Manuver Donald Trump Datangkan Bencana, PHK Melonjak 245 Persen di Awal Tahun
Kasus PHK pegawai di Amerika Serikat melonjak ke level yang tertinggi selama awal 2025 karena dipicu kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) pegawai di Amerika Serikat (AS) melonjak ke level yang tertinggi selama awal 2025 karena dipicu kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump.
Perusahaan penempatan kerja global Challenger, Gray & Christmas mencatat PHK di AS melonjak 245 persen menjadi 172.017 pada bulan lalu. Angka itu merupakan level tertinggi sejak Juli 2020 ketika ekonomi dilanda pandemi COVID-19.
Kebijakan Presiden Donald Trump disinyalir menjadi penyebab utama PHK yang melonjak di AS, Trump berdalih kebijakan efisiensi tenaga kerja yang diusungnya bertujuan untuk membuat sektor bisnis lebih menguntungkan, meningkatkan daya saing global, serta mengurangi beban anggaran pemerintah,
Dalam menjalankan pemangkasan ini, Trump tidak sendiri pihaknya dibantu Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang dipimpin oleh Elon Musk.
Dengan adanya pemangkasan pegawai, AS diproyeksikan akan menghemat biaya departemen hingga lebih dari 98 juta dolar AS atau sekitar Rp1,5 triliun per tahun.
Namun hal ini nyatanya semakin memicu gejolak baru, membuat angka pengangguran kian melonjak di tengah ketidakpastian ekonomi.
Dampak hilir DOGE juga membuat hilangnya dana untuk lembaga nirlaba swasta, pemangkasan anggaran belanja publik, pembekuan dana, pemotongan belanja besar-besaran.
"Ketika PHK massal terjadi, staf yang tersisa sering kali merasa tidak nyaman dan tidak pasti," kata Wakil Presiden Senior di Challenger, Gray & Christmas, Andrew Challenger.
"Kemungkinan lebih banyak pekerja yang mengundurkan diri secara sukarela sangat tinggi," sambungnya.
Apabila angka pengangguran melonjak akibat PHK massal, tentunya akan mempengaruhi banyak sektor ekonomi, termasuk menyebabkan kesulitan ekonomi bagi banyak keluarga, menurunkan daya beli mereka, dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi.
Baca juga: Trump Tunda Tarif Baru untuk Kanada dan Meksiko hingga April
Tingginya angka pengangguran juga bisa berujung pada penurunan konsumsi barang dan jasa, yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Kondisi itu juga dapat memicu penurunan konsumsi rumah tangga. Jika konsumsi turun signifikan, ini dapat mengarah pada resesi atau memperburuk resesi yang sedang berlangsung.
PHK massal yang terjadi di AS juga bisa mempercepat pergeseran dalam struktur tenaga kerja AS. Pekerjaan dengan keterampilan rendah atau pekerjaan yang rentan terhadap otomatisasi bisa menjadi sasaran utama PHK.
Baca juga: Balas Kebijakan Donald Trump, Kanada Ancam Putus Jaringan Listrik 1,5 Juta Pelanggan di Amerika
Hal ini bisa memperburuk ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, karena pekerja dengan keterampilan rendah akan kesulitan menemukan pekerjaan baru.
Sebaliknya, pekerja dengan keterampilan tinggi atau di sektor teknologi mungkin lebih sedikit terdampak.
Laporan Reporter: Namira Yunia
Sidang Umum PBB 23 September di New York: Indonesia akan Bawa Isu Palestina |
![]() |
---|
Kontroversi Seputar Patung Emas Raksasa Bitcoin Donald Trump, Siapa di Baliknya? |
![]() |
---|
Presiden KSPSI Andi Gani Akan Perjuangkan Hak Ratusan Buruh yang Kena PHK di Jawa Barat |
![]() |
---|
Kate Middleton Berkilau di Hadapan Donald Trump: Chanel Klasik dan Tiara Diana Jadi Sorotan |
![]() |
---|
Menu Mewah Jamuan Trump di Inggris: Ayam Norfolk, Es Krim Raspberry, hingga Cognac 191 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.