Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin Tawarkan Akhiri Invasi Ukraina di Garis Depan, Pejabat Eropa Sebut Jadi Taktik Menekan Trump

Tawaran Kremlin menandai tanda pertama dalam tiga tahun bahwa Moskow mungkin akan menarik kembali tujuan perang maksimalisnya.

Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
Kremlin.ru
PUTIN - Foto ini diambil dari laman Kremlin pada Rabu (12/3/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam upacara pemberian penghargaan kenegaraan kepada perwira Kementerian Pertahanan dan Garda Nasional Rusia yang diadakan di Kremlin pada 23 Februari 2025. Tawaran Kremlin menandai tanda pertama dalam tiga tahun bahwa Moskow mungkin akan menarik kembali tujuan perang maksimalisnya. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menawarkan untuk mengakhiri perang di Ukraina di sepanjang garis depan saat ini, sebagai bagian dari perundingan perdamaian dengan Amerika Serikat (AS).

Hal ini sebagaimana laporan Financial Times yang mengutip beberapa sumber yang mengetahui negosiasi tersebut, Selasa (22/4/2025).

Selama pertemuan di St. Petersburg awal bulan ini, Putin dilaporkan mengatakan kepada utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, bahwa Moskow dapat mencabut klaimnya atas bagian dari empat wilayah Ukraina yang masih dikuasai oleh Kyiv.

Washington telah melontarkan usulannya sendiri untuk mengakhiri konflik, termasuk mengakui aneksasi Rusia atas Krimea pada 2014 dan mengakui kendali de facto Rusia atas wilayah yang diduduki di timur dan selatan Ukraina.

Tawaran Kremlin menandai tanda pertama dalam tiga tahun bahwa Moskow mungkin akan menarik kembali tujuan perang maksimalisnya.

Meskipun pejabat Eropa yang berbicara kepada surat kabar tersebut, memperingatkan langkah itu bisa menjadi taktik untuk menekan Donald Trump agar membuat konsesi yang lebih luas.

"Ada banyak tekanan pada Kyiv saat ini untuk menyerah pada berbagai hal, sehingga Trump dapat mengklaim kemenangan," lapor Financial Times mengutip pernyataan seorang pejabat Eropa.

Sebagai imbalan atas gencatan senjata, Ukraina dilaporkan akan berkomitmen untuk menghentikan upaya merebut kembali wilayah yang diduduki melalui cara militer, sementara Rusia akan menghentikan operasi ofensifnya saat ini.

Sumber yang dikutip oleh Financial Times mengatakan, Putin mungkin bersedia menarik kembali tuntutannya sebelumnya untuk kontrol penuh atas keempat wilayah yang diperebutkan, asalkan Washington setuju untuk memberikan konsesi yang lebih signifikan.

Ini termasuk pengakuan resmi atas kontrol Rusia atas Krimea dan jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO.

Kemudian pada hari Selasa,  juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah  laporan FT.

Baca juga: Tawaran Terakhir Trump ke Ukraina untuk Hentikan Perang, Krimea Harus Jatuh ke Tangan Rusia

"Banyak berita palsu yang beredar sekarang, termasuk dari media-media ternama, jadi sebaiknya Anda hanya mendengarkan sumber aslinya," kata Peskov kepada kantor berita milik pemerintah RIA Novosti.

Serangan Rusia selama Gencatan Senjata Paskah

Sebelumnya, serangan Rusia selama gencatan senjata Paskah 30 jam yang dideklarasikan secara sepihak oleh Vladimir Putin selama akhir pekan, menewaskan tiga orang di wilayah Kherson, selatan Ukraina, Senin (21/4/2025).

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Rusia melanggar gencatan senjata lebih dari 2.900 kali.

Zelensky mengatakan bahwa pasukan Rusia melakukan 96 operasi penyerangan di sepanjang garis depan, menembaki posisi Ukraina lebih dari 1.800 kali, dan menggunakan ratusan pesawat nirawak selama gencatan senjata.

“Sifat tindakan Ukraina akan terus seperti cermin: kami akan menanggapi kesunyian dengan kesunyian, dan serangan kami akan menjadi pertahanan terhadap serangan Rusia. Tindakan selalu berbicara lebih keras daripada kata-kata,” jelasnya, seperti diberitakan AP News.

Kementerian Pertahanan Rusia, pada bagiannya, mencatat 4.900 pelanggaran gencatan senjata oleh Ukraina.

Kementerian itu menuduh bahwa pasukan Moskow "mematuhi gencatan senjata dengan ketat dan tetap berada di garis dan posisi yang sebelumnya diduduki."

Pemimpin Rusia sebelumnya telah membuat gencatan senjata penuh dengan syarat penghentian pasokan senjata Barat ke Kyiv dan upaya mobilisasi Ukraina — tuntutan yang ditolak oleh Ukraina.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.155: Jawab Putin, Zelensky Siap Negosiasi dalam Format Apa Pun

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada wartawan pada hari Senin bahwa Rusia akan memberi tahu "semua pihak yang berkepentingan" tentang pelanggaran gencatan senjata oleh Ukraina.

Peskov mengatakan bahwa Rusia “tetap terbuka untuk mencari penyelesaian damai dan terus bekerja sama dengan pihak Amerika,” seraya menambahkan bahwa “kami tentu berharap bahwa upaya ini akan membuahkan hasil.”

Ketika ditanya apakah ada usulan dari AS agar Kyiv mengakui Krimea yang dianeksasi Moskow pada tahun 2014 sebagai bagian dari Rusia, Presiden Donald Trump menjawab bahwa "Saya akan memberikan rincian lengkapnya selama tiga hari ke depan," seraya menambahkan bahwa "kami telah mengadakan pertemuan yang sangat baik mengenai Ukraina dan Rusia."

Zelensky dengan tegas menolak pengakuan wilayah Ukraina yang diduduki sementara sebagai wilayah Rusia.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved