Senin, 29 September 2025

Audiensi PPI Turki dan Mendiktisaintek: Membangun Pola Pikir Maju

PPI Turki audiensi dengan Menteri Pendidikan RI untuk membahas kontribusi diaspora.

Editor: Tiara Shelavie
PPI Turki/HO
PPI TURKI - (Dari kiri ke kanan) Kepala Departemen Advokasi, Hukum dan Kelembagaan PPI Turki, Rafid Rizqon Mumtaz; Ketua PPI Turki, Naura Arifa; Wakil Ketua PPI Turki, Agiel Syafiie; Koordinator PPI Dunia, Adhie Marhadi, dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D, dalam Audiensi PPI Turki Bersama Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI tentang Pola Pikir Negara Maju di JW Marriott Hotel Ankara, Rabu, 9 April 2025. Audiensi ini membahas bagaimana pola pikir negara maju 

TRIBUNNEWS.COM - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki baru-baru ini mengadakan audiensi dengan Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Republik Indonesia, Prof. Brian Yuliarto, ST, M.Eng, PhD.

Pertemuan yang berlangsung pada Rabu, 9 April 2025, ini bertujuan untuk membahas kontribusi diaspora Indonesia, khususnya dalam mengadopsi pola pikir negara maju demi kemajuan bangsa.

Dalam dialog ini, Prof. Brian menekankan pentingnya integrasi dalam pendataan seluruh anggota PPI secara terperinci dan teratur.

Hal ini bertujuan untuk mendukung kebijakan yang tepat sasaran serta memberikan perlindungan bagi pelajar Indonesia di luar negeri.

Prof. Brian juga menggarisbawahi bahwa basis data yang kuat sangat diperlukan untuk memfasilitasi tindakan yang lebih efektif dalam mendukung diaspora.

Selama audiensi, Menteri Brian Yuliarto mengangkat isu nasionalisme di era globalisasi.

Ia berharap agar diaspora Indonesia dapat menunjukkan rasa nasionalisme di mana pun mereka berada.

"Nasionalisme bukan hanya tentang lagu kebangsaan atau simbol kenegaraan, tetapi juga tentang mengibarkan Merah Putih melalui karya-karya kita di seluruh dunia," ujarnya.

Kontribusi nyata dan prestasi di tingkat internasional menjadi salah satu bentuk nasionalisme yang memiliki dampak besar.

Audiensi juga membahas potensi kerja sama antara Indonesia dan Turki di bidang pendidikan, termasuk program joint degree yang diusulkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Prof. Brian, model pendidikan ini memungkinkan mahasiswa Indonesia belajar di luar negeri selama dua tahun dan kembali ke Indonesia untuk satu tahun masa belajar.

Ia menambahkan bahwa kolaborasi pendidikan idealnya bersifat dua arah, sehingga mahasiswa Turki juga dapat belajar di Indonesia.

Topik lain yang menjadi perhatian dalam audiensi adalah pentingnya mengadopsi pola pikir negara maju.

Prof. Brian menekankan bahwa masyarakat Indonesia perlu diajak untuk membentuk pola pikir yang progresif.

"Kita perlu menumbuhkan etos kerja yang tinggi dan menghindari politisasi yang berlebihan," tegasnya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan