Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Dampak Perang Tarif: Saham AS Anjlok dan Investor Khawatir
Pasar saham Amerika Serikat mengalami penurunan yang signifikan dalam dua hari terakhir, dipicu oleh pertikaian tarif antara Trump dan China.
TRIBUNNEWS.COM - Pasar saham Amerika Serikat mengalami penurunan yang signifikan dalam dua hari terakhir, yang dipicu oleh pertikaian tarif antara Presiden Donald Trump dan pemerintah China.
Dalam situasi ini, banyak investor dan analis pasar berusaha memahami dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan perdagangan tersebut.
Mengapa Pasar Saham AS Mengalami Penurunan Besar-besaran?
Pada penutupan pasar pada hari Jumat, 4 April 2025, indeks Dow Jones anjlok sebesar 5,5 persen, turun 2.231 poin ke level 38.314,86.
Indeks S&P 500 juga merosot hampir 6 persen ke level 5.074,08, sementara Nasdaq Composite mengalami penurunan 5,8 persen menjadi 15.587,79.
Menurut laporan dari CNBC, ini merupakan penurunan dua hari terbesar sejak Maret 2020, saat pandemi COVID-19 mengguncang pasar.
Apa yang Menyebabkan Penurunan Ini?
Kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Trump pada hari Rabu sebelumnya mengawali penurunan ini.
Ia menetapkan tarif balasan terhadap hampir semua mitra dagang AS, mencakup tarif dasar 10 persen dan tarif khusus hingga 50 persen terhadap lebih dari 60 negara.
Sebagai respons, pada hari Jumat, Kementerian Perdagangan China mengumumkan tarif balasan sebesar 34 persen untuk semua produk asal Amerika Serikat.
Langkah ini menjadi salah satu respons paling signifikan dalam sejarah hubungan dagang antara AS dan China.
Dampak di Pasar Saham dan Ekonomi Global
Kejatuhan pasar ini menciptakan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang global yang dapat menyebabkan resesi.
Reporter Al Jazeera, Kristen Saloomey, menegaskan bahwa ketakutan ini telah menyebar ke berbagai sektor di pasar.
Siapa yang Paling Terpengaruh?
Saham-saham raksasa teknologi seperti Apple, Nvidia, dan Tesla menjadi korban terbesar dari aksi jual ini, dengan kehilangan lebih dari US$1 triliun dalam kapitalisasi pasar hanya dalam dua hari.
Selain itu, sektor-sektor lain seperti Boeing dan Caterpillar juga terpukul keras, terutama karena ketergantungan mereka pada ekspor ke China.
Bagaimana Respons Presiden Trump?
Meski pasar mengalami kejatuhan, Trump tetap membela kebijakan tarifnya.
Melalui akun media sosialnya, ia menekankan bahwa kebijakannya tidak akan berubah dan meminta investor untuk tetap berpegang pada portofolio mereka.
Ia juga memuji laporan ketenagakerjaan bulan Maret yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja, meskipun laporan tersebut disusun sebelum kebijakan tarif diberlakukan.
Apa Kata Para Kritikus?
Kritik terhadap sikap Trump muncul dari berbagai kalangan, termasuk Senator Demokrat Chuck Schumer yang menyebut presiden hidup dalam "gelembung miliarder".
Apa Prediksi untuk Masa Depan Pasar Global?
Ketua The Fed, Jerome Powell, mengingatkan bahwa kebijakan tarif ini berpotensi meningkatkan risiko inflasi dan pengangguran.
Ia menegaskan bahwa prospek ekonomi saat ini sangat tidak pasti dan menyatakan bahwa saat ini terlalu dini untuk menentukan respons kebijakan suku bunga bank sentral.
Bagaimana Dampaknya Terhadap Negara Miskin?
Negara-negara miskin juga merasakan dampak dari kebijakan tarif ini.
PBB menyoroti bahwa negara-negara seperti Lesotho, Madagaskar, dan Laos menghadapi tarif tinggi yang berdampak langsung pada pendapatan pemerintah mereka.
Rebeca Grynspan, Sekretaris Jenderal Perdagangan dan Pembangunan PBB, menyatakan bahwa perdagangan tidak seharusnya menjadi sumber ketidakstabilan tambahan.
Apa Risiko Sistemik yang Muncul?
Jurrien Timmer dari Fidelity memperingatkan bahwa jika terjadi rotasi besar-besaran dari saham-saham besar AS ke pasar lain, dampaknya bisa lebih dalam daripada sekadar pelemahan ekonomi biasa.
Emily Bowersock Hill dari Bowersock Capital Partners menekankan bahwa pasar bull sudah mati dan menganggap ini sebagai luka yang dibuat sendiri oleh ideolog pasar.
Dengan semua perkembangan ini, para investor dan analis pasar akan terus memantau situasi secara cermat, mengingat implikasi dari perang tarif ini dapat jauh lebih besar dari yang terlihat saat ini.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.