Mengungkap motif pembunuhan sejumlah lansia yang dituduh dukun santet
Satu daerah pesisir di Kenya menjadi tempat serangkaian pembunuhan terkait tuduhan dukun santet - tapi sebenarnya ini persoalan lahan.…
Wanyama mengatakan bahwa tujuh dari sepuluh pembunuhan tersebut menargetkan pria lanjut usia karena kepemilikan dan warisan tanah ada di tangan mereka.
“Secara historis, orang-orang di Kilifi sini tidak punya surat-surat [tanah]. Satu-satunya dokumen yang mereka miliki adalah narasi dari para orang tua ini. Itulah sebabnya sebagian besar korban tewas adalah laki-laki, karena setelah Anda membunuh mereka, maka Anda menghilangkan si penghalang,” ujar Wanyama.
Sekitar satu jam perjalanan darat dari tanah keluarga Jefwa, berdiri sebuah pusat penyelamatan lansia yang dikelola badan amal bernama Asosiasi Distrik Malindi.
Tempat ini menampung sekitar 30 orang lanjut usia yang menjadi korban penyerangan dan tidak bisa pulang ke tanah mereka sendiri.
Katana Chara sudah tinggal di penampungan ini selama selama sekitar 12 bulan. Usianya 63 tahun, tetapi Katana terlihat jauh lebih tua.
Dia harus mengungsi ke tempat ini setelah diserang dengan parang di kamar tidurnya sendiri pada April 2023. Satu tangannya putus di bagian pergelangan tangan, dan satunya lagi putus di atas siku.
Katana tidak bisa bekerja lagi dan membutuhkan bantuan untuk hal-hal paling mendasar, mulai dari makan, mandi hingga memakai baju.
“Saya tahu orang yang memotong tangan saya, tapi kami tidak pernah bertemu langsung lagi sejak kejadian itu," katanya.
Katana dituduh sebagai dukun santet dan bertanggung jawab atas kematian seorang anak di daerahnya. Namun, dia yakin alasan yang sebenarnya adalah enam hektare tanah miliknya.
"Saya tidak punya keterkaitan dengan ilmu hitam. Saya punya sebidang tanah di tepi laut. Ini tanah yang luas."
Banyak anggota keluarga Chara yang diinterogasi terkait serangan tersebut – tapi tidak satu pun dibawa ke meja hijau. Aktivis Julius Wanyama telah berupaya mendapatkan keadilan untuknya.
“Hanya sedikit orang yang didakwa atas tuduhan pembunuhan lansia. Itulah mengapa saya menduga bahkan orang-orang penting pun dalam serangkaian pembunuhan ini – karena para pelakunya merasa bebas.”
Setelah berbulan-bulan melakukan investigasi, BBC Africa Eye berhasil melacak seorang mantan pembunuh bayaran yang mengaku sudah menghabisi nyawa sekitar 20 orang.
Dia mengatakan bahwa bayaran minimum yang diterimanya untuk setiap pembunuhan adalah 50.000 shilling Kenya atau sekitar $400 (Rp6,5 juta rupiah).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.