Kunjungan Erdogan, Syahganda Ungkap Potensi Turki dan Indonesia Jadi Poros Baru Kekuatan Geopolitik
Kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia berpotensi menjadikan Turki dan Indonesia kekuatan baru geopolítik.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Ibu Negara ke Indonesia menjadi perhatian utama nasional maupun internasional.
Lawatan kenegaraan Presiden Erdogan ini mengunjungi 3 negara yaitu Malaysia, Indonesia dan Pakistan. Salah satu isu yang dibawa oleh Presiden Turki dalam lawatannya ini termasuk isu Gaza.
Baca juga: VIDEO Erdogan Klaim Turki-Indonesia Siap Kerja Sama Bangun Gaza: Yerusalem Timur Jadi Ibu Kota
Direktur Sabang Merauke Circle (SMC) Dr Syahganda Nainggolan menganggap kunjungan Erdogan ke Malaysia, Indonesia dan Pakistan menunjukkan kekuatan yang bisa membuat poros baru kekuatan geopolitik dunia yang dapat membawa aspirasi dunia Islam.
Hal ini mengingat ketiga negara yang dikunjungi adalah negara-negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia yakni Indonesia dan Pakistan.
"Kunjungan kenegaraan Presiden Erdogan ke Malaysia, Indonesia dan Pakistan memberi pesan kepada dunia sebagai bentuk keinginan bersama membangun hubungan berupa poros kekuatan geopolitik baru di dunia, prioritas utama adalah pembangunan kembali Gaza dan menolak relokasi warga Palestina di Gaza," ujar Syahganda dalam keterangannya, Kamis (13/2/2025).
Sebelum ke Indonesia, Presiden Erdogan terlebih dulu mengunjungi Malaysia yang memberi pesan Erdogan dalam lawatannya kali ini bisa dijadikan kesempatan membentuk poros kekuatan baru dengan membahas persoalan geopolitik dunia yang sedang terjadi.
"Indonesia, Malaysia, Pakistan dan Turki bisa membangun kesepahaman membentuk poros kekuatan baru negara muslim di dunia, baik dalam aspek perdamaian dan perekonomian, dalam kesempatan lawatannya Indonesia bersama Turki, Malaysia dan Pakistan bisa membuat komunike bersama menolak dan melawan usulan Trump dan Israel yang ingin merelokasi warga Palestina di Gaza," kata Syahganda.
Bangun Kerja Sama
Ahli Hubungan Internasional Dr Teguh Santosa menyatakan, Turki dan Indonesia sebetulnya sudah membangun kerjasama dalam MIKTA.
"Indonesia dan Turki juga perlu mengkonkretkan kemitraan kedua negara dalam kerangka kerjasama MIKTA yang dimulai tahun 2013," ujar Teguh Santosa.
MIKTA ini bisa menjadi platform alternatif bagi Indonesia membangun kemandirian dan menawarkan solusi perimbangan kekuatan politik di dunia.
Baca juga: Disaksikan Prabowo dan Erdogan, Mentan Amran-Mentan Turki MoU Tingkatkan Ekspor Komoditas Pertanian
"Grup informal middle power MIKTA yang terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia, dapat menjadi platform alternatif bagi Indonesia untuk membangun kemandirian dan menawarkan berbagai solusi perimbangan kekuatan di arena global," beber Teguh.
MIKTA adalah platform yang dibangun anggota-anggotanya fokus pada kerjasama ekonomi yang berimbang, penguatan isu lingkungan, dan energi terbarukan.
"MIKTA sendiri adalah platform yang lebih fokus pada kerjasama ekonomi yang berimbang, penguatan isu lingkungan dan energi terbarukan." pungkas ketua umum Jaringan Media Siber Indonesia itu,
Dukung Program 3 Juta Rumah, Atlet Nasional Bakal Disediakan Hunian |
![]() |
---|
Puan Soroti Pidato Prabowo di PBB: Indonesia Comeback di Forum Dunia |
![]() |
---|
Daftar Uang Kertas Rupiah yang Sudah Dicabut dan Tidak Berlaku di Tahun 2025 |
![]() |
---|
Daftar Kereta Api Tambahan Bulan Oktober 2025, Simak Rute dan Jadwal Keberangkatannya |
![]() |
---|
Jadwal Calvin Verdonk, Miliano Jonathans, dan Dean James di Liga Eropa Pekan Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.