Sabtu, 4 Oktober 2025

Kondisi Paus Fransiskus Kini Stabil, Sempat Memburuk, Sulit Bernapas hingga Muntah

Paus Fransiskus saat ini dalam kondisi yang stabil setelah sempat mengalami krisis pernapasan pada Jumat (28/2/2025) dan masih dirawat intensif.

Tangkapan layar YouTube NBC News
PAUS FRANSISKUS SAKIT- Tangkapan layar YouTube NBC News yang diambil pada Selasa (25/2/2025) menunjukkan Paus Fransiskus. Paus Fransiskus saat ini dalam kondisi yang stabil setelah sempat mengalami krisis pernapasan pada Jumat (28/2/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Paus Fransiskus, yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Gemelli Roma, mengalami kondisi stabil setelah sempat mengalami krisis pernapasan pada Jumat (28/2/2025).

Meskipun kondisinya membaik, ia masih menjalani perawatan intensif.

Dikutip dari Vatican News, Vatikan mengonfirmasi, Paus tidak lagi mengalami episode bronkospasme yang memburuk.

Dia menerima oksigen melalui masker wajah untuk membantu pernapasannya.

Paus menunjukkan respons positif terhadap ventilasi mekanis non-invasif dan oksigenasi aliran tinggi, serta tetap dalam semangat yang baik.

Prognosisnya masih hati-hati, dan dokter memerlukan waktu 24 hingga 28 jam untuk menilai apakah ada perubahan lebih lanjut pada kondisi medisnya.

Kondisi Paus Fransiskus yang Mulai Dirawat Sejak 14 Februari 2025:

  • Awal Masalah Kesehatan

Paus Fransiskus mulai dirawat di Rumah Sakit Gemelli Roma pada 14 Februari 2025 setelah mengalami kesulitan bernapas, CNN melaporkan.

Diagnosa awalnya adalah bronkitis. Namun kondisi ini berkembang menjadi pneumonia di kedua paru-parunya, yang menambah kekhawatiran.

  • Kondisi yang Memburuk dan Krisis Pernapasan

Baca juga: 14 Hari Dirawat Intensif di RS, Vatikan Ungkap Kondisi Kesehatan Paus Fransiskus Makin Membaik

Pada 22 Februari 2025, Paus mengalami krisis pernapasan yang cukup parah, menyebabkan kondisi medisnya menjadi kritis.

Namun, pada 23 Februari, kondisi Paus mulai menunjukkan sedikit perbaikan, dan krisis pernapasannya mereda.

  • Krisis Pernapasan Kedua

Pada 28 Februari, Paus mengalami krisis bronkospasme yang menyebabkan pernapasan memburuk secara tiba-tiba, yang juga menyebabkan ia muntah.

Ia segera menjalani bronkoaspirasi untuk membersihkan paru-parunya dan memulai ventilasi mekanis non-invasif untuk mendukung pernapasannya.

Proses ini menghasilkan respons positif terhadap pertukaran gas.

  • Perawatan Pasca-Krisis Pernapasan

Setelah kejadian tersebut, Paus terus menerima perawatan intensif, bergantian antara ventilasi mekanis non-invasif dan oksigenasi aliran tinggi.

Kondisinya stabil, tanpa demam atau leukositosis (jumlah sel darah putih tinggi).

Paus juga dapat makan sendiri dan menjalani fisioterapi pernapasan secara teratur.

  • Prognosis dan Pemulihan

Meskipun kondisinya membaik, prognosis Paus tetap hati-hati. Para dokter mengingatkan bahwa pemulihannya mungkin memakan waktu lebih lama mengingat usia Paus yang sudah 88 tahun dan masalah pernapasan kronis yang dideritanya.

Prognosis medisnya belum dapat dipastikan, dan dokter masih memantau kondisinya dengan cermat.

Spekulasi Pengganti Paus Fransiskus bila Wafat

Jika Paus Fransiskus wafat, secara teknis, setiap pria Katolik Roma dapat dipilih sebagai pewaris Santo Petrus.

Biasanya salah satu dari 253 kardinal dari seluruh dunia akan terpilih untuk memimpin umat Katolik.

Berikut adalah daftar kandidat terdepan untuk menggantikan Paus Fransiskus.

1. Kardinal Pietro Parolin

Sekretaris negara Vatikan, Pietro Parolin bertugas di Vatikan selama 11 tahun.

Ia yang paling dinominasikan menggantikan Paus Fransiskus

Parolin dianggap moderat secara politik. Ia menghabiskan kariernya dengan berpartisipasi dalam sayap diplomatik Vatikan.

Ia menghabiskan sebagian kariernya di Nunsiatur Nigeria dan Meksiko lalu diangkat menjadi kardinal pada 2014 oleh Paus Fransiskus.

Parolin akan dianggap sebagai perpanjangan dari warisan Fransiskus.

2. Kardinal Fridolin Ambongo Besungu

Presiden Simposium Konferensi Episkopal Afrika dan Madagaskar, Fridolin Ambongo Besungu, menjadi berita utama ketika ia menolak deklarasi kontroversial Paus Fransiskus.

Kapusin yang konservatif itu menyatakan doktrin Fiducia supplicans, yang mengizinkan para pendeta memberkati pasangan yang belum menikah dan pasangan sejenis, batal demi hukum di benua Afrika.

Besungu mendapat berkat dari Paus Fransiskus dalam sebuah pertemuan darurat pada 2023 tak lama setelah ajaran itu dirilis, demikian dilaporkan Catholic Herald.

Kepausan Besungu akan dipandang sebagai teguran keras terhadap prinsip-prinsip Paus Fransiskus yang condong ke kiri.

Paus saat ini mengangkat Besungu sebagai kardinal pada 2019.

3. Kardinal Wim Eijk 

Willem Jacobus Eijk adalah seorang mantan dokter medis.

Ia dianggap sebagai salah satu kandidat terdepan yang paling konservatif.

Pada 2015, Eijk membantu menulis "Sebelas Kardinal Berbicara tentang Pernikahan dan Keluarga: Esai dari Sudut Pandang Pastoral".

Artikel itu dengan tegas menentang dukungan Paus Fransiskus terhadap pernikahan sipil ulang jika tidak menerima pembatalan pernikahan pertama.

Eijk menulis bahwa hal itu adalah suatu bentuk perzinahan yang terstruktur dan dilembagakan.

Eijk juga mengkritik ketidakmampuan Paus saat ini untuk melawan usulan Konferensi Uskup Jerman yang mengizinkan kaum Protestan menerima Ekaristi di gereja-gereja Katolik.

Dalam sebuah tajuk rencana, Eijk menyebut keputusan Paus tentang masalah tersebut tidak bisa dipahami.

Eijk diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 2012.

4. Kardinal Peter Erdo

Peter Erdo dari Hungaria telah lama menjadi tokoh penting dalam politik gereja kontemporer.

Sebagai seorang konservatif, Erdo sebelumnya menentang praktik umat Katolik yang bercerai atau menikah lagi untuk menerima Komuni Kudus.

Erdo juga vokal menentang negara-negara Eropa yang menerima pengungsi, dengan menyatakan bahwa hal itu sama saja dengan perdagangan manusia.

Erdo diangkat menjadi kardinal pada 2003 oleh Paus Yohanes Paulus II.

5. Kardinal Luis Antonio Tagle

Luis Antonio Tagle berasal dari Filipina. Ia menjabat sebagai wakil prefek untuk Bagian Evangelisasi Pertama di Departemen Evangelisasi dan sebagai presiden Komisi Antar Departemen untuk Religius yang Ditahbiskan.

Tagle dijuluki Paus Fransiskus Asia. Ia dianggap condong ke kiri dan kritis terhadap perlakuan gereja terhadap kaum LGBT dan umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi. 

Dalam sebuah wawancara pada 2015, ia mengatakan sikap keras gereja terhadap kaum gay, janda yang cerai, dan ibu tunggal telah merusak tujuannya untuk menyebarkan Injil.

Tagle adalah orang Filipina ketujuh yang diangkat menjadi kardinal dan akan menjadi paus pertama yang berasal dari benua Asia jika terpilih. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012.

6. Kardinal Raymond Burke

Raymond Burke dianggap sebagai tokoh konservatif terkemuka di gereja tersebut.

Ia adalah pendukung misa Latin dan kerap mengkritik Paus Fransiskus yang dianggap liberal.

Warga asli Wisconsin dan mantan uskup agung St. Louis itu menentang kesediaan Paus Fransiskus untuk mengizinkan pasangan yang bercerai dan menikah lagi menerima Ekaristi.

Baca juga: Muncul Spekulasi Pengganti Paus Fransiskus bila Beliau Wafat, Ada 8 Nama Kardinal

Burke juga menentang bahasa baru Gereja seputar kontrasepsi buatan, kaum gay, dan pernikahan sipil. Ia menyatakan hal itu sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima.

Burke diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 2010.

7. Kardinal Mario Grech

Sekretaris jenderal Sinode Uskup saat ini, Mario Grech dianggap sebagai calon penerus Paus Fransiskus yang moderat.

Sebelumnya, ia pernah berbicara tentang perlunya menjangkau mereka yang dikucilkan dari Gereja karena seksualitas atau status perkawinan.

Dalam pidatonya pada 2014 di Sidang Umum Luar Biasa Sinode Para Uskup, Grech menyoroti perlunya gereja untuk menjaga kesinambungan pengajaran sambil memberi ruang bagi kreativitas dalam metodologi berbicara kepada umat.

Grech diangkat menjadi kardinal pada 2020 oleh Paus Fransiskus.

8. Kardinal Matteo Zuppi

Presiden Konferensi Episkopal Italia, Matteo Zuppi lahir di Roma dan menjabat posisi penting sebagai uskup agung Bologna, Italia. Ini menjadikannya orang dalam di Vatikan pimpinan Fransiskus.

Sebagai orang kepercayaan Fransiskus, Zuppi diminta pada 2023 untuk melaksanakan misi perdamaian penting di Ukraina. Iabertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky.

Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada 2019.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved