Konflik Palestina Vs Israel
2 Kali dalam 24 Jam, Houthi Serang Kapal Induk USS Harry Truman sebagai Balasan Serangan AS di Yaman
Houthi mengklaim melakukan dua serangan terhadap kapal induk AS, USS H. Truman sebagai balasan atas serangan AS terhadap Yaman pada Sabtu (15/3/2025).
TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi di Yaman mengklaim telah dua kali menyerang kelompok kapal induk Amerika USS Harry Truman pada Senin (17/3/2025).
Serangan ini diklaim merupakan yang kedua dalam kurun waktu 24 jam.
Dalam pernyataan yang diunggah di Telegram, seorang juru bicara Houthi mengatakan bahwa serangan terhadap kelompok kapal induk ini adalah balasan atas agresi AS yang terus berlanjut terhadap Yaman.
Mengutip The Times of Israel, Houthi awalnya melaporkan bahwa mereka telah meluncurkan 18 rudal dan sebuah pesawat nirawak ke kapal induk USS Harry Truman dan kapal perang pendampingnya di Laut Merah.
Beberapa jam kemudian, mereka mengklaim telah menembakkan rudal kedua.
Tidak ada pernyataan resmi dari pihak Amerika Serikat mengenai klaim serangan Houthi.
Namun, seorang pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya mengonfirmasi bahwa Houthi memang menembakkan pesawat nirawak dan setidaknya satu rudal dalam serangan pertama mereka.
Menurut pejabat tersebut, serangan dimulai sekitar tengah malam waktu setempat pada Sabtu-Minggu di Yaman.
Selama 12 jam, Houthi menembakkan, 11 pesawat nirawak, setidaknya satu rudal.
Dari jumlah tersebut 10 pesawat nirawak berhasil dicegat oleh jet tempur Angkatan Udara AS, dan 1 pesawat nirawak berhasil dicegat oleh jet tempur Angkatan Laut F/A-18.
Rudal jatuh ke laut, jauh dari kapal, dan tidak mengenai kapal induk atau kapal perang pendampingnya.
Baca juga: Serangan Udara AS di Yaman Dikecam, Houthi Bertekad Berikan Dukungan Lebih Kuat untuk Gaza
Korban Sipil di Yaman
Menurut Kementerian Kesehatan Yaman, serangan AS pada hari Sabtu (15/3/2025) menyebabkan 53 orang tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.
Sebanyak 98 orang lainnya terluka dalam serangan tersebut.
Komando Pusat AS (CENTCOM) mengonfirmasi bahwa operasi militer besar-besaran terhadap Houthi masih berlangsung hingga Minggu malam.
Saksi mata di Sanaa, ibu kota Yaman, menggambarkan pengalaman mereka "ledakan mengerikan" yang mengguncang rumah-rumah dan memecahkan jendela.
Rekaman dari media Houthi menunjukkan anak-anak terluka, termasuk seorang gadis dengan kaki menghitam dibalut perban, sementara seorang wanita terlihat dirawat di rumah sakit.
Seorang pria bernama Ahmed, ayah dua anak yang tinggal di Sanaa, mengatakan kepada AFP:
"Saya telah tinggal di Sanaa selama 10 tahun dan mendengar penembakan selama perang. Tapi demi Tuhan, saya belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya."
"Keluarga saya dan saya ketakutan."
Media Houthi juga melaporkan adanya lebih banyak ledakan pada Minggu malam, menuduh AS menargetkan pabrik pemintalan kapas di wilayah barat Hodeida dan kabin komando Galaxy Leader, kapal yang terkait dengan Israel, yang disita pada November 2023
Kapal Galaxy Leader berbendera Bahama, yang dioperasikan oleh Jepang, merupakan milik perusahaan Inggris yang sebagian dimiliki oleh taipan Israel Abraham “Rami” Ungar.
Houthi membajak Galaxy Leader dengan serangan helikopter pada 19 November 2023.
Mereka kemudian membebaskan awak kapal pada Januari 2025.
Seruan Pemimpin Houthi untuk Persatuan
Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, menyerukan warga Yaman untuk berkumpul pada Senin guna menentang Amerika Serikat.
“Saya menyerukan kepada rakyat kita untuk keluar besok pada peringatan Pertempuran Badar dalam pawai sejuta orang di Sanaa dan seluruh provinsi,” kata Abdulmalik Al-Houthi dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu malam, mengutip Arab News.
Baca juga: Jumlah Korban Tewas Akibat Serangan Udara AS-Inggris di Yaman Meningkat Menjadi 31, Kata Houthi
“Kita akan menghadapi eskalasi dengan eskalasi.”
“Kita akan menanggapi musuh Amerika dalam serangannya, dalam serangannya, dengan serangan rudal, dengan menargetkan kapal induknya, kapal perangnya, kapal-kapalnya.
“Namun, kita juga masih memiliki opsi eskalasi. Jika mereka melanjutkan agresinya, kita akan beralih ke opsi eskalasi tambahan.”
Menanggapi eskalasi konflik ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta kedua belah pihak untuk menghentikan semua aktivitas militer di Laut Merah.
Sejak perang di Gaza meletus pada Oktober 2023, Houthi yang didukung Iran telah menyerang jalur perdagangan di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
Namun, setelah gencatan senjata tercapai pada 19 Januari 2025, Houthi menghentikan serangan di Laut Merah.
Meski begitu, mereka mengancam akan melancarkan kembali serangan setelah Israel memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Ancaman dari Amerika Serikat
Serangan AS terhadap Houthi akhir pekan lalu merupakan yang pertama sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden pada Januari 2025.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Michael Waltz, mengatakan kepada ABC News bahwa serangan hari Sabtu menargetkan banyak pemimpin Houthi dan berhasil melumpuhkan mereka.
Sementara itu, Trump memperingatkan Houthi dengan pernyataan tegas, "Neraka akan menghujani kalian."
Trump juga menuntut Iran berhenti mendukung Houthi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.