Iran Vs Amerika Memanas
Sanksi AS: Iran Tak Takut Ancaman Trump Terhadap Minyak
Iran tegaskan sanksi AS tak berpengaruh, Trump serukan boikot minyak global.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
timtribunsolo
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengancam akan memberikan sanksi berat kepada negara atau pihak yang melakukan transaksi dengan minyak Iran.
Ancaman ini muncul di tengah ketegangan yang semakin meningkat antara AS dan Iran, serta penundaan dalam negosiasi nuklir yang berlangsung.
Kementerian Luar Negeri Iran menanggapi ancaman tersebut dengan menyatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh AS tidak akan mengubah kebijakan negara tersebut.
Dalam pernyataan resmi pada Jumat, 25 Mei 2025, kementerian menyebut langkah AS sebagai perilaku ilegal. "Kelanjutan dari perilaku ilegal ini tidak akan mengubah posisi Iran yang logis, sah, dan berdasarkan hukum internasional," ungkap pernyataan tersebut, yang dikutip dari Al Arabiya.
Iran menegaskan bahwa ancaman Trump justru menambah ketidakpercayaan terhadap peran AS dalam negosiasi nuklir. "Ini telah menciptakan kecurigaan dan ketidakpercayaan yang mendalam tentang keseriusan Amerika di jalur diplomasi," tegas mereka.
Sehari sebelum pernyataan Iran, Trump menyerukan boikot global terhadap minyak dan produk petrokimia Iran.
Melalui platform Truth Social, Trump menulis, "Semua pembelian minyak Iran atau produk petrokimia harus dihentikan sekarang." Ia memperingatkan bahwa negara atau pihak mana pun yang membeli minyak dari Iran akan terkena sanksi sekunder dan tidak akan dapat berbisnis dengan AS dalam bentuk apa pun.
Namun, rincian tentang penerapan larangan ini masih belum jelas.
Penundaan Negosiasi Nuklir
Ancaman Trump muncul di tengah penundaan negosiasi nuklir antara Iran dan AS.
Menteri Luar Negeri Oman, Badr bin Hamad al-Busaidi, yang bertindak sebagai mediator, mengumumkan bahwa putaran keempat perundingan yang dijadwalkan pada 3 Mei ditunda karena alasan logistik. "Kami menjadwalkan ulang pertemuan AS-Iran yang sebelumnya direncanakan," kata al-Busaidi, dikutip dari Al Jazeera.
Perundingan antara AS dan Iran telah berlangsung sejak 12 April 2025, dengan tiga putaran sebelumnya di Muscat dan Roma.
Baca juga: Iran Bantah Rincian Perjanjian Nuklir dengan AS
Meskipun ada kemajuan yang dilaporkan, seorang pejabat senior Iran menyatakan bahwa sanksi AS menghambat penyelesaian sengketa melalui jalur diplomasi.
Ketegangan antara Iran dan AS terus memanas, terutama setelah dua putaran sanksi baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.
Sejak menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 pada tahun 2018, AS menerapkan kebijakan keras terhadap Teheran.
Meskipun demikian, Iran bersikeras bahwa program nuklir mereka hanya untuk tujuan energi sipil, menegaskan bahwa sanksi tidak akan mengubah posisi mereka.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.