Masyarakat adat di Himalaya yang menyelamatkan populasi sapi gunung dari ancaman deforestasi dan perubahan iklim
Populasi mithun atau sering disebut sebagai sapi gunung di Himalaya terancam karena deforestasi dan perubahan iklim. Masyarakat adat…
“Jika hal ini terus berlanjut dalam 40-50 tahun ke depan, tidak akan ada hutan. Jika tidak ada hutan, maka tidak akan ada mithun,” kata Kobe Khate, pejabat teknis senior di ICAR-NRC.
Untuk melindungi habitat dan spesies mithun, para peneliti di ICAR-NRC bekerja sama dengan masyarakat adat Adi membangun 'pagar hidup' yang diklaim memiliki waktu pakai yang cukup panjang. Pemasangan pagar di kawasan di desa itu dimulai pada 2022 lalu.
Terletak di antara kaki timur pegunungan Himalaya dan melintasi sungai Remi, 'pagar hidup' itu dibangun dari kawat berduri dan tunggul pohon anggrek, tempat para mithun merumput.
ICAR-NRC juga membantu para petani membangun tempat peristirahatan dari lembaran bambu untuk mithun dan anak sapi mereka.
Mithun hanya diperbolehkan mencari makan di area penggembalaan berpagar pada siang hari dan dibawa kembali ke tempat penampungan pada malam hari. Sapi-sapi tersebut sebelumnya berkeliaran bebas di hutan, kembali dengan sendirinya, yang terkadang memakan waktu bertahun-tahun.
Moyong membiarkan mithun peliharaannya keluar untuk merumput di pagi hari dan mengunci mereka di tempat penampungan pada malam hari.
“Setelah pemasangan pagar, saya tidak perlu khawatir mithun saya akan tersesat ke ladang lain di musim dingin,” katanya.
Pada tahun 2022, dia harus membayar Rs7.000 atau sekitar Rp1.360.000 untuk satu insiden.
Mithun di alam bebas bertindak sebagai insinyur ekosistem yang penting di timur laut India.
“Mereka penting bagi kesehatan ekosistem karena aktivitas mencari makan mereka membantu penyebaran benih berbagai tanaman dan pohon," kata Patil dari ICAR-NRC.
"Mereka adalah pendaur ulang nutrisi yang efisien saat mereka mengonsumsi tumbuh-tumbuhan dan kemudian menghasilkan kotoran yang kaya nutrisi, sehingga memperkaya tanah untuk pertumbuhan tanaman,” ujarnya kemudian.
Sebuah studi tahun 2010-2011 yang dilakukan oleh ICAR, yang mewawancarai 200 petani di Nagaland, menemukan bahwa pemagaran di area pemeliharaan mithun telah membantu ternak lain berkembang.
Penyebaran benih dan pupuk alami yang dilakukan mithun membantu pertumbuhan tanaman hingga padang rumput yang juga berfungsi sebagai sumber makanan mithun.
Praktik penggembalaan ternak di kawasan hutan alami dan menyatukan pepohonan dan semak belukar dengan padang rumput, yang dikenal sebagai silvopasture, juga membantu menyerap karbon dioksida (CO2).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.