Minggu, 5 Oktober 2025
Deutsche Welle

Perang Rusia Lawan Ukraina - Siapa yang Tepat Menjadi Penengah?

Dalam kunjungannya ke Ukraina, Perdana Menteri India Narendra Modi memosisikan dirinya sebagai mediator. Ada beberapa mediator potensial…

Deutsche Welle
Perang Rusia Lawan Ukraina - Siapa yang Tepat Menjadi Penengah? 

Sejauh ini, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva tampaknya tidak berhasil menjadi mediator: Pada tahun 2023, ia membatalkan tawaran pertemuan dengan Putin dan Zelenskyy dan malah mengatakan tidak tertarik pada urusan perdamaian saat ini.

Pada konferensi Swiss bulan Juni lalu, dia menolak menandatangani dokumen akhir karena konflik tidak dapat diselesaikan hanya dengan berbicara pada satu pihak, katanya.

Namun, Brasil merupakan mitra penting dalam tahap diplomasi bagi kedua belah pihak. Kalau suatu waktu tiba masanya untuk bermediasi, banyak yang berharap Lula bisa berperan besar.

Qatar

Qatar telah menawarkan dirinya sebagai mediator tidak hanya dalam konflik Timur Tengah, tetapi juga dalam perang antara Rusia dan Ukraina.

Pembicaraan rahasia yang menjanjikan bahkan sedang berlangsung di Doha hingga awal Agustus, Washington Post melaporkan beberapa hari lalu. Namun, langkah ini dipatahkan oleh serangan Ukraina ke Kursk.

Dalam beberapa tahun terakhir, Qatar telah mendapatkan posisi penting sebagai mediator dalam berbagai konflik.

Negara Teluk yang kecil namun kaya ini mungkin telah belajar dari konflik diplomatik dan boikot yang dilakukan oleh negara-negara Arab dan Afrika Utara lainnya pada tahun 2017-2021, bahwa membangun hubungan yang tangguh dengan banyak mitra berbeda juga bermanfaat bagi keamanan negaranya sendiri.

Turki

Pada musim semi tahun 2022, Rusia dan Ukraina hampir menyetujui gencatan senjata setelah negosiasi di Turki, Namun pembantaian yang dilakukan pasukan Rusia di Bucha, Ukraina, menghancurkan harapan berakhirnya pertempuran.

Karena lokasi Bosphorus berada di kedua sisi, Turki mengontrol akses ke Laut Hitam dan karenanya dapat memberikan tekanan pada kedua pihak.

Dari Juli 2022 hingga Juli 2023, Presiden Recep Tayyip Erdogan menggunakan modal diplomatiknya untuk mencapai kesepakatan dengan kedua belah pihak, yang memungkinkan pengangkutan biji-bijian Ukraina secara aman melalui laut.

Rusia mencegah perluasan mekanisme tersebut. Tapi Turki berpotensi menjadi penengah antara Rusiadan Ukraina.

Afrika Selatan, Senegal, Zambia, Uni Afrika

Mediator yang mungkin diremehkan dalam konflik ini berasal dari Afrika – sebuah benua yang penting bagi kedua pihak yang bertikai: Rusia secara sistematis memperluas pengaruhnya, terutama di Afrika Barat dan Afrika Tengah.

Ukraina juga mencari sekutu potensialnya di Afrika. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Iwanowytsch Kuleba berada di Zambia, Malawi dan Mauritius pada awal Agustus.

Presiden Zambia Hakainde Hichilema secara pribadi telah bertindak sebagai mediator. Pada bulan Juni 2023, ia bersama Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Senegal Macky Sall dan juga Azali Assoumani, presiden Komoro (yang saat itu menjabat sebagai ketua Uni Afrika) melakukan perjalanan ke Kyiv dan Saint Petersburg.

Perjalanan tersebut tidak membuahkan hasil nyata pada saat itu. Namun demikian, beberapa negara Afrika terus terlibat dalam usaha perdamaian, misalnya di Swiss atau pada putaran perundingan berikutnya di Jeddah pada awal Agustus. Banyak masyarakat di Afrika juga berkepentingan untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina. (ap/hp)

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved