TRUMP TOLAK KOPI - Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak meminum kopi sajian Arab Saudi di samping Putra Mahkota Mohammed Bin Salman Al Saud.

Trump dan Suriah

Dukung kepemimpinan Ahmed al-Sharaa yang melengserkan rezim Bashar al-Assad, Presiden Donald Trump resmi cabut semua sanksi Amerika Serikat (AS) untuk Suriah.

Baca juga: 550 Eks Pejabat Israel Surati Trump, Minta AS Bantu Akhiri Perang Selamatkan Tawanan di Gaza

Pengumuman terbaru dari Donald Trump di Arab Saudi pada hari Selasa malam (13/5/2025) waktu setempat menjadi sorotan banyak pihak.

Hal ini terjadi setelah Trump menyatakan bahwa ia akan memerintahkan penghapusan sanksi terhadap Suriah.

Dikutip dari Reuters, kebijakan tersebut disampaikan Trump atas permintaan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.

Hal ini pun menjadi sebuah perubahan kebijakan penting menjelang pertemuan antara Trump dengan Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa yang kemungkinan akan saling bertemu pada pagi hari Rabu ini (14/5/2025).

Kabar pertemuan Trump dan Ahmed al-Sharaa pada hari Rabu di Arab Saudi juga dibenarkan oleh dua orang sumber dari internal Gedung Putih kepada Reuters.

Sumber tersebut menyatakan bahwa pihaknya juga telah menyiapkan protokol pertemuan antara Trump dengan sosok menggulingkan rezim Bashar al-Assad tersebut.

Langkah Trump yang mencabut sanksi untuk Suriah ini mulai terendus dalam pidatonya di sebuah forum investasi di Riyadh, di awal kunjungan ke negara-negara Teluk Arab pekan ini.

"Saya akan memesan penghentian sanksi terhadap Suriah untuk memberi mereka kesempatan menjadi hebat. Ini saatnya mereka bersinar. Kami menghapus semuanya," kata Trump,

"Semoga beruntung Suriah, tunjukkan sesuatu yang sangat istimewa kepada kami." pungkasnya kala itu.

Baca juga: Enggan Perang, Ahmed Al-Sharaa Benarkan Suriah Gelar Pembicaraan Tak Langsung dengan Israel

Campur Tangan Arab Saudi dan Turkiye

Keputusan yang diumumkan Trump ini sendiri terjadi karena andil dari Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Tayyip Erdogan.

Keduanya diketahui kerap melakukan diskusi untuk sama-sama mendukung pencabutan sanksi bagi Suriah,

Hasil diskusi tersebut pun ikut disalurkan kepada Trump dalam kunjungannya di negara-negara Teluk Arab pada pekan ini.

Melalui penghapusan sanksi AS tersebut, Suriah yang sebelumnya memiliki sistem pemerintah yang terputus dari dunia global kini akan membuka jalan masuk bagi berbagai hubungan multilateral.

Penghapusan sanksi dari AS ini diharapkan membuka jalan bagi peningkatan keterlibatan organisasi kemanusiaan di Suriah, mempermudah investasi asing dan perdagangan di Suriah, serta berbagai hal lainnya yang dapat membangun kembali negara tersebut setelah perang sipil yang terjadi cukup lama.

Harapan tersebut diamini oleh Trump yang menyatakan bahwa semua sanksi untuk Suriah dihapus karena sanksi tersebut telah menjalankan fungsi awalnya

Melalui pemerintahan yang baru di bawah Ahmed al-Sharaa, Trump menilai sudah saatnya Suriah bergerak maju.

Ia juga mengatakan langkah-langkah sedang diambil untuk memulihkan hubungan normal dengan Suriah, dan Sekretaris Negara AS Marco Rubio akan bertemu rekan Suriahnya minggu ini 

Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shibani, dalam pernyataan kepada Reuters, menyebut keputusan ini sebagai titik balik bagi rakyat Suriah dalam upaya mereka membangun kembali negara.

"Kami ... siap membangun hubungan dengan Amerika Serikat yang berlandaskan saling menghormati, mempercayai, dan kepentingan bersama," kata Shibani.

Setelah mendiskusikan situasi Suriah dengan sang putra mahkota, Trump menambahkan bahwa dirinya bisa mencapai kesepakatan damai bersejarah dan kemenangan bagi kepentingan AS di Suriah tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.

Langkah Trump ini juga mendapatkan apresiasi dari Presiden Lebanon, Joseph Aoun.

Aoun menyatakan bahwa kebijakan berani dari Trump ini merupakan langkah penting dalam pemulihan dan stabilitas Suriah.

Kecurigaan Israel Masih Berlaku

SALAMAN - Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, kanan, bersamalam saat menyambut Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, pada hari Minggu, 2 Februari 2025. Arab Saudi jadi satu di antara negara kaya di Teluk yang mulai menggelontorkan dana segar ke Suriah pasca-kejatuhan rezim Bashar al-Assad yang didukung Iran.
SALAMAN - Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, kanan, bersalaman saat menyambut Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, pada hari Minggu, 2 Februari 2025. Arab Saudi jadi satu di antara negara kaya di Teluk yang mulai menggelontorkan dana segar ke Suriah pasca-kejatuhan rezim Bashar al-Assad yang didukung Iran. (SANA)

Di lain pihak, kebijakan penghapusan sanksi untuk Suriah ini menjadi kekhawatiran beberapa pihak termasuk Israel.

Israel mengaku tetap mencurigai pemerintahan Sharaa dan kekhawatiran ini juga disuarakan oleh sebagian pejabat di AS.

Pejabat Israel terus menggambarkan Sharaa sebagai seorang jihadis, meskipun ia memutus hubungan dengan Al-Qaeda pada 2016.

Pemerintah Israel sendiri belum memberikan komentar lebih lanjut terkait keputusan Donald Trump tersebut.

Pejabat Suriah sendiri telah menunjukkan keterbukaan terhadap rekonsiliasi dan bahkan perdamaian akhir dengan Israel

Keputusan ini menjadi dorongan besar bagi Sharaa, yang selama ini kesulitan mengembalikan kekuasaan penuh kepada pemerintah Damaskus.

Tantangan ini terungkap pada Maret lalu, ketika loyalis Assad menyerang pasukan pemerintah, memicu pembalasan yang dilakukan milisi Islamis hingga menewaskan ratusan warga sipil minoritas Alawi, menuai kecaman keras dari AS.

Sebelumnya di bawah rezim Assad, Suriah memiliki hubungan tensi tinggi dengan Israel

Hal ini juga diperkeruh melalui hubungan dekat Bashar al-Assad dengan Iran dan Rusia, serta kebenciannya terhadap negara-negara Barat.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved