Konflik Palestina Vs Israel
Bukan Lanjut Gencatan Senjata Fase Dua, Israel Ingin Perpanjang Fase Satu, Hamas: Tak Bisa Diterima
Israel ingin perpanjang gencatan senjata fase pertama dan bukannya lanjut ke fase kedua, Hamas sebut ini adalah akal-akalan untuk lanjutkan perang.
TRIBUNNEWS.COM - Keinginan Israel untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata adalah hal yang tidak bisa diterima, ujar perwakilan Hamas.
"Perpanjangan tahap pertama sebagaimana yang diusulkan oleh pendudukan tidak dapat kami terima, dan para mediator serta negara penjamin diharuskan untuk memaksa pendudukan mematuhi perjanjian tersebut dalam berbagai tahapannya," kata juru bicara Hamas Hazem Qassem dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (1/3/2025), mengutip Al Jazeera.
"Pendudukan berusaha mengembalikan keadaan ke titik nol dengan mengocok kartu dan mengusulkan perpanjangan tahap pertama," kata Qassem.
Qassem menyebut bahwa perpanjangan tersebut bertujuan untuk membebaskan sandera Israel dengan kemungkinan melanjutkan serangan di Jalur Gaza, yang bertentangan dengan proposa; perjanjian awal.
Qassem mengatakan masih belum ada negosiasi dengan Hamas mengenai tahap kedua perjanjian tersebut.
Ia menyebut Israel menghindar dari komitmen untuk mengakhiri perang serta menarik pasukan sepenuhnya dari Gaza.
Sebelumnya pada hari Jumat (28/2/2025), sumber informasi keamanan Mesir mengatakan kepada Xinhua bahwa delegasi Israel di Kairo mengusulkan untuk memperpanjang fase pertama perjanjian gencatan senjata Gaza selama 42 hari lagi.
Fase pertama dari 3 fase perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas, telah berakhir pada hari Sabtu (1/3/2025) tanpa ada kejelasan untuk fase berikutnya.
Beberapa jam setelahnya, Utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, mengusulkan proposal gencatan senjata sementara di Gaza untuk periode Ramadan dan Paskah, The New Arab melaporkan.
Pada hari pertama gencatan senjata usulan Witkoff, separuh dari sandera yang ditawan di Gaza, baik yang hidup maupun yang mati, akan dibebaskan, kata kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Di samping itu, sandera yang tersisa juga akan dibebaskan setelah gencatan senjata permanen disepakati.
Baca juga: AS Akan Kirim Banyak Buldoser Lapis Baja D9 ke Israel, Bernilai Hampir Rp5 Triliun
Witkoff mengajukan usulan untuk memperpanjang gencatan senjata saat ini dengan alasan bahwa diperlukan lebih banyak waktu untuk pembicaraan mengenai gencatan senjata permanen, kata kantor Netanyahu.
Proposal Gencatan Senjata Israel-Hamas
Mengutip Al Jazeera, berikut kerangka proposal gencatan senjata yang terdiri dari 3 tahap, sebelum usulan dari Witkoff.
Tahap 1
- Gencatan senjata selama enam minggu
- Pertukaran sandera Israel wanita, orang tua, dan korban luka dengan tahanan Palestina
- Penarikan pasukan Israel dari wilayah berpenduduk di Gaza
- Pengembalian warga Palestina ke rumah mereka di seluruh Gaza
- Distribusi bantuan dalam skala besar
Jika negosiasi berlangsung lebih dari enam minggu, gencatan senjata tahap pertama akan berlanjut hingga tercapai hasil
Tahap 2
- Penghentian permanen pertempuran
- Pembebasan semua sandera lain di Gaza untuk ditukar dengan lebih banyak tahanan Palestina
- Penarikan penuh pasukan Israel
Tahap 3
Baca juga: Hamas Tolak Perpanjangan Tahap I Gencatan Senjata, Israel Tak Mau Mundur dari Koridor Philadelphia
- Rencana rekonstruksi multitahun untuk Gaza
- Sisa-sisa tawanan yang meninggal akan dikembalikan ke Israel
Perkembangan terbaru: Israel Blokir Bantuan
Pada hari Minggu (2/3/2025), Kantor PM Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan mengenai penghentian bantuan masuk ke Gaza.
Menurut Ynet News, pernyataan tersebut berbunyi:
“Dengan berakhirnya fase pertama kesepakatan penyanderaan, dan mengingat penolakan Hamas untuk menerima garis besar Witkoff untuk melanjutkan perundingan – yang disetujui Israel, Perdana Menteri Netanyahu telah memutuskan bahwa mulai pagi ini semua masuknya barang dan pasokan ke Jalur Gaza akan dihentikan."
“Israel tidak akan mengizinkan gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami. Jika Hamas terus menolak, akan ada konsekuensi lebih lanjut.”
Hamas mengatakan keputusan Netanyahu untuk menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah pemerasan murahan dan kudeta terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menggambarkan tindakan Israel tersebut sebagai kejahatan perang dan serangan terang-terangan terhadap kesepakatan.
Hamas mendesak para mediator untuk memaksa Israel mengakhiri tindakan hukuman terhadap Gaza.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.